ERA.id - Banyak yang tidak tahu kalau mantan Ketua Umum PSSI dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI saat ini, yakni AA La Nyalla Mahmud Mattalitti, semasa mudanya, pernah merasa pahit manis kehidupan dari bawah.
Pria yang lahir di Jakarta, 10 Mei 1959, dulunya besar di Surabaya. Perjalanan hidup lelaki berdarah Bugis itu penuh liku di lorong yang gelap. "Saya dulu dekat dengan dunia malam. Orang memberi cap saya sebagai orang yang hidup di dunia hitam. Biar saja, itu atas penglihatan kasat mata mereka. Padahal saya berdakwah di sana. Saya memberi pengaruh, dan memberi warna. Tetapi biarlah orang menilai apa," ujarnya.
Tetapi, ketika La Nyalla menginjak usia 40 tahun, dia berhenti dari aktivitas dunia malam. "Setelah berhenti, saya berdakwah dengan cara yang berbeda. Sebagai pengusaha, saya berdakwah dengan harta yang dititipkan Allah kepada saya,” urainya.
Kini, La Nyalla memang dikenal sebagai pengusaha sukses, pejabat, serta politisi. Dia juga kolektor benda pusaka Keris yang dimaknai-nya sebagai falsafah hidup. “Paling tidak, seperti itulah perjalanan hidup saya,” ucap-nya lirih.
Meniti dari bawah
La Nyalla muda pernah bekerja serabutan, mulai menjadi sopir angkutan kota tujuan Wonokromo-Jembatan Merah Surabaya hingga sopir minibus L-300 tujuan Surabaya-Malang.
Ia juga sempat menekuni karier sebagai ahli terapi penyakit dengan cara pengobatan alternatif. Sejumlah kalangan masyarakat, dari pedagang kaki lima sampai dosen, sempat menjadi pasiennya. Namun, karena tidak mau dicap sebagai dukun, La Nyalla tidak buka praktik lagi.
"Hidup memang bukan seperti sebentang garis lurus di peta. Tidak ada hidup yang tanpa kelokan. Karena manusia memang selalu dihadapkan pada banyak tantangan. Di mana pun dan kapan pun," tuturnya.
La Nyalla dilahirkan dari keluarga Bugis. Kakeknya, Mattalitti, adalah saudagar Bugis-Makassar terkenal di Surabaya. Bapaknya, Mahmud Mattalitti adalah dosen fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya.
Pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan Fakultas Hukum di kampus negeri tersebut, namun La Nyalla tidak pernah menggunakan nama besar keluarga dalam hidupnya.
Menginjak dewasa, La Nyalla memilih tinggal di kompleks Makam Sunan Giri, Gresik, dan di sana menghimpun banyak warga kurang mampu. Sebagian di antaranya malah sekelompok orang yang sering dicap sebagai preman oleh masyarakat, yang kemudian diajak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hasilnya, LaNyalla memiliki ribuan pengikut setia hingga kini. "Kalau Anda melihat saya seperti sekarang, itu karena tekad saya bulat. Kerja sungguh-sungguh, tetapi tetap tawakal kepada Allah," kata pengusaha konstruksi ini.
Titik awalnya sebagai pengusaha adalah ketika ia nekat membuat pameran dagang dengan nama Kreativitas Anak Muda Indonesia (KAMI) pada tahun 1989 di Surabaya. Pameran yang disponsori PT Maspion itu ternyata membuat bangkrut La Nyalla karena tidak sukses.
La Nyalla pun lantas terlilit utang. Bahkan, pemilik perusahaan konstruksi dengan bendera PT Airlanggatama Nusantarasakti tersebut sempat berpikir untuk "lempar handuk" dari dunia usaha.
Tetapi, mantan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim ini memutuskan kembali bangkit. Dia kembali melobi PT Maspion untuk menjadi sponsor pameran berikutnya, lalu pameran dengan nama brand yang baru "Surabaya Expo" yang ternyata berhasil.
Kegiatan yang berlangsung sejak tahun 1990 itu berkibar dan menjadi agenda tahunan di Kota Surabaya hingga 2001. Dari jalan inilah, La Nyalla dikenal oleh kalangan pengusaha dan pemerintahan.
“Dari kisah hidup itu, saya belajar tentang arti kerja keras dan berani menjawab tantangan. Namun sekali lagi, harus tetap rendah hati dan tawakal. Kalau saat itu saya lempar handuk, saya tidak akan seperti sekarang," ujarnya.
Kini, selain fokus sebagai pengusaha dan ketua umum KADIN Jatim, LaNyalla juga mengabdikan dirinya untuk sejumlah organisasi sosial kemasyarakatan dan profesi, seperti sekarang sebagai ketua MPW Pemuda Pancasila Jatim.
Pernah pula dipercaya sebagai Ketua DPD Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional (Gepeknas) Jatim, lalu aktif di KONI Jatim, terlibat di berbagai yayasan sosial-keagamaan, hingga mendirikan Yayasan La Nyalla Academia, yang aktif bergerak di wilayah sosial-keagamaan serta olahraga.
Sempat ditahan sebelum ke Senayan
Nama La Nyalla, saat menjabat Ketua Umum KADIN Jatim pernah dikaitkan dengan perkara hukum penyimpangan Dana Hibah KADIN Jatim dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2104.
Bahkan ia ditetapkan sebagai tersangka, dan sempat ditahan selama tujuh bulan oleh Kejaksaan pada Maret 2016, dan disidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Namun, di dalam persidangan panjang itu, 24 saksi yang dihadirkan Jaksa ternyata tidak satu pun yang menjelaskan bahwa LaNyalla terbukti terlibat langsung dan korupsi dana hibah yang diterima.
Hasilnya, majelis hakim memvonis La Nyalla dengan putusan bebas murni dan tidak terbukti melakukan tindak pidana seperti didakwakan oleh Jaksa.
La Nyalla pun bebas pada 27 Desember 2016, dan pada 18 Juli 2017, pengajuan kasasi oleh Jaksa ditolak oleh Mahkamah Agung.
Dini hari, 2 Oktober 2019, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti sah dilantik sebagai Ketua DPD RI oleh Ketua Mahkamah Agung RI yang saat itu dijabat M. Hatta Ali, yang tak lain adalah paman kandung LaNyalla.
Siapa menyangka, La Nyalla yang sempat ditahan selama tujuh bulan di rumah tahanan Kejaksaan Agung di lantai 7, kamar nomor 7, kemudian oleh Allah SWT digariskan mendapat "hadiah" sebagai pejabat negara dengan mobil yang bernomor polisi RI-7. Itulah rahasia hidup.