"Bisnis coworking office akan berkembang dan menjadi pendorong utama penggerak permintaan gedung kantor," kata Ferry, seperti dikutip dari Antara, Rabu (4/7/2018).
Menurut Ferry, meski menjadi pendorong, tetapi coworking office tidak menjadi ancaman serius terhadap sistem sewa gedung perkantoran konvensional. Antara lain, karena karakteristik kebutuhannya dia anggap relatif berbeda.
Ferry mengungkapkan, pada saat ini perusahaan multinasional masih akan menjadi sasaran dari pasar operator coworking office.
"Waktu dan luasan ruang sewa yang lebih fleksibel akan lebih disukai para penyewa terutama perusahaan multinasional," ucapnya.
Dalam paparan sebelumnya, Colliers juga menyoroti kelebihan pasokan perkantoran dan apartemen di kawasan DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya yang dinilai dapat mengakibatkan dinamika pada sektor properti tahun 2018.
"Situasi kelebihan pasokan di perkantoran dan residensial bertingkat terus menempatkan tekanan terhadap penyewaan dan tingkat harga sepanjang 2018," kata Ferry.
Baca Juga: Pengembang Berlomba Cegah Milenial Kecanduan Gadget
Dia menyampaikan, sektor perkantoran diprediksi akan banyak dipenuhi aktivitas dan relokasi yang dilakukan pelaku usaha semacam e-commerce.
Sebelumnya, pengamat properti dan pendiri Panangian School of Property, Panangian Simanungkalit menyatakan, orientasi pengembang tahun ini mengarah ke pembangunan produk properti yang bisa dijangkau oleh pasar generasi milenial.
Apalagi, menurut Panangian, segmen ini berpotensi terus tumbuh hingga 10 tahun mendatang. Menurut dia, daya beli kelompok generasi milenial dalam sektor properti didukung orang tua yang sudah mapan secara ekonomi.
Namun, dia mengingatkan bahwa jumlah penduduk dari segmentasi ini akan terus bertambah secara signifikan karena adanya bonus demografi sehingga berpengaruh pula terhadap industri properti secara keseluruhan.
Panangian menegaskan bahwa pasar milenial adalah pasar potensial yang akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada 2030.