Tim era.id mencoba merangkum bagaimana sesungguhnya, peristiwa yang terjadi pada 1945 itu. Kami merangkum dari berbagai sumber untuk menceritakannya kembali, hari per harinya, sebelum proklamasi itu benar-benar terjadi dan bangsa Indonesia lepas dari jajahan Jepang.
12 Agustus 1945
Soekarno, Hatta dan Radjiman berada di Saigon, Vietnam. Di sana mereka bertemu dengan seorang pejabat Jepang, Terauchi. Inti pertemuan itu, Terauchi bilang ke mereka, pemerintah Jepang memberikan hadiah kepada Indonesia, yaitu kemerdekaan.
Soekarno pun menyambut hangat pemberian itu. Hatta pun sepakat untuk mempercepat proses kemerdekaan Indonesia dan berharap Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) harus segera bersidang dan mengesahkan UUD Republik Indonesia.
15 Agustus 1945
Ketiga tokoh tadi tiba di tanah air. Soekarno pun membawa kabar, Indonesia bisa merdeka karena pemberian Jepang tadi. Namun, dia belum tahu kalau sesungguhnya, Jepang sudah menyerah kepada sekutu.
Malam harinya, Sutan Syahrir menyampaikan kepada Hatta berita kekalahan Jepang kepada sekutu. Golongan Muda pun tahu informasi ini.
Syahrir kemudian menanyakan mengenai kemerdekaan Indonesia sehubungan dengan peristiwa tersebut kepada Hatta. Hatta pun berjanji akan menanyakan hal itu kepada Gunseikanbu.
Setelah yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, Hatta mengambil keputusan untuk segera mengundang anggota PPKI.
15 Agustus 1945
Golongan muda mengadakan rapat. Rapat dilaksanakan pada tanggal 15 agustus 1945, pukul 20.30 WIB. Rapat yang dipimpin oleh Chairul Saleh dan menghasilkan keputusan untuk segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan tanpa harus menunggu hadiah dari Jepang.
Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22.30 WIB kepada Soekarno di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Kedua utusan tersebut segera menyampaikan keputusan golongan muda agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu hadiah dari Jepang.
Permintaan Wikana ini disertai ancaman dengan menyebut kalau tidak ada proklamasi, besok, maka akan terjadi pertumpahan darah. Soekarno pun marah dengan ancaman itu.
16 Agustus 1945
Pukul 03.00 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanpa menunggu hadiah dari Jepang.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Mereka berkukuh menunggu Jepang.
Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA --cikal bakal TNI-- mendukung rencana tersebut.
Akhirnya Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno. Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB.
Peranan Ahmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno dan Hatta ke Jakarta. Sebab, dia mampu meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB
Setelah diyakini bahwa situasi memungkinkan untuk membacakan teks proklamasi, maka Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya, malam itu juga rapat dan menyiapkan teks Proklamasi.
Rapat tersebut di rumah Laksamana Maeda. Soekarno bersama tokoh perjuangan lain menulis naskah proklamasi. Tulisan itu lalu diketik oleh Sayuti Melik.
17 Agustus 1945
Pembacaan proklamasi akhirnya dilaksanakan, tepat pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 Masehi atau 17 Ramadan 1365 Hijriyah, pukul 10.00 WIB, bertempat di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No.56, Jakarta.
Pembacaan naskah proklamasi yang berlanjut pengibaran Sang Saka Merah Putih hasil jahitan Fatmawati, menandakan Indonesia merdeka.
Kini, peristiwa bersejarah itu menjadi tonggak perayaan kemerdekaan Indonesia. Selamat merayakan kemerdekaan! Merdeka!