ICW: Whistle Blower Penting!

| 14 Dec 2017 16:17
ICW: Whistle Blower Penting!
Kordinator Indonesia Corupption Wacth (ICW) Adnan Topan Husodo melayani pertanyaan wartawan
Jakarta, era.id - Kordinator Indonesia Corupption Wacth (ICW) Adnan Topan Husodo menganggap, whister blower menjadi sangat penting dalam pemberantasan korpusi. Karena, whister blower merupakan informan yang mengetahui informasi tetapi tidak terlibat didalam kasus tersebut.

"(Whister blower) sangat penting. Korupsi ini kejahatan white collar yang terorganisir, pejabat yang punya kekuasaan, dalam karakteristik penyimpangan kekuasaan ini tidak mudah bagi siapapun untuk mengungkap, karena itu kemudian ini sangat relevan peran whistle blower," ujar Adnan, di Estubizi Coworking Space, Jakarta, Kamis (14/12/2017).

Menurut Adnan, whistle blower adalah orang dalam yang mengetahui di mana terjadinya penyimpangan atau korupsi. Karena, mereka adalah orang yang mempunyai informasi secara langsung, dan mereka punya data-data yang lengkap.

"Selain (sebagai) peluit itu orang dalam, ada juga orang-orang yang punya informasi yang berkaitan langsung, semisal pengadaan tender oleh pemerintah, biasanya informasi dari mereka yg kalah itu lebih valid," tuturnya.

Adnan menerangkan, karakteristik korupsi itu di tempat-tempat yang tersembunyi, tidak ditempat terbuka dan tidak diketahui orang lain.

"Laporan (dikatakan) valid atau tidak itu bukan dilihat seberapa tebal dokumen yang dilaporkan, tapi informasi itu sesuai dengan fakta sebenernya atau tidak," katanya.

Disamping itu, Adnan mencontohkan, sebuah kasus yang pernah ditangani oleh ICW. Menurut dia, orang yang pernah dikhianati oleh pejabat, dokumennya hanya satu lembar, hanya berupa faktur, tetapi dia bercerita secara detail, setelah di proses dan diinvestigasi lebih lanjut, memang benar ada. 

"Pengalaman ICW dalam mengungkap perkara, 100 persen laporan itu dari whistle blower, dan kemudian memang ada tahap-tahap melakukan verifikasi check and recheck terhadap informasi, sehingga kita bisa menyimpulkan informasi itu valid atau tidak, kemudian kita tindaklanjuti dengan investigasi," tuturnya.

Selain itu, menurut Adnan, jika whistle blower mempunya motif tidak suka dengan terlapor atau mempunyai masalah pribadi dengan terlapor selama informasi yang diterima adalah benar maka informasi dapat dikatakan valid.

"Setiap informasi yang diberikan, penerima informasi melakukan analisa dan validasi, apakah keterangan itu bukan fitnah, apakah ada keterangan yang disampaikan benar, jika yang bersangkutan memiliki masalah pribadi yang penting kita lihat benar atau tidaknya laporan itu. Informasi dari setanpun kalau benar kita ambil," tutupnya. (Merry)

Tags :
Rekomendasi