Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman Al Saud atau yang juga dikenal dengan sebutan MBS ini adalah Menteri Pertahanan termuda di dunia dan yang pertama dalam tahta kerajaan Arab. Putra Mahkota berusia 32 tahun ini juga merupakan wakil perdana menteri kerajaan.
MBS lahir 31 Agustus 1985 silam. Ibunya, Putri Fahda binti Falah bin Sultan bin Hathleen, berasal dari suku Ajman, yang pemimpinnya adalah kakek dari sang putri, Rakan bin Hathleen. Pada tahun 2008, MBS menikah dengan Putri Sarah bin Mashoor bin Abdulaziz Al Saud. MBS dikaruniai tiga orang anak.
MBS mengenyam pendidikan dasar di Riyadh dan masuk jajaran 10 siswa terbaik kerajaan. Kemudian MBS memperoleh gelar sarjana hukum dari King Saud University.
Setelah lulus, dia sempat mendirikan sejumlah perusahaan sebelum akhirnya terjun dalam pemerintahan. MBS menjabat sekretaris jenderal Dewan Kompetitif Riyadh, penasihat khusus untuk ketua dewan untuk Yayasan King Abdulaziz dan anggota dewan pengawas untuk Masyarakat Albir untuk pembangunan.
Pada kehidupannya sebagai filantropis, ia mendirikan sebuah yayasan bernama MiSK, yakni organisasi nirlaba yang bekerja untuk menumbuhkan pembelajaran dan kepemimpinan di kalangan pemuda Saudi dan mengembangkan startup melalui berbagai program inkubasi bisnis. Sepak terjangnya itu membuat dia mendapat penghargaan "Personality of the Year" oleh Forbes Middle East untuk perannya sebagai ketua Yayasan MiSK.
Mohammed bin Salman (Sumber: Instagram/@special_royal)
Dunia Politik
Perjalanan MBS di dunia politik dimulai pada tahun 2007. Saat itu ia bekerja menjadi penasihat untuk Dewan Menteri selama dua tahun. Dua tahun berseleng, ia menjadi penasihat khusus untuk ayahnya, yang pada saat itu masih menjabat sebagai gubernur Riyadh, dan terus melayani komisi ahli kabinet Saudi sebagai konsultan paruh waktu hingga Maret 2013.
Pada 23 Januari 2015, barulah MBS diangkat menjadi menteri pertahanan. Dan pada tahun yang sama ia diangkat sebagai wakil putra mahkota.
Seperti dirangkum dari aljazeera.com, langkahnya yang paling penting di awal masa jabatannya yakni memimpin Operasi Badai Tegas --sebuah koalisi di Yaman yang melawan pemberontakan Houthi-- yang dilancarkan pasca dua bulan pengangkatannya sebagai Menteri Pertahanan.
Selain itu, MBS juga mengepalai Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan yang mengawasi urusan ekonomi kerjaan, yang mempertajam kebijakan politik dan keamanannya.
Pada November 2017, empat menteri, 11 pangeran dan beberapa pengusaha terkenal ditahan atas perintah MBS dalam operasi kebijakan antikorupsinya. Namun, tindakan itu disinyalir menargetkan banyak saingannya, sehingga memperkuat kekuasaan pangeran atas kerajaan.
Reformasi Ekonomi
Pada April 2016, Pangeran Mohammed mengumumkan visi 2030, yakni visi masa depan Arab Saudi. Tujuannya, menjadikan kerajaan sebagai jantung dunia Arab dan Islam, pusat investasi, dan pusat yang menghubungkan tiga benua.
Pada rencananya tersebut, ia berusaha untuk melakukan diversifikasi dan privatisasi ekonomi, dan membuat ketergantungan negara tersebut kepada minyak. Selain itu, dalam visi 2030 itu juga tercantum penerapan sistem e-government.
Lalu, MBS berencana untuk menjual saham perusahaan minyak plat merah Arab Saudi, Aramco, sebesar 5 persen. Kemudian dirinya juga mengumumkan rencana 500 milliar dolar Amerika Serikat (AS) untuk menciptakan bisnis dan zona industri yang meluas sampai ke Yordania dan Mesir.
Jamal Khashoggi (Foto: Instagram pribadi)
Kebijakan Dunia Hiburan
Selain berbagai kebijakannya di bidang keamanan, politik, dan ekonomi yang begitu prestisius, putra mahkota ini juga memiliki gagasan yang mereformasi soal sektor hiburan yang ada di negaranya. Kabinet mengeluarkan peraturan untuk mengurangi kekuatan polisi agama, dan otoritas hiburan pada Mei 2016.
Dalam upayanya mereformasi tradisi, ia melibatkan para cendikawan Muslim Saudi dari golongan muda yang aktif di media sosial dan lebih dikenal di kalangan pemuda Saudi.
Hasilnya, MBS mencabut larangan mendirikan bioskop yang telah diundangkan selama 35 tahun di negara Islam tersebut. Selain itu, yang membuat reputasi Arab meningkat di dunia internasional adalah meniadakan aturan yang melarang perempuan mengemudikan kendaraan.
Deretan prestasi itu seakan sirna. Dunia menyoroti MBS setelah sejumlah orang-orang di lingkarannya terindikasi kuat sebagai pelaku pembunuh Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Salah satu tersangka disebut sebagai Maher Abdulaziz Mutreb. Media ternama Amerika Serikat, The New York Times malah sudah merilis sejumlah foto-foto Maher Abdulaziz Mutreb saat bersama Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Informasi terbaru datang dari Dexter Filkins seorang penulis The New Yorker. Dia menceritakan pertemuannya dengan Khashoggi sebelum kolumnis itu dinyatakan raib. Filskin menulis peristiwa yang terjadi hanya enam hari sebelum Khashoggi menghilang.
Khashoggi memberi tahu soal penindasan terbaru terhadap pers di Saudi. Beberapa wartawan bahkan telah dipenjara. Melalui surat elektronik, Khashoggi mengirim Filskin kumpulan surat kabar Saudi yang mendokumentasikan pernahanan para jurnalis tersebut. Tulisan terakhir Khashoggi kepada Filskin adalah, "Pihak berwenang Saudi membuat sebuah ejekan terhadap keadilan, sementara dunia merayakan reformasi MBS!."