Dia tahu dari berita di televisi, bahwa pesawat yang ditumpangi suaminya, hilang kontak pada Senin (29/10), pukul 06.33 WIB. Siang harinya, Siti bertolak dari Tasikmalaya ke Jakarta.
Tepat pukul 22.30 WIB, ia dan sang putra tiba di Jakarta dan langsung mendatangi RS Polri, di Kramat Jati, untuk mendapatkan informasi tentang sang suami. Sayang, Siti belum mendapat titik terang dari pencariannya itu.
"Di RS Polri saya cari kepastian, tapi sampai saat ini belum ada kepastian," kata Siti saat ditemui di posko Basarnas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (30/10/2018).
(Ilustrasi Audrey/era.id)
Berbekal izin dari pihak RS Polri, Siti melanjutkan pencarian suaminya ke posko evakuasi di Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara. Di sinilah semua barang-barang korban pesawat Lion Air JT 610 dikumpulkan.
"Saya lagi mencari identitas suami saya penumpang Lion Air. Nama suami saya Akhmad Endang Rokhmana," ucapnya sambil terisak.
"Pingin melihat ada enggak barang bukti yang ditemukan Basarnas. Sudah itu dari arahan RS Polri. Dari rumah sakit Polri baru identifikasi korban dengan tes DNA saja," tuturnya.
Akhmad Endang Rokhmana adalah Kepala Subbagian Kantor Wilayah DJPB Bangka Belitung. Endang sudah terbiasa melakukan perjalanan dengan maskapai Lion Air untuk pulang pergi Jakarta-Pangkalpinang.
"Bapak emang ditempatkan di sana (Babel). Dua minggu sekali bapak pulang (ke Tasikmalaya). Sudah biasa bulak balik, (menggunakan) Lion paling pagi. (Sebelumnya) enggak (ada masalah) aman lancar saja," ucapnya.
(Ilustrasi Mahesa/era.id)
Setelah menunggu di tenda Basarnas, Siti dan anaknya diarahkan untuk menunggu kabar di Posko Kemenkeu oleh tim Basarnas dan akan dibawakan barang yang diduga mirip punya suaminya ke sana.
"Belum tahu (identitasnya ada atau tidak di barang-barangnya yang ditemukan basarnas). Nanti barangnya dibawakan, tapi katanya enggak boleh dipegang cuma dilihat aja," jelasnya.
Siti mencoba menjelaskan dan merunut sedetail mungkin apa saja barang yang dibawa dan dikenakan suaminya saat pergi ke Bandara Soekarno Hatta. Seingatnya, sang suami menggunakan jaket kulit berwarna coklat.
"Ada tas ransel, bapak pakai tas merah, bawa jerigen isi rengginang buat oleh-oleh di sana minta rengginang dari Tasik, terus pake jaket kulit coklat. Pasti kenal barang-barangnya namanya punya suami," ucapnya.
Menanti kepastian
Siti mengaku jika belum menemukan titik terang informasi yang ia harapakan tentang suaminya, ia berencana akan kembali ke Tasikmalaya.
"Selanjutnya rencananya kami ke hotel aja istirahat. Kalau enggak ada kepastian saya besok pulang dulu ke Tasik, nanti kalau udah ada ini (kepastian) nanti baru ke sini lagi," jelasnya.
Dari pernikahan Endang, Siti memiliki dua orang anak, salah satu anaknya yakni Muhammad Rizky menemani sang ibu untuk mencari informasi ayahnya. Sedangkan saudaranya berada di Tasikmalaya untuk menjaga rumah.
"Anak ada dua, di sini ikut satu, di rumah satu," katanya.
(Ilustrasi/era.id)
Harapan Siti Nur Aini
Meski peluang selamat sangat kecil, apalagi Basarnas menyatakan tidak ada korban selamat dalam insiden jatuhnya pesawat Lion Air JT160, hal itu tak menyurutkan semangat Siti mencari sang suami. Dia tetap berharap sang suami selamat.
"Harapannya mudah-mudahan ada keajaiban yah. Tapi kalau ini (tidak mungkin), saya minta kepastian ingin cepat ketemu. Apapun yang terjadi saya pingin bawa bapak pulang lagi ke Tasik," tangis Siti pun pecah.
Diketahui sebelumnya, pesawat tersebut datang dari Jakarta pada pukul 06.20 WIB dan diperkirakan mendarat di Pangkalpinang sekitar pukul 07.05 WIB.
Namun, Basarnas mendapat informasi dari air traffic control bahwa pesawat JT 610 kehilangan kontak pukul 6.50 WIB hari ini dan dapat dipastikan jatuh di laut.
Pesawat ini membawa 178 penumpang dewasa, seorang anak dan dua bayi, dengan pilot, kopilot, dan enam awak pesawat.