Dear Elite, Jangan 'Asbun' Supaya Gak Ada Konflik

| 26 Nov 2018 17:38
<i>Dear</i> Elite, Jangan 'Asbun' Supaya <i>Gak</i> Ada Konflik
Jubir TKN Jokowi-Ma'ruf Amin, Irma Suryani Chaniago. (Tasha/era.id)
Jakarta, era.id - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Irma Suryani Chaniago meminta dua kubu paslon capres-cawapres yakni Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga untuk berkampaye berdasarkan data.

Menurut Irma, kampanye berdasarkan data ini harus dilakukan agar tak terjadi konflik horizontal di tengah masyarakat. Sebab, bukan tak mungkin kampanye yang dilakukan dengan kebohongan akan dapat memecah belah bangsa.

"Seperti yang disampaikan oleh Pak Jokowi bahwa mari kita bicara program. Jangan memosisikan rakyat di bawah itu berhadap-hadapan," kata Irma kepada wartawan di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (26/11/2018).

Anggota DPR RI Komisi XI ini kemudian mengambil contoh berita bohong soal pemukulan Ratna Sarumpaet. Menurutnya, jika kebohongan itu tak segera dibongkar oleh pihak kepolisian, bisa saja konflik terjadi di tengah masyarakat.

Ilustrasi (Mahesa/era.id)

"Kalau saja tidak ketahuan itu akan menimbulkan konflik horizontal di bawah, akibatnya seperti yang hari ini terjadi. Bisa saja, satu pendukung lain, dengan pendukung yang lain berhadap-hadapan. Akan timbul pertumpahan darah. Bahkan, saya yang notabene sebagai Jubir pemenangan Jokowi, mungkin saja kalau ke satu daerah bisa digebukin," ungkapnya.

Politikus Partai NasDem ini juga meminta agar politikus tidak kemudian menjadi politikus sontoloyo dengan menyebarkan berita hoaks maupun ujaran yang tak membawa dampak positif bagi pilpres. Sebab, dalam berpolitik, lanjut Irma, etika juga diperlukan.

"Tolonglah yang namanya politisi-politisi sontoloyo itu jangan bicara tidak by data, jangan bicara, jangan asbun (asal bunyi), jangan bicara sembarangan, jangan mentang-mentang Pak Jokowi selama ini diam, kemudian dianggap lemah, tidak tegas," ungkapnya.

"Jangan begitulah, harus punya etika harus berpolitik etis lah, jangan semua dengan politik praktis, agitasi, segala macam itu enggak baik. Kenapa? Karena itu akan memecah kesatuan dan persatuan bangsa," imbuh Irma.

Supaya kalian tahu, gara-gara beda pilihan dalam Pilpres seorang tukang gigi di Kabupaten Sampang, Jawa Timur harus meregang nyawa. Subaidi, tewas setelah tubuhnya ditembus peluru panas dari pistol rakitan milik Andika yang kini sudah ditetapkan sebagai pelaku.

Selisih paham ini, awalnya terjadi di media sosial dan berlanjut dengan duel keduanya saat bertemu. Korban membawa senjata tajam dan pelaku membawa pistol rakitan. Singkat cerita, pelaku menembak dada korban hingga tembus ke punggung dan korban pun tewas.

Rekomendasi