Sri Rahayu (50) salah satunya, pedagang ayam bakar di kawasan Taman Intan itu mengaku dalam sebulan ini mengalami kerugian hingga enam juta rupiah. Kerugian berasal karena makanan yang dijuai tidak habis.
"Baru sebulan berdagang sudah habis 6 jutaan karena buat kuliner. Jadi enggak habis, dibuang lagi," ujar Rahayu di Balai Kota, Gambir, Jakarta Pusat.
Selain itu, wanita yang memiliki 2 orang anak ini juga mengaku prihatin dengan kondisi pedagang di Taman Intan.
"Aduh, sedih banget, pak. Teman saya kanan kiri udah pada bangkrut, dulu waktu di Kota Tua sehari bisa 20 ekor, sekarang 3 ekor aja enggak habis," keluh Rahayu.
Tidak hanya Sri Rahayu, Ahmad Heru, pedagang pakaian dan sandal di Taman Intan memiliki nasib yang serupa.
Menurut Heru, adanya parkir-parkir liar di sekitar Kota Tua, membuat pengunjung lebih memilih jajan di Kota Tua dibandingkan harus jalan ke Taman Intan.
"jadi, itu mengganggu kegiatan yang ada di Jalan Cengkeh sepi pedagang bahkan tiap hari hanya buka tutup buka tutup enggak ada perkembangan sama sekali," cetus Heru.
Para pedagang di Taman Intan merupakan eks PKL di Kota Tua. Mereka dipindahkan ke Taman Intan dan dijanjikan bahwa kawasan Taman Intan akan menjadi kawasan yang ramai pengunjung. Pasalnya dekat Taman Intan terdapat parkiran resmi kendaraan bagi para pengunjung yang hendak pergi ke Kota Tua.
Namun nahas, keberadaan parkir liar membuat kawasan Taman Intan “padam”. Pengunjung lebih suka menggunakan jasa parkir liar yang notabenenya lebih dekat dengan Kota Tua, dibandingkan harus masuk parkir resmi dan harus berjalan kaki dari Taman Intan untuk menuju Kota Tua.
Para pedagang di Taman Intan hanya berharap agar Pemprov menertibkan parkir liar di Kota Tua. Selain menyebabkan kemacetan, parkir liar juga petaka bagi pedagang Taman Intan.