Pemilih Difabel di Bekasi Nyoblos Tanpa Logistik Memadai

| 17 Apr 2019 15:36
Pemilih Difabel di Bekasi Nyoblos Tanpa Logistik Memadai
Pemilih mencoblos di dalam bilik suara darurat (Jamaludin)

Bekasi, era.id - Proses pencoblosan di penampungan kaum disabilitas mental di Yayasan Galuh, Kota Bekasi berlangsung tak sesuai harapan. Di sana, terdapat logistik pemilu yang tidak disiapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bekasi.

Pantauan era.id, proses poncoblosan berlangsung sejak pukul 12:00 WIB hingga pukul 13:40 WIB. Proses pencoblosan dilakukan dengan cara pihak KPPS mendatangi tempat penampungan kaum disabilitas ini.

Namun, beberapa logistik pemilu ternyata tidak disiapkan dari KPU Kota Bekasi seperti bilik suara dan kotak suara. Bahkan, tinta yang digunakan juga sisa dari tiga TPS di sekitar tempat itu.

Karena tidak adanya bilik suara, pihak Yayasan Galuh berinisiatif mencari sebuah kotak kardus untuk penggantinya. Selain itu, kotak penyimpanan surat suara pun diganti hanya menggunakan kantung plastik berwarna putih.

Bahkan, kotak kardus yang digunakan sebagai pengganti bilik suara itu berada diposisi yang tidak sesuai, dimana pemilih yang lain bisa melihat pemilih yang sedang mencoblos di bilik suara itu.

Selain itu, para pemilih terlihat kesusahan saat membuka surat suara serta terlihat bingung saat akan mencoblos. Bahkan, salah satu pasien, Ahmad Wahyudi (24) mengaku bingung dan takut salah mencoblos.

"Saya bingung, takut salah coblos. Iya degdegan banget," ucap Wahyudi.

Jumlah pemilih di tempat ini hanya sebanyak 16 orang. Data jumlah pemilih awalnya sebanyak 143 orang, namun karena itu data lama dan banyak yang sudah kembali kerumahnya atau bisa dibilang pasien sudah kembali sehat.

Selain itu, surat suara yang digunakan diambil dari tiga TPS yang berbeda, dimana TPS tersebut disesuaikan dengan alamat rumah pemilih yakni TPS 19 sebanyak tiga orang pemilih, TPS 21 sebanyak tiga orang pemilih dan TPS 116 sebanyak 10 orang pemilih.

Padahal masih ada sekitar sembilan orang yang sudah mengantri tidak ikut mencoblos karena tidak adanya surat suara serta waktu yang sudah habis.

Panitia Pengawas Pemilu tingkat Kecamatan, Nurhayati mengaku kesulitan yang dialami saat mengawasi proses pemilu di tempat ini ialah membantu para pemilih untuk melipat kembali surat suara setelah dicoblos.

"Jadi semua jumlahnya ada 16, semua pakai A5. Ya gitu sih kesulitannya cuma ngebantu ngelipat saja," ucap Nurhayati, Rabu (17/4).

Terkait tidak adanya bilik suara dan kotak suara, Nurhayati bilang nantinya surat suara akan dipindahkan ke kotak suara sesuai TPS-nya.

"Mungkin tidak disiapkan (kotak dan bilik suara). Jadi perhitungan sesuai TPS masing-masing. Jadi ini sementara ditaruh di kantung plastik, nanti kita masukan di kotak suara susai TPS," pungkasnya.

Selain itu, Ketua Pengurus Yayasan Galuh, Jajat Sudrajat mengaku bingung tidak disiapkan bilik serta kotak suara. Sehingga ia mengalami kesulitan mencari penggantinya.

"Itu tidak ada persiapan, padahal KPU sudah datang dan mendata. Bilik suara tidak ada jadi pihak kami menyiapkan sendiri kardusnya," kata Jajat.

Rekomendasi