Sikap resmi itu diambil BPN dalam simposium 'Mengungkap Fakta Kecurangan Pemilu 2019' yang juga dihadiri Capres Prabowo Subianto dan Cawapres Sandiaga Uno. Merujuk pada perolehan suara versi hitung C1 BPN, dari 444.976 TPS (54,91%) per 14 Mei pukul 12.28 WIB, suara pasangan 02 ini melampui perolehan Jokowi-Ma'ruf. Jokowi-Ma'ruf mendapat 44,14 persen. Sedangkan Prabowo-Sandi 54,24 persen.
Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin menyayangkan sikap penolakan yang sedang dipertontonkan BPN. "Ini merupakan pembelajaran yang buruk dalam kehidupan demokrasi kita," kata Juru Bicara TKN Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily, Selasa (14/5/2019).
Ketua DPP Partai Golkar itu bilang, Prabowo kembali kambuh mengulang perbuatannya di Pilpres 2014 yang lalu. Saat itu, mantan Danjen Kopassus yang berpasangan dengan politikus PAN Hatta Rajasa menegaskan ogah menerima hasil pemilu. Padahal, dalam demokrasi, semua pihak harus siap kalah dan siap menang.
Selain itu, sebagai kontestan, Prabowo harusnya bisa menerima dukungan rakyat yang banyak diberikan kepada paslon 01 Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Kita harus harus menghormati pilihan rakyat. Mereka telah menentukan pilihannya untuk menjadikanJokowi-Kiai Ma’ruf sebagai presiden dan wapres 2019 ini," ungkapnya.
Ace juga menilai, Prabowo harusnya malu dengan sikapnya. Apalagi, dari hasil salah satu lembaga survei disebutkan, 92,5 persen masyarakat Indonesia menerima siapa pun presidennya. Sikap ini juga yang harusnya juga dimiliki oleh kubu paslon 02.
"Rakyat sendiri memiliki kesadaran yang tinggi atas prinsip berdemokrasi ini. Justru elit-elitnya yang tidak siap berdemokrasi," tutupnya.