Melihat Tradisi Sambut Malam Lailatul Qadar di Tidore

| 26 May 2019 13:03
Melihat Tradisi Sambut Malam Lailatul Qadar di Tidore
Ilustrasi (Pixabay)
Ternate, era.id - Malam lailatul qadar merupakan salah satu waktu yang paling dinanti umat Islam saat bulan suci Ramadan. Sebab siapa orang yang beribadah di malam tersebut, maka nilainya sama dengan beribadah dalam seribu bulan.

Masyarakat di kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara (Malut) pun tak mau ketinggalan dalam menyambut malam penuh berkah tersebut. Masyarakat biasa menggelar tradisi Selo Buto untuk menyemarakan malam turunnya lailatul qadar.

"Tradis Selo Buto itu tetap dipertahankan masyarakat di Tidore Kepulauan, khususnya di wilayah Afa-Afa sebagai wujud komitmen untuk melestarikan warisan para leluhur," kata pemerhati budaya di Tidore Kepulauan, Muhammad Ibrahim di Ternate, seperti dikutip Antara.

Masyarakat di daerah kelahiran Pahlawan Nasional Sultan Nuku itu menggelar tradisi Selo Buto setiap malam 27 Ramadan, karena sejak zaman dahulu masyarakat setempat meyakini bahwa lailatul qadar yang dalam ajaran Islam sama nilainya dengan 1.000 bulan turun pada malam 27 Ramadhan.

Menurut dia, prosesi tradisi Selo Buto diawali dengan menancapkan sejumlah tiang kayu setinggi dua meter di pekarangan rumah warga membentuk lingkaran dengan diameter sekitar lima meter, yang tiang itu menjadi tempat mengikat batang enau, pisang, jagung dan tebu.

Pohon enau, pisang, jagung dan tebu yang diikat di tiang itu semuanya harus lengkap dengan daunnya dan khusus untuk pisang dan jagung harus memiliki buah yang sudah bisa dimakan, yang semuanya merupakan hasil tanaman masyarakat setempat.

Proses selanjutnya dari tradisi Selo Buto itu, menurut Muhammad,  sejumlah pria menabuh tifa atau gendang rebana dan kemudian belasan pria masuk ke lingkaran sambil menari cakalele, beberapa pria di antaranya memegang salawaku atau perisai dan parang.

Setelah menari cakalele sekitar 30 menit, pria yang memegang parang menebas semua batang tanaman yang diikat di tiang kayu dan pada saat itulah terjadi hiruk, pikuk karena warga yang sejak awal menonton berebut mengambil buah pisang, jagung dan tebu.

Wali Kota Tidore Kepulauan Ali Ibrahim mengatakan, daerah ini memiliki kekayaan budaya, terutama yang terkait dengan tradisi Islam yang akan terus dilestarikan sebagai identitas budaya daerah itu.

Kekayaan budaya di Tidore Kepulauan itu juga menjadi salah satu andalan untuk menarik kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri, yang di antaranya diekspresikan dalam bentuk penyelenggaraan kegiatan wisata, seperti Festival Budaya Tidore.

Tags : eramadan
Rekomendasi