Sekretaris eksekutif FSTPI, Mariani Reksoprpdjo mengatakan, salah satu penyebab penderita TBC sulit sembuh karena penyakit yang sangat kompleks. Untuk itu, penyakit yang bersarang di paru-paru tubuh manusia itu perlu ditangani secara khusus.
"Banyak yang tadinya sudah tahu mengidap TBC, berada dalam masa pengobatan, minum obat. Beberapa bulan kemudian berhenti minum obat karena merasa sudah sembuh, padahal belum. Akibatnya ya dia kambuh lagi," jelas Mariani di Jakarta, Rabu (16/1/2018).
Mariani bersama FSTPI menekankan tiga tindakan penting untuk menangani pendertita TBC yakni preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Preventif sendiri merupakan tindakan pencegahan. Untuk itu, kata Mariani, bagi yang belum terjangkit TBC hindarilah penyakit ini dengan cara hidup sehat dan berhati-hati dengan penderita.
"Kuratif itu ya bagi yang sudah terjangkit mbok jangan mati, tapi disembuhkan betul-betul. Sedangkan rehabilitatif itu kalau yang udah terkena mbok mau direhabilitasi supaya betulan sembuh," lanjut Mariani.
Kendati demikian, hal terpenting untuk menekan angka penderita TBC yakni dengan membuat masyarakat sadar mengenai penyakit tersebut. Dengan begitu, masyarakat dapat menaruh perhatian lebih tentang bagaimana cara pencegahan maupun pengobatan penyakit ini.
"Yang penting masyarakat tahu dulu apa itu TBC dan bagaimana menanggulanginya," tambah dia.
Selain itu FSTPI juga menginisiasi kampanye peduli TBC yakni #PeduliKitaPeduliTBC. Melalui kampanye ini, FSTPI berharap masyarakat Indonesia dapat lebih peduli pada pencegahan penyebaran TBC.
"Melalui kampanye ini diharapkan dapat merubah stigma masyarakat akan TBC. Tidak lagi menganggap TBC sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengerikan, karena TBC bisa diobati dan disembuhkan jika ditangani dengan baik dan tepat," jelas dia.
Lewat kampanye #PeduliKitaPeduliTBC, FSTPI menggandeng berbagai lapisan masyarakat untuk dapat terlibat secara langsung, mulai dari masyarakat sipil, tokoh kesehatan, hingga selebriti. Harapannya dengan melibatkan berbagai kalangan, kampanye tentang TBC dapat menyebar luas.
"Salah satu fokus kita dalam kampanye ini juga kaum milenial, yaitu usia remaja sampai dewasa, antara 15-36 tahun," pungkas Mariani.