Ratusan rumah yang rusak itu tersebar di Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Cilegon, Kota Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Pandeglang.
"Rinciannya 34 unit rumah rusak berat, 21 unit rumah rusak sedang, 58 unit rumah rumah ringan," jelas Plt Kapusdatin BNPB Agus Wibowo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (3/8/2019).
Tercatat kurang lebih 1.050 warga harus mengungsi dari lokasi terdampak. Kendati demikian sebagian masyarakat yang mengungsi sempat kembali ke rumahnya masing-masing.
<blockquote class="twitter-tweet"><p lang="in" dir="ltr">Dampak kerusakan <a href="https://twitter.com/hashtag/GempaBanten?src=hash&ref_src=twsrc%5Etfw">#GempaBanten</a> masih dalam pendataan dari rekan-rekan BPBD di lapangan. <a href="https://t.co/pSME3sQpmt">pic.twitter.com/pSME3sQpmt</a></p>— BNPB Indonesia (@BNPB_Indonesia) <a href="https://twitter.com/BNPB_Indonesia/status/1157493940322369536?ref_src=twsrc%5Etfw">August 3, 2019</a></blockquote> <script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>
Selain itu, BNPB mencatat ada satu warga yang meninggal karena mengalami serangan jantung saat gempa terjadi. Korban bernama Rasinah (48), warga Kampung Cilangkahan RT 03/01, Desa Pecangpari, Kecamatan Cigemblong.
Badan Meteorologi Klimatolog dan Geofisika (BMKG) juga memuktakhirkan data gempa yang mengguncang Banten berkekuatan 6,9 Magnitudo--sebelumnya BMKG merilis 7,4 magnitudo-- Jumat (2/8) malam. Gempa juga disertai peringatan potensi tsunami.
Peringatan dini potensi tsunami kemudian diakhiri. Peringatan tersebut diakhiri setelah menunggu 2 jam dari waktu perkiraan terakhir, yaitu pukul 19.35 WIB.