'Baku Tembak' di Tubuh Hanura

| 19 Jan 2018 11:04
'Baku Tembak' di Tubuh Hanura
(era.id)
Jakarta, era.id - Isu mahar politik dalam konflik Partai Hanura makin panas. Hanura kubu Sarifuddin Sudding buka-bukaan tuduhan soal mahar politik kepada Oesman Sapta Odang, Ketua Umum Hanura dari kubu seberang.

Kubu Sudding menyebut Oesman meminta sejumlah uang kepada beberapa pengurus partai di daerah. Tujuannya, untuk melicinkan proses rekomendasi pasangan bakal calon dalam Pilkada 2018.

Tadi malam, Wasekjen DPP Hanura wilayah Papua Barat, Yan Mandenas mengungkap dirinya sempat dimintai uang sebesar Rp700 juta oleh Oesman. Uang itu, dikatakan Yan merupakan harga yang harus ia bayar untuk dua kursi DPR.

“Itu saya diminta mahar, minta berapa, satu kursi Rp350 juta saya harus bayar. Dua kursi Rp700 juta saya harus bayar," kaya Yan kepada wartawan di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (18/1/2018).

Yan mengungkap, saat itu, Ketua Bidang Organisasi Benny Ramdani jadi orang yang diutus untuk mengurusi hal-hal terkait mahar. Yan kecewa betul mendengar perkataan Benny. Dia akhirnya memilih mundur dari pencalonan Bupati Biak.

“Diminta lewat Pak Benny, wakil bendahara umum. Saya ketemu Pak Benny di kantor di Karawang, saya minta kebijakan, kalau bisa kebijakan buat kader supaya saya bisa kasih mahar di bawah dari pada itu,” ujar Yan.

Tak terima dengan permintaan Oedang, Benny dan barisannya, Yan pun melapor kepada Sekretaris Jenderal, Sarifuddin Sudding. "Daripada saya bayar kursi Hanura untuk maju Pilkada di Biak sebagai calon Bupati, sebaiknya saya mundur (18 Desember 2017) sebagai calon bupati hari ini, dan saya diminta mahar itu, itu diminta terang-terangan,” ungkap Yan.

“Terakhir, sebelum keputusan SK saya diubah, ke calon bupati yang sekarang diusung oleh Hanura. Itu saya ditelepon oleh Benny Ramdany, SMS-nya masih saya simpan, saya simpan semua,” ungkap Yan.

Sebelum Yan, Ketua DPD Hanura Provinsi Sumatera Selatan, Mularis Djahri juga mengungkap dugaan penyelewengan dana partai sebesar Rp200 miliar yang dilakukan Oesman.

Menurut Mularis, Oesman telah mengalirkan dana tersebut ke rekening pribadinya, OSO Sekuritas. Terkait itu, Mularis meminta pengurus DPP Hanura untuk memeriksa Oesman. Mularis juga meminta OSO segera diberhentikan dari kepengurusan partai dan dipolisikan.

"Dana yang harusnya dimasukkan ke rekening partai sebesar Rp200 miliar, dimasukkan ke rekening pribadi OSO Sekuritas," ungkap Mularis di Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Hanura kubu Sekretaris Jenderal Sarifuddin Sudding di Kantor DPP Hanura, Jalan Mabes Hankam, Bambu Apus, Jakarta Timur, Kamis (18/1).

Bantahan kubu Oesman

Terkait tuduhan yang ditujukan kepada Oesman, Wakil Ketua Umum Hanura, I Gede Pasek mengingatkan Hanura kubu Sudding untuk berhati-hati dalam membuat pernyataan tanpa bukti kuat.

“(Tuduhan) itu masuk di pasal 372 dan itu pidana, apakah akan dibawa ke kepolisian? Kembali lagi kita ini keluarga, saya kira pak Oesman pemaaf. Ketua umum kami sedang mengajarkan tata kelola partai secara sehat,” kata Pasek di Hotel Manhattan di hari yang sama.

Menurut Pasek, tuduhan kepada Oesman sangat tak berdasar lantaran keluar dari mulut orang-orang yang tak memiliki kaitan kuat dengan persoalan yang dituduhkan. Karenanya, ia meyakini sejumlah tuduhan tersebut merupakan buah dari kesalahpahaman.

“Yang pasti di sana (kubu Sudding) ada wabendum yang lama, yang ada di sana. Karena yang menyampaikan bukanlah wabendumnya, sehingga informasi jadi bias," tutur Pasek.