Tujuan Turki sebetulnya mulia: Ingin menciptakan safe zone yang membentang 32 Km di sepanjang perbatasan wilayah timur laut Suriah. Caranya adalah dengan melakukan Operation Peace Spring sehingga jutaan pengungsi Suriah dapat kembali.
Langkah ini diambil karena dua alasan, pertama untuk memungkinkan pasukan Turki memerangi kelompok bersenjata Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) --komponen utama SDF. Kedua, menciptakan kondisi yang diperlukan untuk mengembalikan pengungsi Suriah, demikian dikutip Al Jazeera.
Sejak Rabu kemarin, pasukan Turki memulai serangan lintas-perbatasan terhadap pasukan pimpinan Kurdi di Suriah Timur Laut. Pasukan khusus dan kendaraan lapis baja pun dikerahkan dengan target 181 wilayah Kurdi.
Aftermath of Turkish strikes near Tel Abyad and Ras al-Ayn (Serê Kaniyê) in northeastern Syria today. pic.twitter.com/LsOzo9fpni
— Elizabeth Tsurkov (@Elizrael) October 9, 2019
Dilaporkan Reuters, serangan dibuka dengan tembakan howitzer Turki yang menghantam pangkalan amunisi milisi YPG. Serangkaian artileri kerap melintas di langit Suriah. Lalu lintas mengalami kemacetan. Sementara, warga sipil ketakutan melarikan diri ke selatan dengan truk yang dipenuhi dengan anak-anak.
Tak berhenti disitu, Turki kembali membantai milisi Kurdi pada Kamis (10/11). Serangan ini memaksa puluhan ribu orang menyelamatkan diri. Pasukan Turki juga berhasil menahan ribuan anggota ISIS di penjara, dan puluhan ribu orang di sejumlah kamp dalam kawasan tersebut.
Baca Juga: Tikaman dari Belakang AS untuk Sekutu di Suriah
Krisis kemanusiaan
Serangan yang dilancarkan terhadap SDF pimpinan milisi YPG Kurdi membuka salah satu garis depan baru terbesar dalam perang sipil Suriah, yang telah berlangsung selama delapan tahun dan menarik masuk negara-negara asing. Kementerian Pertahanan Turki mengatakan, sejauh ini sebanyak 277 milisi tewas dalam serangan, demikian dikutip dari akun Twitter resmi.
Sedikitnya 23 petempur SDF dan enam petempur sebuah kelompok pemberontak Suriah dukungan Turki juga terbunuh, menurut lembaga pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights. Sementara itu, militan SDF mengatakan serangan-serangan udara dan gempuran Turki juga menewaskan sembilan warga sipil.
Dalam aksi yang tampaknya merupakan langkah pembalasan oleh pasukan pimpinan Kurdi, enam orang --termasuk satu bayi berusia sembilan bulan-- tewas terkena tembakan mortir dan roket di kota-kota perbatasan Turki.
About 450K people are at risk after Turkey launched an offensive targeting Kurdish fighters in Syria, say aid groups.
-9K children are at risk along the border
-About 64K ppl in Syria have already fled the offensive
-Turkish forces have seized at least 7 villages pic.twitter.com/sJAFT7pn5g
— AJ+ (@ajplus) October 10, 2019
Di sisi lain, 14 lembaga bantuan memperingatkan krisis kemanusiaan dan mendesak tindakan lebih lanjut untuk mencegah kondisi lebih parah di Suriah. Dikutip Al Jazeera, sekitar 450 ribu orang terlantar, termasuk 90 ribu orang yang berada dalam jarak 5 Km dari perbatasan Suriah.
Ini juga merujuk pada kamp Roj yang menampung 1.700 perempuan dan anak, dan Ain Issa yang menampung 1.500 orang. Namun, ukuran kedua kamp itu bukan tandingan kamp Al Hol yang menampung lebih dari 70 ribu jiwa, di mana 90 persennya adalah perempuan dan anak-anak. Sedangkan 11 ribu dari jumlah itu merupakan warga asing.
"Semua anak-anak harus dilindungi dan diberikan bantuan kemanusiaan, dan sekitar 40 negara asal harus mengambil langkah untuk membawa pulang 9 ribu anak yang berada di Suriah timur laut," demikian pernyataan tersebut.
Respons dunia
Pemerintah Suriah sendiri menolak melakukan dialog dengan pasukan Kurdi dukungan AS. "Kami tidak akan menerima dialog atau pembicaraan dengan mereka yang menjadi sandera pasukan asing. Tidak akan ada pijakan bagi agen-agen Washington di wilayah Suriah," kata Wakil Menlu Suriah Faisal Maqdad kepada wartawan di kantornya di Damaskus, dikutip Al Jazeera.
Sebelumnya, Turki mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB dalam sebuah surat bahwa operasi militernya akan proporsional, terukur, dan bertanggung jawab. Namun, operasi militer ini menuai kecaman keras dari berbagai pihak seperti AS, NATO, Italia, Rusia, dan Australia, karena dianggap bisa menambah kesulitan dalam mencari jalan keluar untuk mengakhiri perang saudara yang panjang di Suriah.
Kritik itu dijawab tegas oleh Presiden Turki Tayyip Erdogan yang membela dan mengancam akan mengirim lebih dari 3 juta pengungsi Suriah ke Eropa. "Mereka tidak jujur, mereka mengarang kata-kata. Namun kamu yang membedakannya dengan kami adalah aksi," ujarnya di Ankara pada Kamis (10/10).
Baca Juga: Suriah Minta AS Setop Danai Teroris
In-pictures: Civilians evacuate northern #Syria amid ongoing Turkish military incursion by air and ground. pic.twitter.com/Oc6Xzg0bIh
— Rudaw English (@RudawEnglish) October 9, 2019
Ia juga menegaskan kembali rencana membereskan jutaan pengungsi Suriah di safe zone di timur laut Suriah, dengan mengatakan Turki berniat mewujudkankannya dengan dana internasional. Uni Eropa menyatakan pihaknya tidak akan mengucurkan dana apa pun untuk membantu rencana Turki itu.
Operasi militer ini membuat Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan membahas operasi militer di timur laut Suriah, operasi anti teror yang disebut Turki terukur dan bertanggung jawab. Sementara pasukan Kurdi berdalih, menyelamatkan rakyat dari genosida pada Kamis kemarin.
Dikutip dari VOA, seluruh anggota dewan keamanan sepakat dalam pandangannya bahwa serangan Turki memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengkhawatirkan. Beberapa anggota meminta agar Turki menghentikan operasi militernya. Di sisi lain, ini juga membuat Liga Arab menyerukan pertemuan darurat pada Sabtu mendatang.
-
Afair17 Oct 2019 12:52
Sepucuk Surat Romantis Trump untuk Erdogan
-
Afair16 Oct 2019 09:15
Menengok Ancaman Krisis Kemanusiaan di Suriah