"Gempa bumi Mindanao dirasakan hingga di wilayah Indonesia seperti Tahuna, Sangihe, Melonguane, dan Talaud dalam skala intensitas II-III MMI. Di wilayah tersebut guncangan dirasakan seperti truk berlalu," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Selasa (29/10/2019).
Gempa dengan kedalaman 15 kilometer tersebut dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang belum dikenali. Menurut Daryono, gempa yang mengguncang Mindanao, Selasa pagi, sebenarnya sudah didahului gempa pembuka yang mengguncang kuat pada 16 Oktober 2019 atau 12 hari lalu dengan magnitudo 6,4.
Baca Juga: Aksi Mahasiswa: Dari Vandal Berubah Jadi Mungut Sampah
Dampak gempa saat itu menyebabkan setidaknya satu orang meninggal dunia dan lebih dari 24 orang terluka akibat guncangan kuat yang merusak bangunan saat gempa pembuka tersebut.
Gempa kali ini magnitudonya lebih besar, sehingga tampaknya gempa kali ini akan menimbulkan kerusakan yang lebih parah, karena peta tingkat guncangannya (shake map) menunjukkan guncangan mencapai skala intensitas VII MMI. Artinya dapat terjadi kerusakan sedang hingga berat.
Dia menyatakan, wilayah Indonesia yang memiliki banyak sesar aktif perlu mewaspadainya dan belajar dari peristiwa gempa yang terjadi di Mindanao agar selalu waspada terhadap dampak gempa.
Sementara itu, gempa berkekuatan magnitudo 4,8 terjadi di wilayah Daruba, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara. Pusat gempa berada di darat. BMKG mencatat gempa terjadi pada pukul 11.07 WIB, Senin (28/10/2019). Titik gempa ada di koordinat 2,52 Lintang Utara-128.46 Bujur Timur dengan kedalaman 22 km.
"Pusat gempa berada di darat 55 km Timur Laut Daruba," tulis BMKG.
-
Daerah18 Jan 2023 15:10
Laut Maluku Diguncang Gempa M7,1, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami