Menunggu Anies Pertanggungjawabkan Anggaran Lem Aibon

| 30 Oct 2019 11:22
Menunggu Anies Pertanggungjawabkan Anggaran Lem Aibon
Kantor Balai Kota Jakarta (Diah/era.id)
Jakarta, era.id - Anggota DPRD DKI Fraksi PSI William Aditya Sarana heran atas temuan anggaran dalam draf kebijakan umum anggaran-plafon prioritas anggaran sementara (KUA-PPAS) tahun 2020. 

Ia menemukan anggaran yang dianggap ganjil, yakni pengajuan pembelian lem aibon sebagai belanja alat tulis kantor oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta sebesar Rp82,8 miliar.

“Kemarin saya temukan ada usulan belanja lem aibon senilai 82 miliar Rupiah di Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat. Ini usulan dari mana? Kenapa lem Aibon dan kenapa angkanya besar sekali?" kata William kepada wartawan, Rabu (30/10/2019).

Anggaran aneh ini ia temukan tadi malam dalam draf yang diunggah di situs resmi apbd.jakarta.go.id. Anggaran lem aibon ini menjadi ramai dibincangkan di media sosial Twitter. Bahkan, frasa "aibon", "APBD", "anggaran", dan "Disdik DKI" bertengger di trending topic Twitter se-Indonesia. 

 

Sekretaris Disdik DKI Jakarta Susi Nurhati mengatakan, kemungkinan besar terdapat salah ketik saat input data dalam sistem e-budgeting di web APBD Jakarta, sehingga Pemprov DKI Jakarta memasukkan anggaran lem aibon yang tertera dalam draf KUA-PPAS. 

Tapi, jawaban Susi tak membuat William puas. Sebab, pembahasan sudah memasuki tahap final. Seharusnya tidak ada lagi kesalahan fatal dan fantastis di tahap akhir ini dan semua komponen sudah rapi dan bisa dipertanggungjawabkan.

“Apa benar kesalahan input atau jangan-jangan baru diperbaiki karena masyarakat teriak? Di sistem e-budgeting kan tercatat kronologis penginputan, saya minta bukan hanya data komponen dibuka, tapi juga rekaman digital siapa input komponen apa dan kapan supaya terang benderang,” tutur William. 

Selain anggaran lem aibon, William juga menemukan adanya usulan anggaran pengadaan ballpoint sebesar Rp124 miliar di Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta Timur, 7.313 unit komputer dengan harga Rp121 miliar di Dinas Pendidikan, dan beberapa unit server dan storage senilai Rp66 miliar di Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik.

“Itu baru sebagian saja, masih ada puluhan lainnya yang akan kami tanyakan satu-satu. Kami sudah ikuti rapat Komisi beberapa hari ini, dan tiap kali diminta buka detail anggaran Pemprov selalu mengelak. Apa yang perlu disembunyikan? Saya mau tahu yang mengusulkan siapa dan alasannya apa nilai-nilai yang diajukan fantastis sekali. Jangan sampai DPRD hanya jadi tukang stempel Gubernur,” kata dia.

Lebih lanjut, ternyata situs APBD tak lagi bisa memunculkan rincian anggaran KUA-PPAS 2020 sejak banyak diperbincangkan di media sosial.  Maka, William mendesak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan agar membuka kembali akses web APBD untuk publik agar tak menimbulkan kecurigaan. 

“Saya minta hari ini juga website apbd.jakarta.go.id yang memuat data rincian komponen usulan APBD 2020 segera dibuka lagi. Kesalahan fatal kalau Gubernur mau menutup-nutupi. Kalau ada data yang terbaru, segera tampilkan saja. Jangan Gubernur bermain opini, kami minta buka datanya!” pungkasnya.