Rinciannya, rute sepanjang 5,8 kilometer ini punya tujuh stasiun yang semuanya berada di bawah tanah, yaitu Sarinah, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota.
Meski tak sepanjang MRT fase satu yang memiliki rute sepanjang 15,7 kilometer dengan 13 stasiun, Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar bilang pembangunan MRT fase dua bakalan lebih rumit dan memiliki kendala lebih.
"Secara teknis, pengerjaan terowongan berada di bawah sungai (Sungai Batang Hari di Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk)," kata William di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (8/11/2019).
Adanya sungai dalam rute MRT fase dua ini membuat pembangunan terowongan yang melewati kawasan Sawah Besar dan Mangga Besar dibangun bertingkat. Di kawasan ini, kedalaman terowongan bisa mencapai lebih 30 meter di bawah permukaan tanah.
Tak hanya itu, kendala lain yang mesti diperhatikan dalam MRT fase dua adalah pembangunannya bakal melewati kawasan di sekitar Kota Tua dengan banyak cagar budaya.
"Ada banyak bangunan bersejarah yang kita lalui. Kita harus kerja sama dengan badan pelestarian cagar budaya untuk memastikan konstruksi yang kita bangun tidak merusak bangunan cagar budaya tadi," jelas dia.
Ada beberapa pengerjaan awal sebelum membangun konstruksi stasiun MRT, mulai dari pembangunan dinding diafragma untuk gardu induk di Monas, relokasi pohon, penggalian, pengecoran, persiapan area kerja, sampai pemasangan rebar untuk guidewall.
Proyek ini memiliki tujuh paket kontrak, terdiri dari CP200 hingga CP206. CP200 melingkupi konstruksi struktur gardu induk. Paket CP201 sampai CP203 merupakan pembangunan stasiun MRT Sarinah hingga Kota.
Kemudian, CP204 merupakan pembangunan pekerjaan sistem railways, CP205 pembangunan sistem perkertaapian, signaling, dan telekomunikasi, lalu CP206 merupakan pengadaan kereta MRT.