"Sebagai contoh, Novel sendiri belom pernah di BAP. Itu saja sudah menjadi satu kekurangan karena dia saksi hidup dan bisa bicara. Mengapa dia tidak mau bicara, nah ini perlu kita cermati," ujar Andrianus di Polda Metro Jaya, Kamis (25/1/2018).
"Minimal dari apa yang diungkapkan penyidik, kelihatannya ada beberapa pihak yang belum optimal dalam rangka memberikan keterangan kepada penyidik," tambahnya.
Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal usai Salat Subuh di masjid dekat rumahnya, Selasa (11/04/2017) lalu. Akibat penyiraman mata Novel rusak.
Novel langsung mendapatkan perawatan mata di sebuah rumah sakit di Singapura. Meski sudah berjalan 10 bulan, kasus ini belum mendapat titik terang. Namun, Ombudsman yakin kerja keras polisi akan membuahkan hasil.
"Kelihatannya kami mendapat evidence polisi bekerja serius. Nanti akan kami masukan di laporan akhir," lanjutnya.
Polisi mulai putus asa
Lamanya penyelidikan yang tidak membuahkan hasil, membuat dampak psikologis tersendiri buat penyidik. Adrianus mengatakan, penyidik yang menangani kasus ini mulai putus asa.
"Ini mereka bekerja tiap hari, dikejar-kejar waktu untuk mencari clue. Tapi masih belum mendapatkan apapun," kata dia.
"Mereka desperate dalam mencari clue, dalam kondisi ini polisi desperate," tambahnya.
Dalam kasus ini, polisi sudah mengeluarkan sejumlah sketsa wajah laki-laki yang diduga pelaku penyiraman. Sketsa itu sendiri diperoleh berdasarkan keterangan dari para saksi.
Polda Metro Jaya pun meminta masyarakat yang menemukan, mengetahui, mendengar maupun memiliki informasi, segera melapor ke Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro di nomor hotline 0813-9884-4474.