Hasil pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, selama periode Februari hingga awal Maret 2020 teramati letusan dengan ketinggian kolom letusan berkisar 300 - 500 meter di atas puncak. Kolom letusan berwarna kelabu hitam disertai hembusan gas menerus berwarna putih tipis dari arah kawah Jonggring Seloko.
Sejak 26 Februari 2020 teramati sinar api dengan tinggi 10 - 50 meter dari Kawah Jonggring Seloko, dan aktivitas guguran lava pijar dengan jarak luncur 500-1000 m ke arah Besuk Kembar, Besuk Bang dan Besuk Kobokan. Dan yang terbaru, 3 Maret 2020 terjadi satu kali awan panas guguran dari ujung aliran lava ke arah Besuk Kembar dan Besuk Bang sejauh 2.250 meter atau 3 kilometer dari kawah puncak.
PVMBG juga merekam bahwa kegempaan di Gunung Semeru masih tinggi. Tingkat kejadian gempa guguran meningkat pada akhir Februari dan guguran lava terekam mulai 26 Februari 2020.
“Interval gempa letusan rata – rata terjadi setiap 1 jam sekali dan masih berpotensi terjadi letusan,” kata Kepala PVMBG, Kasbani, Rabu (4/3/2020).
Terekam pula gempa akibat getaran banjir seiring curah hujan intensitas tinggi di wilayah Jawa Timur.
PVMBG juga mencatat aktivitas letusan dan hembusan gas menerus di Kawah Jonggring Seloko Gunung Semeru. Hal ini menunjukkan terjadi suplai atau tekanan dari magma yang terus berlangsung disertai dengan kenaikan fluida (gas, cair dan padat) ke kedalaman yang lebih dangkal, seiring kemunculan aliran lava.
“Interval gempa letusan yang cukup rapat menunjukkan bahwa hingga saat ini tidak terjadi penumpukan energi yang berpotensi terjadinya erupsi dengan intensitas yang lebih besar,” terangnya.
Dengan aktivitas vulkanik tersebut, Gunung Semeru masih menyimpan potensi erupsi dengan sebaran material erupsi berupa aliran lava, hujan abu lebat dan lontaran batu di sekitar kawah dalam radius 1 kilometer dari pusat erupsi.
“Serta awan panas guguran sejauh 4 km di sekitar lereng tenggara dan selatan. Namun hingga saat ini jarak luncur awan panas guguran masih di bawah 4 km,” sambung Kasbani.
Kasbani mengingatkan perlunya mewaspadai gempa-gempa guguran yang menandakan ketidakstabilan ujung aliran lava yang berpotensi menjadi awan panas guguran. Juga terjadi penumpukan material erupsi disekitar puncak, lereng dan hulu Besuk Bang, Besuk Kembar dan Besuk Kobokan berpotensi menjadi aliran lahar jika terjadi curah hujan yang cukup besar.
“Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental, serta potensi ancaman bahaya Gunung Semeru hingga 3 Maret 2020, tingkat aktivitas vulkanik Gunung Semeru dinilai masih dalam Level II (Waspada),” katanya.
PVMBG merekomendasikan masyarakat dan wisatawan agar tidak melakukan aktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif dan di wilayah sejauh 4 km di sektor lereng selatan–tenggara yang merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru (Jongring Seloko) sebagai alur luncuran awan panas guguran.
“Masyarakat yang bermukim di bantaran sungai dan beraktivitas di dalam Besuk Kembar, Besuk Kobokan dan Besuk Bang agar mewaspadai ancaman bahaya aliran lahar,” katanya.