ERA.id - Aktivitas Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, menjadi perhatian Jepang terkait tsunami. Mengapa Jepang waspada tsunami pascaerupsi Gunung Semeru?
Seperti diketahui, Gunung Semeru mengalami erupsi beberapa waktu lalu. Hal tersebut rupayanya tak hanya menjadi perhatian warga Jawa Timur dan Indonesia, tetapi juga Jepang. Badan meteorologi Jepang memantau kemungkinan tsunami setelah Gunung Semeru mengalami erupsi.
Potensi Tsunami Akibat Gunung Semeru
Jepang memberikan perhatian terhadap aktivitas Gunung Semeru. Namun, apakah hal tersebut memang berkaitan?
Menurut peneliti bencana Institut Teknologi 10 Nopember (ITS), Amien Widodo, erupsi Semeru beberapa waktu lalu tidak akan sampai ke lautan. Dia tidak sependapat dengan pemberitaan yang menginformasikan soal kewaspadaan Jepang terhadap tsunami akibat erupsi Gunung Semeru.
"Tidak ada kemungkinan sampai tsunami ataupun letusan yang sampai lautan," terang Amien, dikutip Era dari Surya.co.id.
Dia menerangkan, dampak dari gunung berapi yang berada di darat seperti Semeru tidak akan sampai pada bibir pantai.
"Sudutnya sudah datar sehingga tidak akan mungkin meletus sampai bibir pantai juga enggak mungkin karena energinya berkurang," jelasnya.
Mengapa Jepang Waspada Tsunami Pascaerupsi Gunung Semeru?
Amin menjelaskan, gunung berapi bisa memicu tsunami jika gunung yang meletus tersebut ada di lautan, seperti Gunung Krakatau dan gunung api dasar laut yang ada di Pasifik.
"Jepang memang mewaspadai karena khawatir akan ada tsunami karena ada gunung berapi di Pasifik yang bersebelahan dengan Jepang, yakni Gunung Hunga di Pulau Tonga," terangnya.
Saat ini status aktivitas Gunung Semeru yang paling akurat adalah yang diberikan oleh pos pantau.
Sebelumnya, Gunung Semeru mengalami erupsi dengan mengeluarkan guguran awan panas sejauh 7 km pada Minggu 4 Desember 2022. Berdasarkan catatan Badan Geologi, Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, awan panas dari puncak Gunung Semeru memiliki kolom abu berwarna abu-abu.
Terpantau, intensitas awan tersebut sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan dengan ketinggian sekitar 1.500 m di atas puncak gunung. Sumber awan panas guguran terebut berasal dari tumpukan yang ada di ujung lidah lava, sekitar 800 m dari puncak atau Kawah Jonggring Seloko.
Terkait kondisi Gunung Semeru, PVMBG mengimbau masyarakat tidak beraktivitas di wilayah tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak gunung.
"Di luar jarak itu, masyarakat diminta tidak beraktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak," terang Amien.
Meskipun Jepang waspada tsunami pascaerupsi Gunung Semeru, ditegaskan bahwa hingga saat ini aktivitas gunung berapi di Lumajang tersebut tidak berpotensi menyebabkan tsunami. Namun, warga diimbau berhati-hati dan tidak melakukan aktivitas di wilayah tertentu.