Namun, pada pekan lalu petugas kesehatan datang ke rumah keluarga untuk bilang bahwa Alba Maruri masih hidup bahkan kondisinya kini membaik. Data pasien Alba tertukar dengan pasien lainnya.
Kakak Alba, Aura Maruri mengatakan saat itu sebuah datang ambulans berisi dokter, psikiater dan relawan datang ke rumahnya untuk meminta maaf dan memberi tahu bahwa adiknya masih hidup. "Adalah keajaiban Tuhan apa yang telah terjadi," katanya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (29/4/2020).
Sebelumnya, wanita berusia 74 tahun itu dinyatakan meninggal saat belum genap sehari dirawat di Rumah Sakit Abel Gilbert Ponton pada 27 Maret silam. Keluarganya belum bisa mengunjunginya karena jam malam yang diberlakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut.
Aura Maruri mengatakan keluarganya tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan abu jenazah yang mereka terima. Apalagi pihak rumah sakit juga tak memberi tahu identitasnya.
Kota pelabuhan tersebut adalah salah satu tempat terparah di Amerika Latin yang dilanda pandemi virus korona. Ratusan mayat dibiarkan tak terkubur, terkadang dibiarkan tergeletak di pinggir jalan.
Dalam dua pekan pertama April, hampir 6.000 orang meninggal dunia tapi belum sempat melakukan tes korona. Ekuador telah mencatat hampir 23.000 kasus virus korona dan 576 kematian. Tapi angka kematian tersebut diduga lebih sedikit dari angka sesungguhnya.
Kasus tersebut membuktikan kesulitan yang dihadapi Ekuador dalam menangani wabah virus korona. Sistem kesehatan termasuk rumah sakit dan manajemen pemulasaran jenazah menjadi kacau balau karena overload.
Menteri Kesehatan Juan Carlos Zevallos mengatakan kasus itu sedang diselidiki. Otoritas kesehatan juga menjamin akan meningkatkan sistem identifikasi mayat dan rumah sakit yang melacak keluarga korban meninggal.