PSBB Usai, Kasus COVID-19 di Jabar Melonjak

| 04 Jul 2020 11:44
PSBB Usai, Kasus COVID-19 di Jabar Melonjak
Ridwan Kamil
Bandung, era.id – Usai dihentikannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk sebagian besar daerah di Jawa Barat (Jabar), angka kasus baru COVID-19 malah melonjak.

Angka reproduksi efektif (Rt) atau indeks penularan kasus baru, naik dari di bawah 1 menjadi 1,1 per 1 Juli 2020.

“Angka Rt efektif di Jabar mulai 1 Jjuli itu ada di angka 1,1. Tapi kalau dilihat tren dari tanggal 19 Juni sampai 1 Juli 2020, untuk periode 2 minggu masih ada di angka 0, 84,” terang Pakar Epidemologi Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unpad, dr Bony Wiem Lestari MSc, dalam konferensi pers, Jumat (7/3/2020).

Itu menunjukan bahwa Jabar harus meningkatkan kewaspadaannya terhadap potensi terus meningkatnya kasus penularan penyakit infeksi akibat virus SARS CoV 2. Timnya sudah melakukan pemodelan bahwa dalam 1 bulan ke depan, di Jabar akan terjadi peningkatan jumlah kasus.

Meski angka penularan merangkak naik, Bony bilang secara umum kasus COVID di Jabar masih terkendali. Ia menyarankan agar semua pihak untuk bekerja sama mencegah dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Peningkatan jumlah kasus di Jabar diperkirakan karena meningkatnya aktivitas atau mobilitas masyarakat seiring dicabutnya PSBB di sebagian daerah di Jabar 26 Juni kemarin, kecuali Bodebek yang PSBB-nya diperpanjang.

“Jadi harapannya, dengan meningkatnya Rt ini menjadi kewaspadaan kita bersama,” paparnya.

Gubernur Jabar sekaligus Ketua Gugus Tugas, Ridwan Kamil mengakui, sudah memprediksi kemungkinan peningkatan kasus infeksi COVID di Jabar.

Oleh sebab itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan kabupaten/kota untuk menerapkan pengetatan yang skalanya mikro atau Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) di wilayah-wilayah yang masuk zona merah atau hitam atau kasus COVID-nya tidak terkendali.

Emil menegaskan pihaknya tidak mengendurkan kewaspadaan di Jabar walau sebagian wilayah tidak lagi melakukan PSBB. Kini menurunya pembatasan sosial diberlakukan per wilayah rawan.

Tidak adil katanya memberlakukan kebijakan yang sama untuk seluruh wilayah Jabar yang kondisi kasus COVID-nya berbeda-beda.

Sebagai contoh, Kota Sukabumi yang sudah masuk zona hijau atau terkendali, tidak bisa diberlakukan kebijakan yang sama dengan Kota Depok yang masih terjadi peningkatan kasus COVID.

“Kesimpulannya, Jabar itu tidak memberhentikan PSBB. Makanya PSBB Bodebek dilanjutkan. Kalau bicara Jabar kan keseluruhan ada yang Bodebek dan non-Bodebek. Apakah PSBB Jabar dilanjutkan? Dilanjutkan di daerah-daerah yang memang tinggi yaitu Bodebek, yang lainnya berbasis PSBM,” pungkasnya.

Tags :
Rekomendasi