"Kita tinggal di negara yang mengamini kemajemukan. Ada enam agama yang diakui di Indonesia. Jangan sampai simpul kebhinekaan rusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab seperti ini," ujar Muhaimin di Jakarta, Minggu (11/2/2018).
Sadar apa yang terjadi dapat memecah belah bangsa, Cak Imin mengimbau agar sama-sama menahan diri di tahun politik ini.
"Ayo kita sama-sama menahan diri. Jangan termakan provokasi untuk curiga satu sama lain," tuturnya.
Dalam dua pekan terakhir, kata Cak Imin, sudah terjadi empat kali penyerangan terhadap tokoh agama. Pertama, dialami oleh Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri (Mama Santiong). Korban dianiaya usai melakukan Salat Subuh pada Sabtu (27/1) lalu.
Selang beberapa hari, kasus kedua menimpa Komando Brigade PP Persis, Ustaz Prawoto di Bandung, Jawa Barat. Prawoto tewas usai dianiaya seorang pria, pada Kamis (1/2).
Kemudian, kasus ketiga, dialami Biksu Mulyanto Nurhalim asal Desa Babat, Tangerang, Banten pada Sabtu (10/2). Nurhalim dipaksa menandatangani surat perjanjian agar tidak menggelar kegiatan peribadatan di desanya sendiri.
Terakhir, terjadi di Gereja Lidwina, Yogyakarta pada Minggu (11/2). Jemaah dan pastor gereja diserang pria bernama Suliyono menggunakan pedang. Pria asal Banyuwangi, Jawa Timur itu membuat enam jemaah luka-luka, termasuk Romo Prier dan seorang polisi.