Makna Isra Mikraj bagi Menko Puan

| 14 Apr 2018 10:50
Makna Isra Mikraj bagi Menko Puan
Menko PMK Puan Maharani (Foto: Istimewa)
Tokyo - Makna peringatan Isra Mikraj harus dimaknai masyarakat sebagai momentum mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani di sela-sela menghadiri Global Ministerial Summit 2018, di Tokyo, Jepang, Sabtu (14/4/2018).

Puan menyampaikan, pemerintah juga menjadikan peringatan peristiwa besar bagi umat Islam ini sebagai momentum menguatkan komitmen memajukan Indonesia. Menurut dia, hal itu sesuai dengan pesan Presiden Joko Widodo saat peringatan Isra Mikraj di Istana Kepresidenan Bogor, bersama para menteri dan anak yatim, serta perwakilan tokoh masyarakat dan ulama.

“Seperti yang dikatakan Pak Jokowi, setiap kita memperingati Isra Mikraj, kita harus ingat bahwa kita harus naik menjadi lebih baik,” kata Puan, melalui pernyataan tertulis. 

Isra Mikraj merupakan peristiwa besar bagi umat Islam, yakni bagian kedua dari perjalanan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam, dan membawanya hingga ke Sidratul Muntaha. Pada peristiwa inilah Nabi Muhammad SAW mendapat perintah menunaikan salat lima waktu sehari.

Menurut Puan, makna Isra Mikraj harus diamalkan dalam keseharian. Dia yakin Indonesia akan lebih baik jika masyarakatnya mampu berpikir jernih dan memiliki daya saing. 

Untuk mewujudkan hal itu, kata Puan, pemerintah terus melakukan terobosan dalam pembangunan infrastruktur dan revolusi mental. Pembangunan infrastruktur kini semakin merata hingga ke daerah, dan revolusi mental digencarkan melalui akses pendidikan, kesehatan, serta pelatihan kompetensi.

“Makna Isra Mikraj harus kita amalkan supaya kita menjadi bangsa yang rukun, mandiri, unggul, dan berkepribadian. Pemerintah pasti bisa membawa Indonesia lebih baik,” ungkapnya.

Baca Juga : Puan Ingin Amankan Hak Cipta Seni-Budaya

Selama kunjungan kerja di Jepang, Puan juga mengunjungi Panti Lansia Minato-ward Special Nursing Home for the Elderly Shirokanenomori, di Tokyo. Di sana, dia berdialog dengan careworker asal Indonesia dan setelahnya menyatakan akan meminta pemerintah Jepang menambah kuota untuk pekerja Indonesia.

Puan menyatakan, pemerintah Jepang merespons baik permintaannya dan penambahan kuota dapat dilakukan jika calon careworker memenuhi syarat. Sebagai bentuk kepedulian, Puan akan membuat pelatihan bahasa dan keterampilan untuk para calon pekerja agar memiliki daya saing dan mandiri saat bekerja di luar negeri.