Kutipan yang ditulis Presiden Sukarno tersebut menggariskan persoalan yang lebih mendalam soal ketidakadilan terhadap kaum perempuan dalam sistem kemasyarakatan. Karenanya, dia berkata perkara wanita bukan menyoal perempuan saja, tetapi juga menyangkut soal masyarakat.
Begitulah Bung Karno memandang peran perempuan sangat penting dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, yang dia sampaikan saat penerbitan buku Sarinah.
Berangkat dari situ, Ketua Bidang Kesehatan, Perempuan, dan Anak DPP PDI Perjuangan, Sri Rahayu mengatakan bahwa PDIP menyadari perlunya mendorong partisipasi, keterlibatan, dan kontribusi kaum perempuan lebih luas dalam kegiatan partai dan politik nasional.
"Sejalan dengan pemikiran Bung Karno dan realitas partisipasi kaum perempuan saat ini, PDI Perjuangan telah mempersiapkan kader-kader perempuan baik di tingkat nasional maupun daerah," ungkap Sri, dalam keterangan tertulis terkait peringatan Hari Kartini, Sabtu (21/4/2018).
Dia mengungkapkan, dalam Pemilu 2019 ada syarat 30 persen perempuan dalam daftar calon anggota legislatif di setiap daerah pemilihan. Menurut Sri, PDIP sudah lebih dulu selalu mendorong kader perempuan menunjukkan jati diri dalam pentas politik, seperti yang diinstruksikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Pemimpin harus mampu memperkuat keragaman budaya, agama, sosial, dan idiologi untuk menjaga persatuan bangsa. Di tengah maraknya politik SARA, fitnah, dan ujaran kebencian karena kekuasan, maka kehadiran perempuan dalam politik sangatlah penting," ungkapnya.
Baca Juga : Tri Mumpuni, 'Kartini' Zaman Now
Tak luput, Sri menuturkan nama-nama pahlawan perempuan seperti Kartini, Tjut Nyak Dien, Malahayati, Dewi Sartika, HR Rasuna Said, Rohana Kudus, Maria Walanda Maramis, dan sebagainya, merupakan para pemimpin perempuan yang selalu menjadi teladan bagi kaum perempuan di Indonesia.