Sandi, Pilot Pesawat Yang Jatuh Ke Balai Kota.
Tim Editor
| 25 Nov 2017 12:01
Jakarta, era.id - Pagi di Kementrian Olahraga, Senayan Jakarta Pusat. Suasana terasa sejuk ditepian lapangan basket depan gedung Kemenpora. Sabtu (25/11/2017)
Nampak lima orang dengan mengenakan baju basket berlari melakukan pemanasan, memutari lapangan basket yang berwarna hijau muda. Mereka tak lagi muda, beberapa diantaranya telah beruban.
Meski demikian, diakui fisik yang dimiliki masih terbilang fit. Buktinya, mereka baik-baik saja setelah memutari lapangan sebanyak 3 kali.
Matahari mulai terbit, sedikit. Jam tangan saya menujukan pukul 07.15 WIB. Sebuah mobil Lexus GX 460 hitam bernomor B 1726 RFR masuk lewat pintu depan dan parkir dekat lapangan basket. Ternyata itu adalah mobil Dinas Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno.
Dengan menggunakan baju berwarna 'oranye' bertuliskan "Indonesia, Marathon Berlin 2013," celana hitam, sepatu merah dan kacamata dikeataskan, Sandi keluar dari mobil dan langsung menyapa teman - temannya juga Wilson, reporter Era.id yang datang lebih pagi dari pada teman -temannya Sandi.
Pagi itu Sandi bermaksud bermain basket dengan rekan-rekannya yang sedari tadi sudah melakukan warming up (pemanasan). Namun sebelum itu, Sandi menyempatkan untuk wawancara dengan era.id.
Wawancara dengan era.id bertepatan dengan peringatan hari guru nasional, Sandi teringat dengan ucapan guru PAUD dan Taman Kanak -Kanak, kala itu bu Guru rajin menanyakan cita-cita dari siswanya.
Sandi yang dulu bercita-cita menjadi pilot, tak pernah terbayang akan menjadi orang nomor dua di DKI Jakarta.
"Cita-cita saya sama dengan anak kecil yang lain ingin jadi pilot," kata Sandi sambil tersenyum.
Namun keinginan kuat tersebut, pupus. karena Sandi terpaksa memakai kacamata ketika duduk di kelas 4 SD.
Sandi divonis menderita miopi atau rabun jauh, minus 10, sehingga ia terpaksa menggunakan kacamata jika ingin beraktifitas.
Sandipun banting haluan cita-citanya. Dirinya coba meraba dunia perbisnisan.
"Terus ganti cita-cita jadi pebisnis, tapi itu juga enggak langsung jadi pebisnis,"
Orang nomor dua di DKI itu menceritakan, dirinya pernah menelan pil pahit pada waktu krisis moneter di tahun 1997. Akibat kondisi keuangan nasional yang tidak stabil, tempat perusahaan Sandi bekerja di NTI Resources Ltd Canada, bangkrut. Sandipun terkena Putus Hubungan Kerja (PHK).
Ia sempat melamar pekerjaan ke puluhan perusahaan, namun ditolak.
"Mulanyakan jadi Akuntan, terus make maker dan di PHK tahun 1997, baru jadi pengusaha," cetus Sandi.
Sebelumnya Sandi tak pernah terpikir tentang nasibnya kedepan, kedua orang tua Sandi saat itu hanyalah orang biasa. Ibunya seorang guru, ayahnya seorang pegawai di sebuah perusahaan.
Sandi akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang pebisnis, bisnis pertama yang ia buka adalah konsultasi dan bisnis keuangan.
Pernah Sandi bercerita saat masa kampanye bahwa awal mula dibangunnya bisnis tersebut hanya memiliki tiga orang pegawai. Bahkan, kata Sandi, kantor yang ditempatinya dulu merupakan bekas salon kecantikan, dikawasan Kuningan.
Ukuran kantornya 8x10 m, dengan karpet yang berwarna shocking pink dan sisi-sisinya kaca ala salon pada umumnya. Sandi sengaja memilih lokasi di Kuningan, agar terdengar mewah dan elegan. Padahal Kuningan tempat kantor Sandi dulu terletak di Kuningan belakang.
Perusahaan yang dimiliki Sandipun terus berkembang, hingga pada tahun 2015 ia dipanggil oleh Ketua Umum Gerindra dan mulai aktif di politik.
"Dipanggil sama pak Prabowo dan saya enggak pernah punya cita-citalah, terpanggil gitu di tahun 2015," imbuh Orang terkaya nomor 37 di Indonesia versi Majalah Forbes 2011
Perusahaan yang ia dirikan semula dari hanya memiliki 3 pegawai, menjadi 50.000 pegawai ia tinggalkan. Sandi terjun di Politik, saat terjun di politik itulah, ia sampai pada satu tujuan hidup untuk memberi manfaat pada orang sekitar.
"My life is Just one Grand ticket. Saya enggak pernah membayangkan, saya enggak punya Grand Plann, jadi I know pada satu titik saya harus memberi manfaat kepada orang banyak, kepada orang lain," ujar Sandi sambil menutup matanya sesekali, seakan mengingat kembali tujuannya itu.
18 Bulan Sandi berkeliling, mendengar aspirasi warga Jakarta. Hingga akhirnya dia terpilih menjadi Calon Wakil Gubernur yang diusung Gerindra, ia disandingkan dengan Anies Baswedan, mantan Menteri Pendidikan untuk menghadapi perhelatan Pilkada Jakarta 2017.
#Sandi Menang, Sandi Diterjang
6 Bulan lebih pertarungan di liga Pilkada Sandi rasakan, akhirnya kompetisi itu berakhir, Anies -Sandi keluar sebagai juaranya. Disinilah kehidupan Sandi dirasanya berubah drastis. Sandi mulai berbenah untuk memperbaiki kota Jakarta.
Sebulan lebih menjadi wakil Nahkoda Kota Jakarta, Sandi mendapat banyak cibiran. Mulai dari pakaian dinas yang dipandang melanggar Peraturan Gubernur (Pergub), dilanjutkan lagi dengan penetapan UMP Jakarta yang berujung pada pencabutan mandat dukungan buruh hingga yang terakhir, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang dikritik habis-habisan karena diduga memasukan anggaran siluman. Sandi rasakan.
Puluhan hujatan dan kritikan yang diterima Sandi selalu disikapi dengan positif. Sandi enggan menjadi melankolis terhadap semua hujatan tersebut. Meskipun tak dipungkiri, sesekali Sandi ingin dipuji.
Sandi mengakui bahwa tiap kebijakan yang diambil, banyak yang diuntungkan dan banyak juga yang dirugikan, namun ia memastikan semuanya semata-mata untuk rakyat Jakarta.
"Pengennya apa yang kita kerjakan di DKI ini mendapatkan, bukan apresiasi 100% sih, hatter always kritik us, but is welcome," kata mantan CEO PT Saratoga Investama Sedaya itu
"Walaupun gak bisa nyenengin semuanya tapi mayoritas bisa bersatu, untuk masa depan bersama-sama ini mimpi saya kedepan," tutup Sandi sambil menetap Wilson, dan kamera.
Tags :
Rekomendasi