Mengenal Aman Abdurrahman yang Ingin Ditemui Napi Teroris
Mengenal Aman Abdurrahman yang Ingin Ditemui Napi Teroris

Mengenal Aman Abdurrahman yang Ingin Ditemui Napi Teroris

By Yudhistira Dwi Putra | 09 May 2018 23:23
Hingga berita ini ditulis pada 23.59 WIB, peristiwa penyanderaan masih berlangsung. Seorang polisi bernama Iwan Sarjana dan sejumlah narapidana lain --termasuk seorang narapidana wanita dan bayinya-- belum berhasil dibebaskan. Pemutakhiran terhadap peristiwa masih sangat mungkin dilakukan. Versi aktual dari peristiwa ini dapat kamu ikuti di sini: Kerusuhan di Mako Brimob. #KamiBersamaPolri

Situasi terkini di depan Mako Brimob (Foto: Melisa/era.id)

Jakarta, era.id - Aman Abdurrahman alias Oman alias Abu Sulaiman bin Ade Sudarman disebut-sebut sebagai kunci untuk mengakhiri penyanderaan yang dilakukan narapidana terorisme di Mako Brimob. 

Sore tadi, Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan, salah satu tuntutan kelompok perusuh yang diduga anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) adalah bertemu dengan Aman Abdurrahman yang ditangkap pada 13 Agustus 2017 lalu.

"Memang ada hubungan (Aman Abdurrahman) mereka menuntut itu ... Tuntutan itu setelah kejadian mereka minta ketemu," ucap Setyo di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Rabu (9/5/2018).

Namun, menurut Setyo, tuntutan tersebut sejatinya sudah dipenuhi. Kemarin malam, beberapa waktu setelah kerusuhan pecah dan penyanderaan terjadi, kelompok perusuh telah dipertemukan dengan Aman. "Mereka ketemu kemarin. Saya tidak tahu persis. Itu setelah penyanderaan," kata Setyo.

Entah apa yang dibicirakan kelompok perusuh dan Aman dalam pertemuan itu. Toh, Setyo juga enggak terbuka-terbuka amat soal itu. Yang jelas, tuntutan tersebut tentu saja jadi indikasi betapa pentingnya Aman bagi kelompok narapidana terorisme.

Lalu, siapa Aman?

Aman adalah sosok penting di JAD. Dia adalah inspirasi bagi banyak anggota JAD lain. Aman juga disebut-sebut sebagai salah satu pimpinan ISIS di Indonesia. Nama Aman kembali santer disoroti setelah serangan bom di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat pada 2016 lalu. Aman merupakan otak dari aksi teror tersebut.

Sebelumnya, Aman pernah ditangkap polisi pada tahun 2004 atas ledakan yang terjadi di rumahnya di kawasan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Ledakan itu terjadi saat Aman tengah melakukan perakitan bom.

Atas perkara itu, Aman diseret ke penjara dengan vonis hukuman penjara selama 7 tahun atas pelanggaran Pasal 9 Undang-undang (UU) Nomor 15 tahun 2003 Juncto Pasal 55 Ayat 1 (1) KUHP tentang kepemilikan bahan-bahan peledak.

Baca Juga : Catatan Kerusuhan di Mako Brimob

Lepas dari penjara, Aman kembali ditangkap pada tahun 2010 karena terbukti membiayai pelatihan kelompok teroris di Jantho, Aceh Besar. Kasus tersebut kembali menyeret Aman ke penjara dengan vonis sembilan tahun penjara.

Di dalam jaringan ISIS, sosok Aman begitu dikenal. Ia adalah sosok yang dihormati sebagai salah satu aktivis kawakan gerakan teror di Indonesia. Selain itu, Aman juga aktif menjadi dosen di Akademi Dakwah Islam Leuwiliang, Bogor dan LIPIA.

Enggak cuma itu. Aman adalah Dai di Masjid As Salafiyah dan tercatat sebagai pemimpin Pondok Daarul Ulum. Keaktifannya dalam jalur yang ia yakini sebagai jihad ini sudah dimulai sejak tahun 2003, terlebih ketika dirinya tercatat sebagai salah satu pendiri Tauhid Wal Jihad.

Situasi terakhir Mako Brimob

Perkembangan terakhir di lapangan, tim negosiator dari kepolisian telah melakukan perundingan dengan kelompok perusuh. Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada hasil yang dicapai kedua pihak.

"Tim nego menyampaikan kepada mereka dengan baik, dan mereka bisa menerima dengan baik," kata Setyo di lokasi.

Terkait kemungkinan menyerbu para perusuh, Setyo mengatakan, hingga saat ini polisi masih mengedepankan penyelesaian secara persuasif. Bahkan, kata Setyo, tak ada batas waktu yang ditetapkan polisi terkait negosiasi tersebut. 

"Kita masih berupaya, tim negosiator kita dari Polri terus melakukan negosiasi di lokasi dengan harapan mendapatkan hasil yang terbaik ... Kalau masalah deadline, kita mengharapkan, lebih cepat lebih bagus," tutur Setyo.

Infografis "Berita Duka dari Mako Brimob" (Wicky Firdaus/era.id)

Penyebab kerusuhan di Mako Brimob ini hanya karena masalah sepele, soal makanan. Napi teroris yang tidak sabar lantas membuat keributan. Padahal SOP dari kepolisian, tegas menyebut, makanan apapun yang berasal dari luar harus melewati pemeriksaan super ketat. Polisi ingin memastikan makanan itu aman dan sehat. Termasuk jangan sampai ada barang-barang terlarang diselundupkan melalui makanan itu.

Baca Juga : Ada Bayi Disandera di Mako Brimob

Kejadian ini berawal ketika seorang narapidana teroris diperiksa penyidik Densus 88 di ruang tahanan titipan pada Selasa (8/5) pukul 15.00 WIB kemarin. Seorang tahanan teroris berteriak dan memukul tembok rutan menagih janji akan diberikan makanan.

Setelah itu, pukul 21.30 WIB, para tahanan teroris mendorong teralis besi hingga jebol. Kemudian mereka mengambil senjata laras panjang dan menjebol ruang amunisi di dalam gedung tahanan. Terjadilah baku tembak antara tahanan teroris dan personel Densus 88 dan Brimob.

Rekomendasi
Tutup