Salah satu anggota Pansus, Nasir Djamil mengatakan, menciptakan formula yang tepat untuk mendefinisikan terorisme dalam RUU ini sangat penting untuk mencegah tindakan sembarang aparat.
"Agar kita lebih fokus, agar semua instansi yang terlibat dalam penanganan terorisme tahu, enggak beda-beda dia lihat terorisme," katanya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Buat Nasir, kekhawatiran terbesar dari segala isu terorisme adalah bangunnya kembali islamophobia dari benak masyarakat Indonesia. Nasir khawatir, aparat nantinya turut terbawa arus paranoid tersebut.
"Nanti ada misalnya institusi ini melihat bahwa terorisme itu pakai celana cingkrang, kemudian ada panah, suka latihan panah, pengajiannya eksklusif, janggutnya agak ini," katanya.
Dan betul saja, sebuah video viral pun sampai ke telepon genggam salah satu awak redaksi era.id. Dalam video itu, terlihat sejumlah anggota polisi tengah melakukan pemeriksaan terhadap seorang pemuda berpeci hitam yang mengenakan baju koko plus sarung.
Dalam video itu, terlihat polisi memerintahkan pemuda yang diduga santri itu untuk membongkar isi bawaannya. Sang pemuda pun terlihat memuntahkan seluruh isi tas yang ia gemblok plus membongkar habis seluruh isi kardus yang ia bawa.
Di media sosial, video tersebut memancing kecaman. Sejumlah orang menyebut kecurigaan polisi terhadap satu golongan sudah berlebihan. Dari kolom komentar yang terpantau, warganet menilai tindakan polisi itu adalah bentuk islamophobia yang seharusnya tak boleh dilakukan polisi sebagai penegak hukum.
Namun, di sisi lain, ada juga warganet lain yang membela polisi dalam video tersebut. Buat mereka, apa yang dilakukan para polisi merupakan hal yang wajar. Apalagi, belakangan ini rentetan teror terjadi, polisi memang harus meningkatkan kewaspadaan.
Sebaran video ini nyatanya turut ditanggapi oleh Banser Nahdlatul Ulama (NU), sebuah badan otonom bentukan NU yang bertugas menjalankan sejumlah misi kemanusiaan, termasuk melakukan pengamanan sosial. Menurut Banser, tak ada yang perlu dipersoalkan dari video tersebut.
Dalam postingannya, Banser malah menulis caption santai bernada candaan. "Plisss dulur Brimob, kalau ngejak guyon santri ojo kebangetan. Tolong kardusnya diganti baru ya Pak," tulis akun Twitter @Banser_CyberNU yang menyelipkan emoticon tawa di akhir captionnya.
Enggak cuma itu, @Banser_CyberNU bahkan memberi komentar menentramkan dalam postingan tersebut, "dan selepas geledah, kang santri dan dulur Brimob berangkulan, minum kopi bareng."
"Untuk Indonesia aman dan damai, apa pun rela dilakukan oleh poro santri "hubbul wathon minal iman. #IndonesiaDamai dan asik2 aja."
-
Afair22 Apr 2019 19:10
Keprihatinan Ma'ruf Amin Terkait Kelompok Radikal di Sri Lanka
-
Afair23 May 2018 06:05
Semua Gara-gara Sandal Jepit!
-
Afair17 May 2018 16:39
Usul DPR Melawan Propaganda Al Fatihin
-
Afair16 May 2018 18:41
Megawati : Hakikatnya Indonesia Religius dan Bergotong Royong