Mengawal Kelanjutan Hidup Anak-anak Pelaku Teror

| 16 May 2018 16:16
Mengawal Kelanjutan Hidup Anak-anak Pelaku Teror
Ledakan bom gereja di Surabaya (Foto: Istimewa)

Surabaya, era.id - Empat orang anak terduga teroris selamat setelah bersinggungan dengan ledakan beruntun yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari 30 jam, Minggu malam (13/5) hingga Senin pagi (14/5). Salah satu dari mereka, anak berinisial AIS (8) bahkan sempat dilibatkan dalam aksi penyerangan di Mapolrestabes Surabaya, Senin. Dalam serangan pukul 08.50 WIB itu, AIS dibawa oleh rombongan bermotor pelaku bom bunuh diri.

Peristiwa peledakan terjadi begitu cepat. Merujuk rekaman CCTV dan keterangan dari berbagai sumber, para terduga teroris melakukan pergerakan menggunakan dua sepeda motor. AIS dibawa oleh sepeda motor yang berada di depan bersama dua orang dewasa lainnya. Di motor lain yang berada di belakang, dua orang dewasa berboncengan. Kedua motor berjalan beriringan. Sesampainya di pos jaga, saat petugas coba melakukan pemeriksaan, ledakan pun terjadi.

Saat ledakan terjadi, AIS terpental dan selamat. Ia langsung dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya. "Dua motor, satu yang paling kecil berada di paling depan, terlempar dan selamat," ungkap Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Machfud Arifin dalam jumpa pers. Dalam sebuah video yang beredar luas, pascaledakan terjadi, terlihat AIS masih sempat berdiri, meski tampak sempoyongan, sebelum akhirnya dibopong oleh seorang anggota polisi dan dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya kemudian.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, dalam jumpa pers di Mapolda Jawa Timur menyebut AIS sebagai saksi penting untuk mengungkap kasus ini. Karenanya, polisi akan menyiapkan perlakuan khusus baginya. "Ini saksi paling penting. Biarkan dia dulu dirawat," kata Tito.

 

Melanjutkan hidup

Sementara itu, FA, DA, dan AR, tiga anak Anton, terduga teroris yang tewas dalam penyergapan di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo pada Minggu (13/5) juga dipastikan akan mendapat penanganan khusus. FA, DA, dan AR selamat, ketika bom rakitan Anton tiba-tiba meledak di dalam unit rusun yang mereka tinggali dan menewaskan ayah (Anton), ibu, dan seorang saudara kandung mereka yang lain.

Kapolda Jawa Timur, Irjen Machfud Arifin mengatakan, pihaknya akan memberikan pendampingan psikologis dan melakukan deradikalisasi terhadap AIS, FA, DA, dan AR. Namun, Machfud memastikan kepolisian akan terlebih dahulu melakukan pendampingan psikologis terhadap keempatnya.

Baca Juga : Ironi Pelibatan Satu Keluarga dalam Serangan Bom Surabaya

Baca Juga : Wenny Baru Tahu 2 Putranya, Evan dan Nathan Meninggal

"Kalau sudah sehat, pendampingan terhadap anak-anak ini (melalui) polwan psikolog kemudian pemahaman ahli-ahli deradikalisasi supaya tidak terngiang kejadian," kata Machfud Arifin di Mapolda Jawa Timur.

Terkait pengasuhan dan perawatan, polisi akan menyerahkan keempatnya kepada sanak keluarga masing-masing, dengan catatan, siapa pun nanti pihak yang mengasuh mereka haruslah orang-orang yang memiliki pemikiran waras dan jauh dari radikalisme. "Nenek, paman, om-nya harus benar-benar jamin waras dalam merawat anak," kata Machfud.

Dalam kesempatan lain, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyatakan akan membentuk trauma center bagi anak-anak pelaku teror. Nantinya, sejumlah pihak bakal dilibatkan dalam berbagai kegiatan di trauma center itu, termasuk psikolog, tenaga pendidik, hingga kepolisian. Selain buat anak-anak pelaku teror, trauma center ini juga terbuka untuk seluruh masyarakat luas lain yang terdampak serangan bom. Kata Risma, trauma center ini nantinya akan jadi program penting dalam upaya pemulihan kondisi masyarakat Surabaya.

Baca Juga : Anak-anak yang Dilibatkan dalam Serangan Bom 

Baca Juga : Kisah Polisi Penyelamat Anak Bomber Mapolresta Surabaya

“Nanti kan kita dampinginya bukan hanya keluarga korban, tapi dampingi juga anak-anak di sekolah, itu justru yang paling penting ... Banyak orang tua yang anaknya masih takut untuk pergi sekolah. Kita dampingi, trauma (center) ini bukan hanya trauma untuk anak-anaknya korban (pelaku terorisme), tapi juga anak-anak di sekolah itu juga trauma,” kata Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini di Kantor Wali Kota Surabaya.

Khusus anak-anak pelaku teror, Risma menyebut pendampingan akan dilakukan secara khusus. Pendampingan nantinya tidak hanya untuk menghapus trauma, namun juga untuk menghapus pemahaman radikal yang mungkin sempat ditanamkan orang tua mereka. “Pasti ada treatment sendiri. Mungkin di psikolog pun, mungkin dengan (pendampingan) tokoh agama,” katanya.

Rekomendasi