Akibat Perang, Jutaan Anak Afghanistan Putus Sekolah

| 03 Jun 2018 15:11
Akibat Perang, Jutaan Anak Afghanistan Putus Sekolah
Peta Afghanistan. (Foto: Pixabay)
Kabul, era.id - Badan Kemanusiaan Afghanistan menyebut, sekitar 3,7 juta anak-anak Afghanistan harus putus sekolah akibat perang, kemiskinan, pernikahan, dan pembedaan terhadap murid perempuan. Kekerasan terus meluas memaksa banyak sekolah meliburkan para siswa.

Menteri Pendidikan Mirwais Balkhi menerangkan, sekitar 3,7 juta anak-anak berusia tujuh hingga 17 tahun, atau 44 persen dari keseluruhan anak-anak, harus berhenti sekolah. Sebanyak 2,7 juta di antaranya adalah perempuan.

Kelompok Taliban di Afghanistan, yang berupaya menggulingkan pemerintahan dan menerapkan aturan keras mereka, dikenal menolak pendidikan untuk perempuan. Selain itu, ancaman dari IS juga memaksa puluhan sekolah menutup diri. 

"Pendidikan bagi anak adalah hal terpenting bagi pembangunan bagi semua komunitas manusia. Pendidikan juga merupakan alat penting untuk menghentikan peperangan, kemiskinan, dan pengangguran," kata Balkhi.

Baca Juga : Jejak Soekarno dalam Kunjungan Jokowi ke Afghanistan

(Foto: Pixabay)

Di sejumlah provinsi yang paling terdampak, hampir 85 persen anak perempuan tidak bersekolah sama sekali, kata laporan terbaru ini. Ketiga lembaga yang menggelar penelitian tidak menuliskan periode periode waktu yang spesifik ataupun perbandingan.

Baca Juga : Diplomasi Spiritual Presiden Jokowi di Afghanistan

Pada April tahun ini, sekelompok orang bersenjata membakar dua sekolah, sementara kekerasan yang meluas membuat ratusan sekolah swasta menutup operasi mereka.

"Afghanistan tidak bisa meneruskan kebijakan yang ada jika ingin memenuhi hak pendidikan bagi semua anak," kata Adele Khodr dari UNICEF.

"Saat anak-anak tidak berada di sekolah, mereka semakin terancam menerima kekerasan, eksploitasi, dan direkrut oleh kelompok bersenjata," kata dia.

(Foto: Pixabay)

Salah seorang remaja putri, Ziwar, dari provinsi Daikundi yang merupakan salah satu daerah teraman di Afghanistan, mengatakan bahwa dia hanya bisa bersekolah sampai umur 14 tahun. "Saya bisa membaca dan menulis. Saya bisa menulis sebuah surat," kata Ziwar.

"Saya belajar dari buku. Saya ingin meneruskan pendidikan saya. Saya bercita-cita menjadi dokter," sambungnya.

Rekomendasi