Sebab, di saat-saat seperti ini, anaknya, Nurwati (26) akan mengiriminya uang dari Malaysia --tempat Nurwati bekerja sebagai TKW-- lewat layanan Western Union (WU) milik Pos Indonesia. "Anak saya belum tentu pulang, tapi memang selalu kirim uang untuk hari raya," tutur Nurwati sebagaimana dikutip dari Antara, Senin (11/6/2018).
Setiap jelang Lebaran, gairah kantor pos selalu kembali memang. Tak peduli, seberapa pesat perkembangan teknologi perbankan atau bisnis ekspedisi yang belakangan jadi momok bagi keberlangsungan layanan pos konvensional.
Pokoknya, setiap Lebaran, kantor pos akan kembali hidup. Kalau Sulastri datang untuk memanfaatkan layanan WU, maka sejumlah pengunjung lain datang kembali ke kantor pos untuk membayar tagihan, mengirim uang, surat, serta barang.
Kesibukan ini disambut baik oleh Kantor Pos Besar Gladak, Surakarta. Sang Manajer Keuangan, Imron Rosadi bilang, biar bagaimana pun, hal ini berdampak sangat baik bagi nasib Kantor Pos yang mulai ditinggalkan.
Bahkan, jelang siang hari, jumlah antrean terhitung sampai 332 orang. Imron mengakui, pihaknya kewalahan juga menghadapi kesibukan ini. Betul memang, Imron sampai harus menambah jumlah petugas untuk melayani seluruh customer.
"Awalnya hanya ada dua petugas, tetapi karena jumlah pengantre banyak, maka petugas kami tambah, termasuk untuk sementara 'customer service' kami alihkan ke sana," kata Imron.
Imron bilang, banyaknya antrean itu dipicu oleh banyaknya masyarakat yang ingin memanfaatkan libur jelang Lebaran untuk menyelesaikan berbagai macam tagihan.
"Ada juga pelayanan pembayaran uang pensiun. Meski demikian, sebagian masih didominasi oleh layanan produk pos," kata Imron.
Sementara itu, Imron memastikan, selama momentum libur Lebaran, pelayanan di kantor pos masih tetap dibuka. Hanya saja, pada hari H Lebaran, yaitu tanggal 15 Juni, pelayanan diliburkan.
"Kalau libur Lebaran tetap buka, dan kami menerapkan sistem piket. Oleh karena itu, pelayanan tidak optimal karena jika biasanya kami buka hingga empat sampai lima loket, saat ini hanya separuhnya," katanya.
Peningkatan aktivitas
Enggak cuma di Surakarta. Di Makassar, peningkatan aktivitas dari kantor pos pun terjadi. Bahkan, menurut data yang dihimpun, kenaikan pengiriman barang lewat layanan pos di Makassar meningkat hingga 46 persen, di mana bentuk kiriman paling banyak adalah parcel.
Dan di luar dugaan, bentuk kiriman terbanyak setelah parcel nyatanya didominasi oleh pengiriman yang berasal dari belanja online. Memang, sejumlah platform atau perusahaan belanja online telah menyertakan layanan Pos Indonesia sebagai salah satu pilihan ekspedisi.
Gambaran lebih lengkap soal meningkatnya frekuensi pengiriman barang lewat pos juga diungkap oleh Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero), Gilarsi W. Setijono. Menurut Gilarsi, peningkatan frekuensi pengiriman barang sejak telah terjadi sejak pekan lalu dan telah mencapai angka 70 persen.
Dan terkait perkembangan bisnis belanja online, Gilarsi bilang hal itu jadi salah satu aspek penting yang mendorong meningkatnya kembali gairah Pos Indonesia. Aktivitas belanjar online masyarakat, terbukti mampu mendongkrak pendapatan perseroan.
Berbenah
Pos Indonesia memang belakangan terus berbenah. Paling anyar, Pos Indonesia telah meluncurkan Chatbot, sebuah layanan yang diciptakan untuk mendukung langkah Pos Indonesia dalam transformasi digital serta memberi pelayanan lebih efektif, efisien, dan memanjakan.
Chatbot adalah software yang sengaja dirancang untuk mensimulasikan percakapan antara satu atau lebih orang. Simulasi percakapan itu dapat berbentuk audio atau pun teks.
Chatbot terintegrasi ke dalam berbagai platform berbalas pesan, baik itu Facebook Messenger, Telegram, atau pun Line. Berfungsi sebagai customer service virtual, Chatbot bisa merespons kebutuhan akan informasi dan keluhan pelanggan terhadap layanan Pos Indonesia selama 7x24 jam.
Layanan tersebut telah ditanamkan ke dalam berbagai platform, mulai dari Line di @posindonesia, Telegram di Posidonesia_officialbot, atau pun Web Widget dalam situs resmi Pos Indonesia.