Lomba Para Pejabat Menyamar Jadi Rakyat Jelang Pilpres 2024
ERA.id - Masih ingat tagline sampul majalah Time edisi 27 Oktober 2014 bergambar potret wajah Joko Widodo? A New Hope. Harapan baru dan wajah baru pemimpin bangsa.
Pada masa itu, Jokowi konon menjadi representasi rakyat yang paripurna. Pembawaannya sederhana, bukan kader partai, dan keluarganya jauh dari dinasti politik karena sibuk dengan urusannya masing-masing.
Dua kali pemilu ia sukses jadi Presiden RI, salah satu kuncinya adalah popularitas Jokowi sebagai figur yang “merakyat”. Istilah blusukan atau membaur dengan kegiatan masyarakat juga menjadi populer berkat Jokowi.
Dalam film Surat dari Praha, Jaya (Tyo Pakusadewo) berkata kepada Laras (Julie Estelle), putri dari perempuan yang pernah ia cintai, “Waktu mengubah banyak hal. Waktu berubah, politik berubah, ilmu pengetahuan berubah, hanya cinta dan musik yang tidak berubah.”
Waktu juga mengubah Jokowi, atau mungkin sudut pandang kita yang berubah. Ia yang dulu dekat dengan rakyat, hari ini terasa jauh. Kita sempat lupa bahwa kata “merakyat” berarti menjadi rakyat, dan kata itu hanya dilakukan oleh mereka yang merasa bukan rakyat.
Menjelang 2024, makin banyak pejabat Indonesia yang bersolek untuk merakyat. Para pejabat ini menggunakan teknik impersonate yang biasa dilakukan dalam dunia komedi, dengan cara meniru orang lain semirip mungkin. Adakah yang berhasil? Mari kita bahas satu per satu.
Puan Maharani
Setelah gagal terbang dengan kepak sayap kebhinekaan, Puan sepertinya sadar tidak bisa mendekati rakyat jika terus berada di langit. Maka Puan turun gunung dan bukan hanya spanduk-spanduknya. Ia menjajal berbagai profesi rakyat jelata, mulai dari bercocok tanam, kuli bangunan, hingga petani padi.
Profesi yang terakhir itu sempat santer jadi bahan julid netizen. Musababnya karena Puan menanam padi sambil berjalan maju. Padahal metode menanam padi paling terkenal di Indonesia adalah sambil berjalan mundur. Pelawak Komeng pernah bergurau, yang mempercepat kerja petani bukan pupuk, tapi kaca spion.
Sebelum kita jauh berburuk sangka, menanam padi sambil berjalan maju memang ada dan valid. Di Klaten, cara menanam seperti itu dikenal dengan model dam. Petani lebih dulu membuat garis petak untuk titik tanam, setelah padi ditanam, sawah baru digenangi air.
Sayangnya, setiap menirukan profesi rakyat jelata, Puan seperti tidak pernah ganti baju. Ia selalu memakai setelan rapi berwarna hitam. Saat cosplay jadi kuli bangunan, ia malah masih menenteng tas selempang elegan. Lain kali ia menyamar jadi kuli, harusnya Puan tinggal memakai celana training dan kaos partainya sendiri. Begitulah penampilan kuli setiap hari. Tetap semangat menyamar jadi rakyat, Bu Puan!Anies Baswedan.
Anies Baswedan
Anies dan Jokowi sebenarnya punya kemiripan, sama-sama bukan berasal dari partai politik. Jika Jokowi awalnya adalah pengusaha, maka Anies adalah seorang akademisi. Ia pernah menjabat sebagai Rektor Paramadina selama delapan tahun.
Anies mulai terjun ke politik sejak namanya masuk dalam daftar Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. Ibarat kancil, Anies adalah politikus yang cerdik. Sebagai sosok yang tak punya partai, ia mendekati poros mana saja yang menguntungkan. Siasat itu mengantarkannya menjadi Gubernur DKI.
Sebagai kota langganan banjir, Jakarta menjadi medan yang pas untuk Anies menunjukkan sisi kerakyatannya. Ia tak ragu mengarungi banjir dengan seragam lengkap digenangi air cokelat selutut. Anies mengingatkan kita pada iklan detergen, berani kotor itu baik!
Selain usaha merakyat dengan mendekati rakyat, Anies tak lupa mendekati ormasnya. Tepat di Hari Kesaktian Pancasila, Anies datang ke Peresmian Kantor Sekretariat Pemuda Pancasila (PP) dengan seragam oranye loreng-loreng, dan menjadi anggota resmi PP. Kata Japto, Ketua Umum PP, Anies bergabung karena mereka memiliki pandangan yang sama, visi misi yang sama.
Dua hari setelahnya, Nasdem mengumumkan Anies sebagai calon presiden. Setidaknya jika nanti ia gagal menembus RI 1, masih banyak lahan parkir terbuka baginya sebagai anggota PP.
Prabowo Subianto
Prabowo sebenarnya punya kans besar untuk memenangi pilpres. Ia punya partai. Ia punya basis pendukung yang kuat. Ia punya modal. Dan namanya sudah dikenal dari ujung ke ujung Indonesia. Ia mungkin hanya kurang dalam dua hal: keberuntungan dan masa lalu.
Hingga saat ini, dari nama-nama kuat lain yang jadi pesaingnya di 2024, Prabowo yang paling tidak memaksakan diri untuk merakyat. Sebab bagaimana pun, sudah ada jarak yang cukup jauh antara tentara dengan rakyat. Paling banter ia mengunjungi barak-barak militer, atau pesantren-pesantren dengan baju safari dan serban menggantung di lehernya. Mereka yang tidak kenal Prabowo mungkin akan mengiranya sebagai kiai.
Setelah dua kali pilpres dan dua kali dikalahkan orang yang sama yang dulu ia usung jadi Gubernur DKI, Prabowo tampaknya masih penasaran mencoba jadi presiden untuk ketiga kali. Ada lagu yang pas buat usaha Pak Prabowo ini, satu lagu dari Kenny Rogers, The Gambler:
Every gambler knows
That the secret to surviving
Is knowing what to throw away
And knowing what to keep
Muhaimin Iskandar
Politikus tulen ini sempat mengalami krisis identitas seperti ABG, ia dulu dikenal sebagai Cak Imin, kemudian Gus AMI (singkatan dari namanya, Abdul Muhaimin Iskandar), dan terakhir Gus Muhaimin. Yang masih sama adalah nama akun media sosialnya: cakiminow.
Gus Muhaimin harusnya bisa lebih merakyat dengan panggilan awalnya, Cak Imin. Cak adalah sapaan di Jawa untuk laki-laki yang lebih tua, sepadan dengan Mas atau Bang. Sementara Gus adalah sapaan untuk putra kiai, ningrat. Namun, perubahan panggilan ini bisa dimaklumi karena basis massa PKB adalah warga NU, yang mayoritasnya masih manut kepada kiai.
Gus Muhaimin besar sebagai aktivis, dan aktivis akrab dengan kehidupan rakyat kelas bawah. Namun, sepertinya ia lupa mendalami perannya ketika makan pecel bersama Puan di Kalibata. Ia salah memilih warung.
Kata Puan, pertemuan di warung pecel itu karena partai mereka berdua sama-sama partainya wong cilik. Padahal, warung pecel wong cilik tidak pakai taplak meja putih bersih dan kursinya tak bersarung. Warung pecel wong cilik mejanya hanya bertaplak perlak, dan kaki mejanya harus diganjal tisu biar seimbang. Lain kali pesan mie ayam gerobak saja Cak, eh Gus.
Ganjar Pranowo
Setelah dianaktirikan Bu Mega, Ganjar ditampung oleh PSI. Dua hari pasca Tragedi Kanjuruhan, dan beberapa jam pasca Giring berkomentar bahwa PSI menyingkirkan bahasan politik sementara waktu karena berduka, PSI mengusung Ganjar sebagai calon presiden 2024.
Belakangan memang video Ganjar sering masuk FYP di TikTok. Namun, alih-alih mirip rakyat, Ganjar malah mirip dengan Jokowi. Lantaran pada potongan-potongan video itu Ganjar sering mengajak naik warga ke atas panggung, menanyakan beberapa hal, dan membagi-bagikan hadiah.
Ganjar yang mengaku suka Metallica sejak SMA juga mirip Jokowi. Tinggal satu yang kurang, Jokowi punya banyak meme dengan kata-kata mutiaranya, “Ya ndak tau kok tanya saya.” Sekarang Ganjar tinggal merumuskan kata-kata mutiaranya sendiri. Kalau sudah banyak meme menggunakan kalimatnya, percobaan merakyat Ganjar sudah naik satu tingkat lebih tinggi.
(Agus Ghulam)