Subvarian Omicron XBB: Gejala, Risiko, dan Persebaran
ERA.id - Sebaran COVID-19 di Indonesia belum tuntas secara menyeluruh. Sementara, pada 15 Oktober 2022 subvarian COVID-19 baru terdeteksi ada di Singapura, yaitu subvarian omicron XBB.
Negara tersebut menghadapi lonjakan kasus COVID-19 akibat kemunculan subvarian omicron XBB. Dikutip Era dari Yahoo News, pada Jumat, 14 Oktober 2022, lebih dari 9.000 kasus COVID-19 terdeteksi di Singapura dalam sehari.
Varian tersebut bertanggung jawab terhadap 54 persen kasus lokal selama tanggal 3 hingga 9 Oktober 2022. Data tersebut menunjukkan peningkatan kasus dari minggu sebelumnya, yaitu saat kasus XBB mencapai 22 persen dari total kasus COVID-19 lokal.
Mengenal Subvarian Omicron XBB
Subvarian omicron XBB merupakan hasil kombinasi varian BA.2.75 dan BJ.1 omicron. Dilansir Straitstimes, subvarian yang belum lama dideteksi ini disebut sangat menular dan telah meningkatkan jumlah kasus COVID-19 di Negeri Singa.
Hal tersebut berdasarkan uji sampel yang diambil satu bulan sebelumnya dari pasien COVID-19 di ICU atau pasien yang membutuhkan alat bantu pernapasan. Kasus COVID-19 memang mengalami lonjakan, tetapi mMenurut penjelasan Kementerian Kesehatan Singapura (MOH), tidak ada kematian atau kasus parah akibat subvarian omicron XBB.
Disebut Tidak Terlalu Ganas
Subvarian omicron XBB memang sangat menular. Meski demikian, direktur layanan medis Singapura, Kenneth Mak, menjelaskan bahwa subvarian ini tidak terlalu ganas jika dibandingkan dengan gelombang virus sebelumnya. Selain itu, MOH menyebut, belum ada bukti bahwa subvarian omicron XBB menyebabkan gejala yang lebih parah daripada varian yang telah dideteksi sebelumnya.
Informasi lain yang dimiliki oleh MOH adalah risiko kasus akibat subvarian omicron XBB diperkirakan rawat inap 30 persen lebih rendah daripada kasus varian omicron BA.5. Data tersebut berdasarkan data lokal MOH dalam dua pekan terakhir. Diperkirakan, kasus varian omicron BA.5 memiliki risiko rawat inap 21 persen dari kasus lokal.
Beberapa Negara dengan Temuan Subvarian Omicron XBB
Subvarian COVID-19 ini tidak hanya ditemukan di Singapura. Beberapa negara telah mendeteksi adanya subvarian ini sejak Agustus 2022, misalnya India, Bangladesh, Austria, Denmark, Jepang, dan Amerika Serikat.
Dilansir Times of India, Jumat, 14 Oktober, subvarian omicron XBB telah menyebabkan 71 kasus di negara bagian India. Rinciannya, 5 kasus di Maharashtra, 33 kasus di Odisha, 17 kasus di Bengal, dan 16 infeksi di Nadu.
Di Denmark, dua kasus terdeteksi pada September. Perkembangan varian akan terus dipantau secara cepat di negara tersebut.
"Sudah diprediksi BJ.1 akan muncul di Denmark, dan Institut Serum Statens tidak fokus (terhadap subvarian tersebut) untuk saat ini, tetapi (mereka) akan mengikuti perkembangan varian dengan cepat," terang Menteri Kesehatan Denmark, Magnus Heunicke, dilansir Anadolu Agency.
Gejala Subvarian Omicron XBB
Dilansir CGTN, tidak ditemukan bukti bahwa XBB menyebabkan penyakit yang lebih parah. Lalu seperti apa gejala yang ditimbulkan oleh subvarian ini?
Sebagian besar pasien subvarian omicron XBB di Singapura terus melaporkan gejala ringan, antara lain demam ringan atau sakit tenggorokan, terutama bagi pasien yang telah melakukan vaksinasi.
Skema vaksinasi, baik tiga suntikan mRNA lengkap maupun empat dosis Sinovac, masih efektif mencegah hadirnya gejala yang parah. Meski demikian, subvarian ini berisiko bagi masyarakat yang tidak divaksinasi.
Itulah beberapa informasi mengenai subvarian omicron XBB. Hingga saat ini, subvarian tersebut tidak ditemukan di Indonesia.