Toxic Relationship Menurut Psikologi, Kenali Karakteristiknya dan Segera Perbaiki Hubungan
ERA.id - Toxic relationship menjadi hal yang ramai dibicarakan oleh masyarakat, terutama kaum muda. Hal ini biasanya dikaitkan dengan hubungan asmara, tetapi seperti apa toxic relationship menurut psikologi?
Dalam hal asmara, toxic relationship disematkan pada sepasang kekasih yang menyebabkan salah satu pihak atau keduanya mengalami berbagai perubahan atau bahkan kendala dalam kehidupan sehari-hari, misalnya penurunan nilai (bagi pelajar dan mahasiswa), perubahan hubungan dengan pihak lain (misalnya hubungan dengan teman dan keluarga), atau menjadi pribadi yang sama sekali berbeda (dalam konotasi negatif) dengan dirinya dahulu.
Seperti Apakah Toxic Relationship Menurut Psikologi?
Pada dasarnya toxic relationship bersifat general. Berbagai ahli dan artikel, baik populer maupun ilmiah, menyebut toxic relationship bisa digunakan untuk melabeli atau diasosiasikan dengan berbagai hubungan, misalnya pertemanan, keluarga, percintaan, sosial, kerja, dan sebagainya.
Dikutip Era dari kampuspsikologi, secara keilmuan belum ada kesepakatan atau konsensus dari para ahli ataupun peneliti mengenai definisi dari istilah toxic relationship. Meski demikian, Dr. Lillian Glass (dalam Ducharme, 2018), mendefinisikan toxic relationship sebagai hubungan yang terjadi antarindividu dengan kohesivitas rendah, tidak saling mendukung, menghormati, bahkan cenderung saling menjatuhkan dan berkompetisi dalam konteks yang kurang baik.
Individu yang terlibat dalam toxic relationship merasa bahwa hubungan yang dimilikinya tersebut cenderung sebagai sebuah hubungan yang draining, tidak menyenangkan, bahkan membutnya merasakan hal-hal negatif yang lebih banyak dibandingkan hal positif (Glass dalam Ducharme, 2018). Gaba (2021) menjelaskan, toxic relationship cenderung didasari oleh konflik, kompetisi, dan keinginan untuk mengontrol pihak lain.
Ciri-Ciri Toxic Relationship
Sejumlah ahli, peneliti, dan praktisi menjelaskan, terdapat beberapa karakteristik dan tanda yang perlu diperhatikan sebelum memberikan label toxic relationship kepada sebuah hubungan.
Tanda-tanda toxic relationship bisa berupa hal yang mudah dilihat, misalnya kekerasan fisik, maupun hal yang tidak mudah diamati. Berikut adalah beberapa karakter yang bisa menjadi pemantik untuk lebih aware terhadap toxic relationship.
1. Menuntut
Menentut merupakan salah satu karakter yang bisa ditemukan pada toxic relationship, menurut Carter (2011). Karakter ini bisa muncul dalam berbagai bentuk serta disebabkan oleh berbagai hal, masing-masing orang bisa berbeda penyebabnya. Karakter ini juga bisa muncul secara langsung, bisa juga bercampur dengan perilaku lain.
2. Rasa tidak aman
Perasaan insecure atau tidak aman yang dirasakan oleh salah satu pihak ataupun kedua belah pihak juga bisa menjadi tanpa dari toxic relationship. Bagi orang yang cenderung mengontrol, rasa insecure bisa berupa rasa ingin dibutuhkan dan ingin mengontrol secara berlebihan.
Hal ini bica terjadi karena orang tersebut merasa tidak punya kekuatan yang cukup untuk diandalkan atau mengontrol. Akhirnya, orang tersebut merasa tidak aman atau insecure sehingga berusaha mengontrol orang yang dituju dalam toxic relationship.
3. Kritik berlebihan
Kritik memang dibutuhkan untuk membangun, tetapi dalam porsi yang tepat. Namun, tak semua kritik bisa memberikan dampak positif, terutama jika diberikan secara berlebihan. Orang yang sering memberikan kritik secara berlebihan dan tidak membangun merupakan salah satu contoh dari pemicu toxic relationship.
4. Tidak jujur
Ketidakjujuran juga bisa jadi salah satu tanda dari toxic relationship. Kebohongan-kebohongan kecil mungkin tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari, apalagi dengan alasan white lies. Namun, jika hal tersebut terjadi terus-menerus hingga menjadi kebiasaan, dampak negatif akan sulit dihindari.
5. Cemburu
Rasa cemburu termasuk salah satu karakter yang berkaita dengan toxic relationship. Dalam hubungan asmara, ini adalah hal yang besar dan penting. Namun, jika rasa cemburu hadir dalam porsi yang berlebihan, efek negatif bisa terjadi.
Rasa cemburu dalam konteks toxic relationship adalah rasa cemburu yang intens dan tidak rasional. Stritof (2021) menjelaskan, rasa cemburu yang berlebihan ini bisa muncul akibat beberapa hal, misalnya kewalahan dengan insecurity atau emosi dan memunculkannya dalam bentuk kecemburuan serta upaya untuk mengontrol pasangannya. Rasa cemburu perlu dikendalikan agar memberikan dampak positif bagi sebuah hubungan, bukan sebaliknya.
Itulah beberapa penjelasan mengenai toxic relationship menurut psikologi. Jika Anda sedang dalam hubungan dengan karakter seperti yang telah disebutkan, ada baiknya hal tersebut menjadi bahan koreksi agar hubungan kembali menjadi sehat.