Pro Kontra Cash is King, Strategi untuk Menghadapi Resesi

ERA.id - Memegang uang tunai selama resesi dinilai oleh sebagian orang atau investor sebagai langkah yang tepat. Fenomena orang atau investor lebih memilih uang tunai atau aset likuiditas sebagai alat investasi disebut cash is king atau cash is the king.

Selama masa ketidakpastian keuangan, misalnya resesi, sebagian investor menambahkan uang tunai ke strategi ekonominya. Meski demikian, melakukan hal tersebut secara berlebihan bisa berdampak tidak baik.

 Ilustrasi resesi (unsplash)

Secara nominal, menyimpan uang tunai menjadi bentuk investasi yang aman. Memegang uang uang tunai tidak akan membuat aset Anda tiba-tiba ambruk. Namun, jika Anda terlalu mengandalkan uang tunai, kemampuan untuk memenuhi target jangka panjang bisa terkendala.

Jadi, sebaiknya apa yang dilakukan? Untuk memahami lebih jauh mengenai peran cash is king, simak penjelasan mengenai pro dan kontranya berikut ini, dikutip Era dari Forbes.

Pro dan Kontra Cash is King

1. Suku bunga vs Ancaman inflasi

Pro: suku bunga naik

Ancaman resesi bisa datang dengan inflasi yang lebih rendah, atau bahkan deflasi. Namun, perekonomian negara maju, misalnya Amerika Serikat, bertarung dengan rekor inflasi dalam empat dekade, yaitu mencapai 8,5%.

Menyikapi hal tersebut, Federal Reserve membuat perlawanan dengan menaikkan suku bunga. Tingkat bunga yang lebih tinggi untuk tabungan dan rekening pasar uang bisa menjadi kabar membahagiakan bagi para penabung.

Kontra: inflasi tidak turun

Saat ini berbagai negara di dunia masih berjuang melawan tingginya inflasi, padahal inflasi menggerototi uang tunai Anda. Kalaupun rekening tabungan Anda memberikan kenaikan bunga, misalnya sebesar 2%, 3%, ataupun 4%, uang Anda akan tetap terus berkurang. Memegang uang tunai selama resesi sama saja kehilangan daya beli.

2. Risiko rendah vs Batasan jaminan

Pro: uang tunai punya nilai risiko rendah rendah

Sebagian besar akun yang berbasis uang tunai menawarkan asuransi untuk melindungi aset tersebut. Hal ini berbeda dengan saham, crypto, dan instrumen investasi yang lain. Di Indonesia terdapat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menjamin tabungan masyarakat.

Kontra: risiko batas jaminan

Semakin lama Anda menyimpang uang di bank, kemungkinan untuk menabrak batas jaminan simpanan juga semakin besar. Jika simpanan uang Anda melebihi batas dan institusi terkait mengalami kerugian, Anda berisiko kehabisan sisa saldo tabungan.

Perlu diketahui, jumlah tabungan atau simpanan yang dijamin oleh LPS adalah Rp2 miliar per nasabah di satu bank serta memiliki suku bunga tidak lebih dari tingkat bunga penjaminan LPS.

3. Likuiditas vs Godaan

Pro: likuiditas

Salah satu hal yang dikhawatirkan saat masa resesi adalah ancaman kehilangan pekerjaan atau pembengkakan tagihan. Ketika Anda memiliki uang tunai di “saku celana”, Anda menjadi lebih percaya diri saat menghadapi ketidakpastian.

Kontra: godaan konsumtif

Tantangan utama dari menyimpan uang tunai adalah godaan untuk membelanjakannya. Jika resesi benar-benar hadir, Anda bisa menghadapi godaan untuk menggunakan tabungan, bahkan untuk sekadar merasa lega.

4. Uang lebih vs Lebih sabar

Pro: lebih banyak uang untuk aset dengan harga rendah

Ketika Anda memegang uang tunai dalam jumlah yang lebih banyak, likuiditas Anda untuk mengambil peluang besar juga bertambah. Sebagain contoh, jika gelembung properti meledak, harga real estat turun sebesar sepertiga secara nasional. Ketika banyak properti yang berharga murah, kemudian Anda membelinya saat masa resesi, maka Anda akan mendapatkan untung yang besar ketika perekonomian kembali tumbuh.

Kontra: Lebih sabar

Terkait peluang yang disebutkan di atas, menunggu peluang tidak semudah mengucapkannya. Pengenalan terhadap peluang besar secara tepat hingga akhirnya resesi berakhir adalah hal yang tidak mudah.

5. Diversifikasi vs Uang nganggur

Pro: Uang tunai tidak harus tunai

Diversifikasi aset bertambah ketika Anda menambahkan uang tunai sebagai salah satu strategi investasi. Diversifikasi menjadi komponen yang penting untuk berhasil dalam investasi. Likuiditas akan penopang Anda jika menyimpang terlalu jauh dari tujuan diversifikasi di aset yang lain.

Dalam dunia investasi, uang tunai tidak harus berwujud uang tunai yang digenggam tangan. Uang tunai juga bisa berupa investasi yang relatif aman dan bisa dicairkan dengan cepat.

Kontra: Peluang di tempat lain

Ketika Anda membiarkan uang tunai menganggur, baik saat resesi maupun tidak, Anda bisa kehilangan potensi pengembalian di investasi jenis lain. Ini merupakan trade-off yang mesti diterima investor dan deposan. Kelebihan uang tunai memiliki arti lebih sedikit modal yang diserap pasar. Hal ini bisa menurunkan return jangka panjang Anda.

Itulah beberapa penjelasan mengenai pro dan kontra cash is king dalam menghadapi resesi. Apa pun pilihan Anda, sebaiknya hal tersebut dipikirkan secara matang dan bijaksana.