Belajar dari Tiba-Tiba Tenis, Ketika Event Olahraga Digarap Serius dan Profesional
ERA.id - Indonesia pernah punya petenis perempuan yang dijuluki Jaguar of Asia, menduduki peringkat 19 dunia, dan mampu lolos di perempat final Wimbledon, siapa lagi kalau bukan Yayuk Basuki. Ketika jadi komentator di Tennis Indoor Senayan Sabtu kemarin, ia bilang terakhir kali lapangan itu dipakai untuk pertandingan tenis adalah 26 tahun silam.
Tennis Indoor Senayan bukan sembarang lapangan, kelasnya sudah internasional dan mampu menampung hingga 3.300 penonton di tribun. Sayangnya, sejak 1996, lapangan itu lebih sering dipakai buat pagelaran musik atau panggung politik ketimbang main tenis, mulai dari konser Raisya hingga kampanye Cak Imin akhir Oktober lalu.
Akhirnya, pasca rehat 26 tahun jadi lapangan tenis, Vindes Sport yang digawangi Vincent dan Desta mengembalikan Tennis Indoor senayan ke fitrahnya. Dengan persiapan kurang lebih sebulan, acara Tiba-Tiba Tenis resmi digelar pada Sabtu, 12 November 2022.
Tiga ribu penonton memadati tribun untuk menyaksikan duel antara Desta dan Raffi Ahmad, dua public figure yang sama sekali bukan atlet profesional. Pertandingan dibuka dengan laga ganda campuran antara tim Janda Duda Manja (Wulan Guritno/Gading Marten) dan pasangan Enzy Storia/Dion Wiyoko.
Tiba-Tiba Tenis jelas bukan pertandingan profesional, seperti kata si mulut racun Soleh Solihun saat mengomentari permainan amatir pasangan ganda campuran, “Ini sungguh tontonan yang memprihatinkan ya.” Sedangkan Yayuk menyebut pertandingan kemarin sportainment atau olahraga dibalut hiburan.
Namun, di balik itu semua, Yayuk sebagai legenda tenis tanah air rela datang jadi komentator, dan sangat mengapresiasi apa yang mereka lakukan. Sebelum ini, tidak ada yang ambil pusing soal tenis, olahraga itu seakan hidup segan mati pun enggan. Pamor tenis terlanjur kebanting dengan badminton dan bola, ia juga terlanjur dicap olahraga papan atas macam golf, jauh dari kehidupan rata-rata rakyat jelata.
Tiba-Tiba Tenis berhasil mengembalikan gairah orang Indonesia akan tenis. Terbukti siaran langsungnya di Youtube tembus 700 ribu penonton, rekamannya ditonton lebih dari 7 juta orang dan masih terus bertambah. Yayuk sendiri pas datang ke lapangan ikut ternganga melihat semua bangku penuh. “Bahkan untuk pertandingan nasional tidak sepenuh ini,” katanya.
Jumlah penonton online Tiba-Tiba Tenis bisa membeludak gara-gara kualitas siarannya adiluhung, sorotan kameranya tajam, rewind momen-momen krusialnya tidak lemot dan sedap dipandang. Tak akan ada yang menyangsikan event itu digarap dengan serius dan profesional, meski yang bertanding semuanya amatir.
Harus diakui juga, orang-orang di balik layar Vindes memang banyak yang ‘gila’ dan punya jam terbang tinggi untuk ngurusin event gede. Misalkan Oomleo si pionir karaoke massal di ibu kota hingga Henry Foundation.
Ini bukan kali pertama Vindes Sport mengadakan event olahraga. Sebelumnya, mereka mengangkat pertandingan tenis meja dan badminton. Resepnya masih sama, mengadu host Vindes dengan public figure lain, mengundang atlet profesional sebagai komentator, bertanding dengan serius tanpa gimmick, dan mengandalkan gimmick hanya pas promosi.
Selama masa persiapan menuju hari H, selain gimmick-gimmick menjelang pertandingan macam video dukungan dari artis, Vindes juga mempromosikan event olahraganya lewat kegiatan sosial. Sewaktu event Tepok Bulu, mereka membagi-bagikan cat gratis untuk mengecat lapangan kampung. Di event Tiba-Tiba Tenis, mereka membagi-bagikan raket gratis.
Tiba-Tiba Tenis memang bukan event yang sempurna, seperti sering kita simak di ceramah-ceramah agama, kesempurnaan hanya milik Tuhan. Dari sekian kekurangan event itu, yang mungkin paling menurunkan antusias menonton adalah banyaknya iklan yang tayang sebelum pertandingan. Penonton harus menunggu nyaris sejam untuk melihat Wulan Guritno melakukan service pertamanya.
Lewat dari empat jam siaran langsung, Tiba-Tiba Tenis akhirnya usai dengan skor 6-2 dan 6-3 untuk kemenangan Raffi. Lagi-lagi Desta harus kalah di event yang ia selenggarakan, setelah sebelumnya juga keok melawan Abdel Achrian pas tanding pingpong. Namun, seperti yang sudah-sudah, jangan lupa kata Vincent, “Apa pun hasil pertandingannya, yang menang adalah olahraga tenis.”
Tiba-Tiba Tenis bukan pertandingan profesional, tidak diselenggarakan oleh event organizer (EO) resmi olahraga, dan tanpa tendensi politik apa pun. Mungkin karena itu juga ia justru berhasil mengembalikan ingatan kita tentang olahraga yang sempat kita lupakan, mulai pingpong hingga tenis meja, dan menyadarkan kita bahwa setiap olahraga itu, seperti kata Yayuk, for fun and for everyone.