Kandungan Skincare yang Tidak Boleh untuk Ibu Hamil, Berikut Daftarnya
ERA.id - Terdapat ingridient tertentu atau kandungan skincare yang tidak boleh untuk ibu hamil, sehingga bagi Anda yang sedang mengandung tidak boleh asal-asalan. Apa saja yang harus dihindari?
Dilansir dari Health Canada terdapat daftar populer yang berupa bahan kosmetik yang dilarang atau dibatasi. Meskipun demikian, tetapi penting untuk mendiskusikan skincare yang Anda gunakan dengan dokter meskipun memiliki iming-iming terbuat dari bahan alami.
Kandungan Skincare yang Tidak Boleh untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Retinol
Retinol juga dikenal sebagai Retin-A dan retinyl palmitate adalah turunan dari vitamin A. Meskipun jumlah vitamin A cukup penting untuk pertumbuhan embrionik, beberapa penelitian mengaitkan asupan berlebihan dengan malformasi kepala, jantung, otak, dan sumsum tulang belakang bayi.
Retinol juga terkait dengan Accutane, obat jerawat yang manjur namun dapat menyebabkan cacat lahir, kata Munk.
“Jumlah retinol yang terserap melalui kulit sangat minim dan mungkin baik-baik saja, tetapi kami tidak ingin mengambil risiko itu,” kata Laura Townsend, direktur pemasaran dari The Detox Market.
Kandungan Skincare yang Aman untuk Ibu Hamil
Townsend memberitahu pasien untuk menggunakan asam glikolat atau oleat untuk melawan jerawat. Jika pasien menggunakannya untuk manfaat anti-penuaan, maka sebaiknya berhenti menggunakannya sampai bayi lahir dan memakai tabir surya adalah perawatan anti-penuaan yang paling efektif.
Berbicara tentang tabir surya, kita tahu bahwa setiap orang mendapat manfaat dari memakai tabir surya. Tetapi perlu diketahui, wanita hamil harus memilih tabir surya fisik (atau alami) daripada tabir surya kimia.
Filter kimiawi seperti oksibenzon dan avobenzon kemungkinan merupakan pengganggu hormon. Hal tersebut kemudian menjadi masalah yang kontroversial, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tersebut dapat memainkan peran utama dalam kesehatan janin.
Penggunaan oksibenzon dan avobenzon telah dikaitkan dengan obesitas pada masa kanak-kanak, ADHD, dan efek perkembangan pada sistem saraf.
Benzoil Peroksida dan Asam Salisilat
Fluktuasi hormonal dan peningkatan produksi androgen yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan jerawat. Meskipun kita tahu bahwa obat seperti Accutane harus dihindari, maka cobalah hindari bahan pelawan jerawat yang lebih umum seperti benzoil peroksida dan asam salisilat.
Jika dikonsumsi dalam jumlah besar secara oral, benzoil peroksida dan asam salisilat dapat menimbulkan konsekuensi negatif. Akan tetapi formulasi topikal belum terbukti menjadi faktor utama.
Para dokter tetap meresepkan benzoil peroksida untuk pasien mereka, tetapi penting untuk menerapkannya dalam jumlah yang tepat, dan pada area yang tidak terlalu besar untuk menghindari penyerapan yang signifikan.
Hidrokuinon
Terkadang wanita hamil akan mengalami melasma, pigmentasi kulit yang juga dikenal sebagai “topeng kehamilan”. Meskipun biasanya gejala tersebut hilang setelah kehamilan, beberapa wanita mungkin tergoda untuk menggunakan obat topikal yang dijual bebas, banyak diantaranya mengandung hidrokuinon.
Meskipun penelitian belum mengaitkan hidrokuinon dengan efek samping tertentu, hal tersebut tetap meresahkan para ahli.
Perlu diketahui, anti-pigmen yang paling kuat seperti hydroquinone dikontraindikasikan untuk wanita hamil. Kemudian senyawa yang paling aman untuk digunakan adalah asam glikolat atau linoleat, dan tabir surya.
Paraben
Paraben adalah pengawet umum dalam kosmetik yang menawarkan dua masalah berbeda yang dikenal sebagai pengganggu hormon dan mudah diserap ke dalam kulit. Menurut sebuah studi tahun 2016 di Journal of Chemistry, paparan prenatal terhadap BPA (sejenis paraben) telah dikaitkan dengan sejumlah masalah kehamilan dan masa kanak-kanak termasuk keguguran, berat badan lahir rendah, obesitas, gangguan pertumbuhan janin, dan masalah perilaku.
Aluminium Klorida
Bahan utama antiperspirant, aluminium klorida telah difitnah selama lebih dari 40 tahun sebagai zat berbahaya. Hal tersebut lantaran adanya penelitian yang diakui secara luas yang menghubungkannya dengan penyakit Alzheimer.
Aluminium klorida juga diyakini berperan dalam kanker payudara, meskipun bukti konkritnya masih dipertanyakan. Meskipun demikian sejauh menyangkut wanita hamil, para pakar mengatakan tidak apa-apa untuk digunakan.
Konsentrasi dalam antiperspiran biasa rendah aman, namun ketika Anda mulai menggunakannya dalam konsentrasi yang lebih tinggi itu menjadi perhatian.
Perlu diketahui, antiperspiran standar mengandung sekitar tiga hingga enam persen aluminium klorida, sedangkan produk resep mengandung antara 15 hingga 30 persen.
Selain kandungan skincare yang tidak boleh untuk ibu hamil, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu ingin tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…