Banyak Manfaat, Kisah di Balik Nikmatnya Madu Kayan Hasil Kegigihan Masyarakat Kalimantan Utara
ERA.id - Hutan lebat yang mengelilingi pemukiman Desa Data Dian, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, merupakan anugerah alam bagi warga desa. Sebab, di dalam hutan tersebut lebah-lebah madu membuat rumah berupa puluhan sarang di pohon-pohon yang menjulang tinggi hingga puluhan meter.
“Lebah madu, yang disebut penduduk setempat sebagai hingat, bersarang di pohon pohon yang tinggi. Dalam satu musim panen, warga desa bisa mendapatkan 800 – 1.300 kg madu. Madu dalam jumlah besar inilah yang menjadi sumber ekonomi masyarakat desa,” kata Sukmareni, Koordinator Divisi Komunikasi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi dalam keterangan resminya.
Tapi, bukankah pohon di hutan tak ada yang memiliki? Bagaimana menentukan siapa warga yang berhak memanen? Rupanya warga telah bersepakat, penemu pertama pohon madu itu adalah pemiliknya. Sang pemilik akan membersihkan semak di sekitar pohon agar lebah terhindar dari serangan musuh, seperti semut dan laba-laba.
Ketika seorang warga menemukan pohon madu yang sekitarnya sudah bersih, mereka tahu bahwa pohon madu tersebut sudah ada pemiliknya.
“Meski begitu, kadang timbul keraguan atau ada klaim lain. Jika terjadi demikian, yang mengklaim akan bekerja sama memanen madu dan membagi rata hasil panen. Menurut warga desa yang sudah puluhan tahun memanen madu, tak pernah ada konflik karena masalah klaim seperti itu. Mereka percaya, hutan memberikan hasilnya untuk manusia, sehingga mereka tidak layak memperebutkan hasilnya,” kata Reni.
Kini sudah hampir 100 pohon madu yang ditandai di hutan. Pohon madu ini juga sudah didata koordinatnya dan tercatat dalam datadian.desa.id. Website ini merupakan aplikasi berisi informasi desa, yang dinamai Potensi Ruang Mikro Aplikasi Informasi Desa (PRM-AID).
Reni menambahkan, rasa madu kayan memang khas dan tajam, karena sumber pakan lebahnya adalah beragam bunga hutan yang masih sangat asri. Musim panen madu yang hanya setahun sekali mengikuti musim bunga di hutan.
Awalnya panen madu ini dikelola secara perorangan, namun kemudian warga membentuk Kelompok Usaha Madu Kayan Bernama Uyang Lahai. Karena menggantungkan hidup pada madu hutan, mereka menjaga hutan dengan tidak menebang pohon madu yang rata-rata berusia ratusan tahun dan pohon lain yang menghasilkan bunga.
Di samping itu, mereka tidak membuka ladang di area hutan yang dijaga. Upaya perlindungan hutan ini juga membantu mencegah dampak perubahan iklim agar tidak semakin parah.
Dengan madu yang begitu berlimpah, warga desa belum membuat olahan madu apa pun, karena pasar untuk menjual ke luar desa belum ada akibat kendala transportasi. Reni bercerita, satu-satunya transportasi ke Data Dian adalah pesawat perintis satu kali seminggu yang hanya menampung 6 orang penumpang dan sangat membatasi barang bawaan.
Karena itu, warga desa tak hanya mengandalkan madu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka juga mencari gaharu, kayu penghasil resin yang tumbuh subur di hutan Kalimantan. Di samping itu, mereka juga bertani padi, umbi-umbian, dan tanaman sayuran untuk keperluan harian keluarga saja.