Perbedaan Scabies dan Jamur pada Kucing, Penting untuk Diketahui Pecinta Kucing
ERA.id - Bagi Anda yang termasuk pecinta kucing, tentunya harus tetap memperhatikan kesehatan seperti jamur dan scabies. Dua hal tersebut merupakan penyakit yang sering menyerang kucing Anda. Namun, tahukah Anda, walaupun sama-sama merupakan penyakit kulit, ternyata scabies dan jamur tidaklah sama.
Karena kedua hal tersebut berbeda, maka diperlukan penanganan dan perawatan yang tidak sama. Namun, Anda harus memahami terlebih dahulu perbedaan scabies dan jamur pada kucing. Simak penjelasannya di bawah ini.
Perbedaan scabies dan jamur pada kucing
Walaupun sama-sama menimbulkan gatal pada kucing, scabies dan jamur mempunyai gejala yang berbeda. Sering kali pemilik menganggap scabies sebagai jamur. Padahal, penyebab gatal pada kucing tidak hanya hal itu.
1. Penyebab scabies dan jamur pada kucing
Perbedaan yang paling mendasar dari kedua hal penyakit kulit kucing ini menjadi penyebabnya. Scabies muncul karena adanya infeksi Sarcoptes scabei dan Notoedres cati. Keduanya adalah parasit yang kerap juga disebut sebagai tungau. Parasit ini menggigit dan mengakibatkan rasa gatal pada kucing.
Sedangkan jamur kucing pun lebih kerap disebut sebagai ringworm atau dermatophytosis. Seperti namanya, kondisi kulit ini diakibatkan oleh jamur kelompok dermatophytes, seperti Microsporum canis atau Trchophyton mentagrophytes. Spora jamur dermatophytosis dapat hidup dengan kuat di sebuah lingkungan, bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun lamanya.
2. Penularan scabies dan jamur yang terjadi pada kucing
Baik scabies ataupun jamur pada kucing umumnya dapat menular dengan sangat cepat. Namun, media penularannya bermacam-macam. Penularan scabies biasanya terjadi karena perpindahan tungau. Oleh sebab itu, scabies dapat terjadi saat kucing berinteraksi jarak dekat dengan hewan lain yang terinfeksi, salah satunya adalah anjing.
Di sisi lain, jamur dapat menular lewat kontak fisik yang mengakibatkan perpindahan spora jamur. Hal ini dapat terjadi pada sesama hewan ataupun ketika kucing Anda bersentuhan dengan spora yang hidup di lingkungan sekitar. Namun, kulit utuh yang sehat, melansir Vetenary Partner, lebih sulit terinfeksi. Sebaliknya, kulit yang baru dicukur, tergores, atau tergores sangat berisiko menjadi media penularan.
Selain itu, baik scabies ataupun jamur pun dapat menular ke manusia. Gejalanya pun sama, pada scabies akan muncul gejala gatal, kemerahan, dan bengkak. Dilansir Pets by Web MD, tungau lebih susah berkembang biak pada kulit manusia sehingga lebih mudah diobati.
Sedangkan jamur kucing mengakibatkan lesi bulat kemerahan dengan tepi kasar pada kulit manusia. Masalah kulit ini sangat bisa terjadi pada kulit manusia, terlebih yang daya tahan tubuhnya bersifat lemah.
3. Gejala scabies dan jamur pada kucing
Gejala awal scabies kerap kali tidak dapat dikenali, bahkan pemilik keliru mengenalinya sebagai jamur. Sebab, scabies umumnya ditandai dengan kucing yang menggaruk atau menjilat secara berlebihan layaknya penyakit kulit lain.
Namun, ketika tidak diobati, infeksi tungau ini dapat mengakibatkan kulit iritasi, kemerahan, hingga akhirnya menjadi berkerak dan koreng. Gejala ini paling parah muncul di sekitar daun telinga dan menyebar ke seluruh tubuh anabul.
Adapun jamur dapat menyerang di seluruh kulit hingga cakar kucing. Ketika kucing terinfeksi jamur dermatophytosis, akan timbul lesi dengan bentuk lingkaran dengan tepi yang sedikit kasar. Semakin kucing sering menggaruk, semakin besar kemungkinan jamur menyebar ke seluruh tubuh.
Selain mengganggu kenyamanan kucing, lesi yang disebabkan jamur ini juga mengakibatkan alopesia atau kerontokan bulu. Hasilnya, kucing mengalami pitak pada beberapa bagian tubuh, sedangkan jamur pada cakar membuatnya menjadi kasar, berlubang, bersisik, hingga mengubah bentuk.
Bagaimana cara mengatasi scabies dan jamur pada kucing?
Ketika kucing teridentifikasi jamur atau scabies, alternatif terbaik yang dapat dilakukan adalah segera membawanya ke dokter hewan untuk mendapatkan perawatan. Sebelum mendiagnosis dan memberikan obat-obatan, serangkaian pemeriksaan wajib dilakukan.
Untuk kasus scabies, dokter akan menawarkan pertimbangan untuk memberikan antiparasit dalam bentuk injeksi, diminum, ataupun dioles. Dosisnya pun disesuaikan dengan luas area infeksi dan kondisi kucing. Rekomendasi sampo antiparasit bisa jadi akan diberikan. Selain itu, dokter dapat merekomendasikan obat pereda gatal dan antibiotik jika scabies sudah menimbulkan infeksi bakteri lain.
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…