Pelukan Jokowi-Prabowo Ibarat Jabatan Tangan Manley-Seaga

Jakarta, era.id - One love, one heart, let's get together and feel all right, hear the children crying (One love), hear the children crying (One heart), sayin', "give thanks and praise to the Lord and I will feel all right, sayin', "let's get together and feel all right."

Benar sekali. Penggalan lirik di atas dicomot dari salah satu lagu milik legenda reggae Bob Marley yang paling populer. One Love, sebuah lagu yang bertutur tentang persaudaraan dan niat baik di mana Bob Marley mengungkapkan keyakinannya dalam kesatuan global. Dia percaya, hal tersebut dapat dicapai melalui semangat cinta.

Momen berpelukannya Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto melalui perpanjangan tangan pesilat Hanifan Yudani Kusumah sesaat setelah ia menyabet medali emas di nomor tarung kelas C (55-60 kilogram) di Pedepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah, Rabu (29/8) kemarin, mengingatkan kita pada momen berpegangan tangan Michael Manley dan Edward Seaga melalui lengan Bob Marley.

Seperti halnya Jokowi dan Prabowo yang merupakan lawan politik yang akan bertarung di arena pemilihan presiden untuk periode 2019-2014, Manley dan Seaga pun merupakan lawan politik yang kerap berseberangan. Manley dari Partai Buruh Jamaika (JLP), sementara Seage dari Partai Rakyat Nasional (PNP).

Jamaika pada 1970-an bergejolak akibat kemiskinan, kekerasan dan pergolakan politik. Situasi itu diperparah oleh Perdana Menteri, Manley dan pemimpin oposisi, Seaga yang secara terang-terangan membawa para pemimpin geng ke dalam perang yang sedang berlangsung. 

Marley dan istrinya ditembak di rumahnya di Kingston pada Desember 1976, yang mendorongnya untuk melarikan diri dari Jamaika menuju London, Inggris. Sementara dua pemimpin geng yang berseberangan; Claudie Massop dan Bucky Marshall justru sama-sama ditahan di penjara Kingston dan saat keduanya bertemu setuju untuk memperbaiki kondisi yang tengah terjadi di luar penjara.

Kedua pria ini lantas membuat rencana untuk menggelar sebuah konser perdamaian dan setelah dibebaskan dari penjara, Massop terbang ke London untuk menyampaikan ide itu kepada Marley. Marley menerima usulan tersebut dan siap menjadi headliner demi menyatukan politisi dan sesama musisi.

Pada 22 April 1978, One Love Peace Concert digelar di Stadion Nasional Kingston. Sebanyak 16 penampil profil tinggi Jamaika tampil dalam acara tersebut. Sekitar pukul 12:30 pagi, Bob Marley tampil di panggung untuk pertama kalinya sejak ia hijrah ke London setelah tragedi penembakan tadi. Didukung oleh Wailers dan I-Threes, ia melantunkan sebuah setlist pendek yang di dalamnya mencakup nomor-nomor favorit seperti Trenchtown Rock, Natty Dread dan War.

Puncaknya terjadi saat lagu Jammin berkumandang, Marley meminta Manley dan Seaga untuk bergabung dengannya di atas panggung. Dia memanggil dua lawan politik itu untuk berjabat tangan dan menunjukkan kepada dunia, "kita akan membuatnya benar, kita harus bersatu!" 

Manley dan Seaga pun muncul di sisi berlawanan di antara Marley. Keduanya berjabatan tangan di depan Marley yang lantas diangkat hingga ke atas kepalanya. Marley bahkan merangkul mereka--meski tidak erat--seperti halnya Hanifan merangkul Jokowi dan Prabowo. Selepas itu, lagu One Love pun berkumandang.

 

Sayangnya, pesan 'satu cinta' itu tidak bertahan lama. Kekerasan kembali terjadi ketika hasil pemilihan umum 1980 menetapkan Seaga sebagai pemenangnya, dan Marley sendiri meninggal dunia beberapa bulan kemudian pada usia 36 tahun. Kendati demikian, upaya Marley dalam menyatukan dua pesaing politik di atas panggung akan selalu diingat. Pun demikian dengan Hanifan. Apa yang dilakukannya terhadap dua calon presiden Indonesia akan selalu dikenang sampai akhir hayat. 

"Let them all pass all their dirty remarks (one love), there is one question I'd really love to ask (one heart), is there a place for the hopeless sinner, who has hurt all mankind just to save his own?, believe me."

Baca Juga : Pencak Silat Menginvasi Hollywood Mendamaikan Indonesia

 

Tag: jokowi prabowo subianto album musik asian games 2018