Ngobrol Bareng Guruh Tirta Lunggana: Buka-Bukaan Soal PPP, Anies Baswedan, dan Siasat Menuju 2024
ERA.id - Kami selalu membayangkan almarhum Haji Lulung sebagai sosok yang angker dan bikin segan. Betapa tidak, ia dianggap pewaris sah dari Bang Ucu, lelaki yang berhasil menguasai Tanah Abang; tanahnya para jago dan jawara. Haji Lulung dikalahkan penyakit jantungnya dan pergi dengan tenang menjelang penghujung tahun 2021. Sepeninggalannya, otomatis kekuasaannya diwarisi sang anak.
Senin lalu (20/2/2023), ERA berkesempatan mengobrol lebih dekat bersama Guruh Tirta Lunggana, putra kedua Haji Lulung yang kini menjaga nyala api perjuangan sang bapak. Namun, sebagai pewaris nyala api itu, Tirta tampak lebih tenang dan adem dibanding yang kami duga. Tak ada kesan keras dan panas sama sekali. Untuk ukuran anak jawara, menurut kami ia malah terlampau santun dan sopan. Senyumnya tak pernah padam, tempo bicaranya pelan, dan ia mampu menghafal dengan baik nama kami.
Kami bertemu dengannya di Posko Haji Lulung, Tanah Abang, yang kini dipakai Tirta sebagai markas pergerakannya untuk menyambut tahun politik pada 2024. Banyak anak muda berkumpul di sana dan memanggil Tirta sebagai Bang Haji. Pria kelahiran Jakarta, 10 April 1985 itu menyambut kami di ruang diskusi yang ditata tanpa meja dan sofa, seperti ruang tamu di Arab Saudi.
Tirta sempat lolos jadi wakil rakyat di DPRD DKI Jakarta pada pemilihan umum (pemilu) 2019 lewat Partai Amanat Nasional (PAN). Namun, belum genap lima tahun, ia memilih merelakan kursinya di dewan demi hijrah ke partai berlogo Kakbah pada tahun 2022, partai yang juga pernah membesarkan sang bapak.
Mengapa Tirta rela berkorban untuk masuk ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) saat posisinya sudah nyaman di PAN? Mengapa pula ia akhirnya keluar dari PPP dan kini memilih berlabuh ke Partai Nasdem? Apa ada kaitannya dengan almarhum sang bapak, Haji Lulung? Berikut ini obrolan lengkap kami bareng Guruh Tirta Lunggana, Sang Pewaris Jawara.
Umur sekarang berapa Bang Tirta?
Jalan 38 tahun.
Bang Tirta sendiri berapa bersaudara?
Saya empat bersaudara, dua laki, dua perempuan. Saya anak kedua.
Ada yang masuk politik lagi selain Bang Tirta?
Rencananya adik ipar saya nanti berjuang bersama saya ingin nyaleg 2024.
Bang Tirta nyaleg dari Nasdem?
Partai Nasdem. Alhamdulillah sudah resmi jadi kader Nasdem hari Sabtu kemarin, kebetulan pas Isra Mi’raj. Momennya bagus luar biasa.
Masuk politik ada pengaruh dari Haji Lulung?
Kalau masuk politik sebenarnya kecelakaan. Jadi kalau saya sih sebenarnya dari awal support aja ya. Jadi almarhum itu kan berpolitik, lamalah dari 2009 itu berpolitik di PPP ya. Terus nyalon jadi anggota dewan, saya support. Terus 2014 juga berpolitik, jadi lagi dia. Terus 2017, tepatnya di pilkada kalau enggak salah pada saat itu ya, itu baru tuh saya mulai tertarik, karena dari medsos kan. Kalau enggak salah, minta maaf ya, pada saat itu ada beda pandangan politik [antara Haji Lulung] dengan Pak Ahok. Disitu kan masif tuh, di medsos ya. Saya mulai baca-baca seperti itu.
Perjalanan politik Bang Tirta cukup menarik, karena kalau Haji Lulung dari PPP terus ke PAN, Bang Tirta sebaliknya, nyalon DPRD Jakarta dari PAN, terus pindah ke PPP. Dulu kenapa kok berani ninggal PAN padahal udah punya kursi dewan?
Iya itu pertanyaannya sih bagus tuh. Jadi gini, kenapa saya itu bela-belain ya, padahal kan enak gitu duduk jadi anggota dewan, kok tiba-tiba malah keluar? Jadi gini, 2021 almarhum [Haji Lulung] itu sakit, di bulan September sampai Oktober begitu terus. Pada saat itu saya kan nemenin.
“Udah, udah, cepet-cepet keluar dah [dari PAN], gue udah enggak kuat nih.” Jadi dia mau ada yang melanjutkanlah. Ya udahlah, saya dengan Bang Riano pada saat itu. Jadi setelah diskusi dengan almarhum, ngobrol sama Umi lah, terus sama istri, ya udah. Kita itu langsung ambil sikap. Pada saat itu udahlah, bismillah, demi kita balik lagi ke PPP. Ya sudah akhirnya kita balik ke PPP, diterima dengan baik karena [masih] keluarga besar. Dan ya… berjalannya waktu pada saat itu, tiba-tiba di PPP ada sedikit beda pandangan. Pada akhirnya saya sekarang ada di Nasdem.
Bang Tirta diturunkan dari Ketua DPW DKI Jakarta PPP ke sekretaris setelah mendukung Anies Baswedan maju di 2024 tanpa pemberitahuan sebelumnya?
Ini saya lurusin. Jadi gini, sebenarnya saya enggak mau ngomong nih terkait PPP nih, kan udah mantanlah, enggak baik nanti gitu katanya. Jadi saya akan jawab. Jadi gini, ketika saya jadi ketua, banyak program yang sudah dijalankan oleh almarhum [Haji Lulung] berhenti. Jadi kita lanjutkan lagi program-program itu, termasuk terakhir itu Muskercab [Musyawarah Kerja Cabang] serentak, itu kita adakan di [Hotel] Paragon.
Kebetulan Pak Anies pada saat itu masih menjabat sebagai gubernur [DKI Jakarta], jadi kita undang, tapi di penutupan. Di pembukaan itu kita undang internal, Plt. Ketua Umum hadir, terus elit partai hadir, alhamdulillah lancar. Nah, pas penutupan Pak Anies hadir. Terlalu euforia pada saat itu, jadi kita bersikap bahwa cabang-cabang merekomendasikan Pak Anies salah satunya sebagai calon presiden. Berjalannya waktu segala macam ya sudah.
Jadi puncaknya itu ketika ada kompromi politik. Saya katakan kompromi politik di PPP itu salah satunya saya dari ketua menjadi sekretaris, itu jadi saya terima. Sebenarnya sudah saya terima. Kebetulan saya kira komposisi [pengurus] yang sudah dirumuskan itu sudah clear, ternyata semuanya direvisi, diubah semua.
Majelis Syari’ah diubah tanpa pengetahuan kita. Jadinya ya sudah, kita bersikap mengajukan surat pengunduran diri. Main ganti aja tanpa ada konfirmasi, itu yang membuat kami bersikap seperti itu.
Karena yang saya tahu ya, ketika saya belum di PPP itu almarhum [Haji Lulung] sudah menjahit tuh, menjahit ulama-ulama yang ada di DKI Jakarta. Itu kan enggak mudah, enggak gampang. Bagaimana kursi PPP itu bisa balik lagi, paling tidak menjadi dari satu jadi lima atau tujuh seperti itu.
Siapa saja yang keluar waktu itu?
Yang keluar itu saya dengan gerbong almarhum [Haji Lulung], terus ketua cabang ada lima, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Pulau Seribu, sama Jakarta Barat. Sudah mengajukan surat itu.
Dari gerbong itu apakah semua ikut Bang Tirta ke Nasdem?
Jadi ada yang tawaquf, berhenti, istirahat dulu. Ada yang ikut saya. Seperti itu. Jadi itu kan tergantung mental sebenarnya sih.
Kenapa akhirnya memutuskan pindah ke Nasdem? Yang mengusung Anies sebagai capres 2024 kan ada juga Demokrat dan PKS?
Yang pertama ngusung kebetulan kan Partai Nasdem. Baru di situ ada Partai Demokrat dan PKS. Mungkin kenapa, salah satunya adalah rekomendasi dari ulama. Salah satunya rekomendasi dari Pak Anies juga. “Kalau mau berjuang bersama-sama lagi dengan saya ada tiga partai.” Seperti itu. Ya sudah, kita diskusi, silaturahmi kepada ulama-ulama yang kemarin sempat dibuang gitu saja oleh PPP, rujukannya gimana nih? Ya udah dikasih clue-clue-nya lah. Yang biru ya.
Apa alasan Bang Tirta ingin mendukung Anies?
Nah ini menarik. Jadi saya itu bukan serta merta ngedukung sekarang, enggak. Jadi ada perjalanannya. Kita mereview 2017, ketika itu almarhum [Haji Lulung] itu berjuang bersama-sama dengan Pak Anies dan Bang Sandi di pilkada. Jadi, 2017 mengantarkan Pak Anies menjadi gubernur, InsyaAllah 2024 menjadi presiden.
Jadi kalau ada yang nanya sekarang, itu salah. Jadi kita review ke belakang, perjalanan, rekam jejaknya itu udah terlihat, sampai dikeluarin PPP juga pada saat itu kalau baca berita.
Mengapa konsisten mendukung Anies sampai rela hijrah partai?
Sebenarnya sikap sih, saya bersikap. Sudah jelas bahwa kalau bicara Pak Anies kan rekam jejaknya sudah jelas, 2017 sampai 2022 apa yang sudah dilakukan oleh Pak Anies. Dan dia tidak pernah kayak, saya udah buat ini buat ini, enggak. Jelas dirasakan oleh warga Jakarta. Ya kan? Kalau kata Pak Anies, dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang. Jadi buktilah, pembuktianlah.
Sebagai anak Haji Lulung punya beban sosial untuk menyamai bapak atau bahkan melebihi?
Kalau beban, pasti beban. Namanya anak tuh pasti beban. Apalagi prestasi almarhum sudah luar biasa kan, sudah bisa kita lihat. Kalau saya kan belumlah, belum. Ibarat perjalanan nih, saya baru-baru mulai, baru mau mulai. Kalau almarhum sudah dua kali jadi anggota dewan, DPRD dan DPR RI. Saya baru sekali. Jadi masih panjanglah. Ya mungkin, kalau saya sih mengalir aja seperti air, bagaimana nanti ke depannya. Mau seperti apa ya kita serahkanlah sama Allah. Biar waktu yang jawab.
Dulu sebelum 2017 dan masuk politik, Bang Tirta sibuk apa?
Ya kalau ditanya ngapain ya, saya usaha pertama. Yang kedua, kerjaan saya ya ngaji aja gitu, karena ada pengajian almarhum [Haji Lulung]. Yang ketiga ya olahraga aja, saya kan demen main bola. Ya udah main bola aja.
Bisnis waktu itu berarti juga mem-backup Haji Lulung saat beliau aktif di politik?
Di politik ya bantu dikit-dikitlah, kan kita ada anggaran khusus beliau.
Sekarang kan sudah fokus ke politik, yang pegang bisnis siapa?
Kebetulan sekarang yang melanjutkan itu adik saya yang perempuan namanya Listia Puspa Indah dan Sutera Cendikia Gana Cipta.
Sebagai politikus muda bagaimana Bang Tirta melihat peluang anak muda dalam kancah politik nasional?
Kalau peluang politik sebenarnya anak-anak muda ini potensi ya, karena kita melihat sekarang anggota dewan di DPRD kan sudah banyak anak-anak muda, bukan hanya saya kan. Kawan-kawan saya dulu pada saat saya menjadi anggota dewan itu ada di PSI, itu kan anak-anak muda yang memang mereka punya kesempatan untuk berprestasi.
Jadi kalau menurut saya anak-anak muda ya jangan takut untuk berpolitik. Ini saatnya gitu. Jadi peluangnya sangat besar sekali.
Bagaimana cara anak-anak muda bertahan di politik melawan wajah-wajah lama?
Kan kalau anak muda ini strateginya berbeda. Ini harusnya strategi buat nanti nih. Pasti pertama komunitas, anak muda kan demen komunitas, komunitas kan banyak sekali, bukan hanya di olahraga, di game juga ada, banyaklah komunitas yang bisa kita garap. Yang kedua, anak muda ini kan kreatif sekali, enerjik, banyak ide-ide dan gagasan yang mereka tuangkan di sosmed. Apalagi di sosmed ini kan rata-rata anak muda itu sehari aja, bangun tidur sampai mau tidur gunain gadget.
Kalau kelemahan anak-anak muda yang sudah terjun di politik? Apa yang bisa dibenahi?
Kalau anak muda pastinya plus minus ya. Kekurangannya lebih cepat puas. Kedua, kalau bisa basisnya itu dijagain. Namanya anak muda kan selebor juga, cerobohlah. Artinya lebih banyak evaluasi di timlah.
Bang Tirta bakal sampai kapan terjun di politik?
Untuk sementara, lima sampai 10 tahun sih ya masih berpolitik. Sembari kita lihat ke depan situasinya gimana. Kalau 10 tahun ke depan saya sih masih berpolitik.
Apa yang diperjuangkan dalam politik?
Pastinya kan kita ini dihadapkan dengan situasi bagaimana aspirasi-aspirasi konstituen saya di bawah, kan pasti berbeda-beda. Kayak di dapil [daerah pemilihan] saya kan ada lima kecamatan: Palmerah, Taman Sari, Grogol-Petamburan, Kebon Jeruk, dan Kembangan. Pasti kan berbeda-beda tiap wilayah. Misalkan Taman Sari itu kan di sana banyak pemukiman orang-orang Chinese, terus warga pribuminya sedikit sekali, pastinya kan aspirasinya beda sama yang di Grogol-Petamburan.
Bang Tirta tertarik maju untuk kursi DKI 1?
Kalau untuk DKI 1 ya tidaklah. Banyak yang lebih pantaslah. Banyak tokoh-tokoh yang lebih pantas dibandingkan saya. Saya sih hanya bisa men-support aja tokoh-tokoh yang memang sudah lama berkiprah di politik.
Kalau ditanya apakah mau? Ya pasti mau. Cuman kita ngukur dirilah, gitu. Kalau kesempatan ada, ya boleh juga. Cuman kita ukur dululah kita ini siapa, seperti itu.
Ada pesan dari Haji Lulung yang masih diingat dan jadi pegangan sampai sekarang?
Pesannya yang pertama itu jangan sombong, terus pastinya harus akur sama keluarga, dan tentunya bisa bermanfaat untuk orang banyak sih. Karena almarhum itu punya konsep di Tanah Abang namanya investasi lingkungan, yang mana masyarakat atau warga yang ada di Tanah Abang itu yang butuh pekerjaan itu sama beliau itu dipekerjakan. Dan banyak developer-developer mereka ini pasti bekerja. Jadi investasi lingkungan, mereka nanti disaring, terus ditawarkan sebagai pekerja seperti itu.