Berbagai Bahaya Obesitas pada Bayi yang Harus Diwaspadai
ERA.id - Sebagian orang tua senang jika bayinya berbadan gemuk karena menganggapnya sebagai tanda bahwa si anak sehat. Bayi juga dianggap lebih lucu saat badannya gemuk. Ini adalah hal yang perlu dikoreksi, terutama karena ada bahaya obesitas pada bayi.
Bayi berbadan gemuk bisa menjadi tanda bahwa dia telah atau berpotensi mengalami obesitas. Cara untuk tahu apakah bayi obesitas tidak cukup dengan menimbang berat dan tinggi badannya, tetapi juga harus mempertimbangkan indeks massa tubuh (IMT).
IMT merupakan ukuran lemak pada tubuh berdasarkan berat dan tinggi badan. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), seorang anak disebut obesitas jika berat badannya lebih dari +3 SD grafik pertumbuhan yang telah dibuat oleh WHO, organisasi kesehatan dunia.
Sementara, seorang anak disebut overweight jika memiliki berat badan lebih dari +2 SD grafik pertumbuhan. Untuk diketahui, SD adalah standar deviasi yang jadi satuan untuk mengukur pertumbuhan anak.
Pemicu Obesitas pada Anak
Dikutip Era.id dari Mayo Clinic dan Better Health, ada beberapa hal yang bisa memicu terjadinya obesitas pada anak.
· Pilihan makanan anak
· Kurangnya aktivitas fisik
· Faktor genetik
· Faktor psikis
· Faktor sosial dan ekonomi
· Konsumsi obat-obatan tertentu
Bahaya Obesitas pada Bayi yang Harus Diwaspadai
1. Diabetes melitus (DM) tipe 2
Peningkatan kadar gula darah secara belebihan adalah hal yang harus diwaspadai sebab tubuh anak obesitas sulit untuk mencerna asupan glukosa secara optimal. Hal tersebut menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah.
Ini memicu risiko datangnya penyakit diabetes tipe 2. Kondisi ini bisa berlanjut hingga anak berusia dewasa.
2. Penyakit jantung
Salah satu tanda obesitas pada bayi adalah penumpukan jaringan lemak di seluruh atau beberapa bagian tubuh. Hal ini bisa meningkatkan risiko penyakit jantung pada anak.
Anak obesitas butuh darah dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan anak pada umumnya. Oleh sebab itu, beban kerja jantung dalam memompa darah menjadi jauh lebih keras.
Seiring berjalannya waktu, hal ini bisa membuat jantung jadi lebih besar demi mengalirkan banyak pasokan darah ke seluruh bagian tubuh. Peningkatan aliran darah meningkatkan risiko hipertensi. Kondisi tersebut bisa menjadi awal dari berbagai penyakit jantung.
Anak obesitas memiliki tumpukan lemak yang banyak di tubuh. Hal tersebut juga memicu peningkatan kadar kolesterol jahat. Dalam waktu yang lama, kolesterol jahat akan mempersempit serta menyumbat pembuluh darah. Ini meningkatkan risiko munculnya penyakit jantung koroner dan stroke saat si anak berusia dewasa.
3. Asma
Penelitian yang dimuat dalam Nutrients (2018) menunjukkan, anak obesitas dua kali lebih berisiko mengalami asma. Masalah pernapasan ini meningkat 20 persen pada anak-anak dengan berat badan berlebih.
Lemak lagi-lagi menjadi biang kerok. Salah satu sebab dari asma ini adalah paru dikelilingi jaringan lemak berlebih sehingga menjadi lebih sensitif terhadap udara dari luar. Dalam waktu lama, hal ini memicu peradangan dan berakibat asma.
4. Sleep apnea
Ini adalah gangguan tidur saat pernapasan mendadak berhenti. Orang obesitas, termasuk bayi, rentang mengalami gangguan ini.
Hal ini terjadi karena terdapat timbunan lemak yang menghalangi saluran pernapasan. Lemak tersebut memicu peradangan yang bisa menyebabkan sleep apnea.
5. Masalah hormonal
Berat badan anak yang terus bertambah membuat tubuh kesulitan mengatur produksi hormon. Hal ini bisa menyebabkan jumlah hormon menjadi abnormal yang memicu masalah kesehatan.
Beberapa akibat dari masalah hormonal adalah menstruasi tidak teratur (pada perempuan) dan ginekomastia atau pertumbuhan payudara yang abnormal (pada laki-laki). Masalah hormonal juga memicu terjadinya pubertas dini.
Hal-hal tersebut bisa terjadi saat anak masuk usia remaja. Ketika masuk usia dewasa, bahaya obesitas pada bayi yang berdampak pada hormon ini bisa mempengaruhi kesehatan.