Apa Itu Topan Vamei? Berikut Penjelasannya Menurut Ahli
ERA.id - Badai Tropis Vamei atau Topan Vamei adalah fenomena yang tergolong langka. Fenomena ini juga disebut memberikan kontribusi pada hujan deras yang belakangan ini terjadi di Indonesia. Sebenarnya, apa itu Topan Vamei?
Sebuah studi mengenai fenomena Topan Vamei pernah dilakukan Chang dkk. dari Departmen of Meteorology, Naval Postgraduate School, Monterey, California, AS dengan tajuk ‘Typhoon Vamei: An equatorial tropical cyclone formation’ (2003).
Apa Itu Topan Vamei?
Penelitian tersebut didasarkan pada peristiwa Taifun Vamei yang terjadi pada 27 Desember 2001. Peristiwa tersebut adalah fenomena formasi siklon tropis pertama yang tercatat dalam jarak 1,5 derajat dari garis khatulistiwa.
Fenomena itu adalah hasil dari dua sistem yang saling berkaitan dan memiliki interaksi; pertama, pusaran Borneo yang lemah yang melayang ke ujung selatan Laut China Selatan dan menetap di sana selama 4 hari.
Kedua, gelombang dingin yang kuat dan berlangsung lama yang menciptakan pusaran siklon latar belakang yang besar di khatulistiwa.
Chang mengungkapkan kasus ini terjadi selama angin atau monsun musim dingin pada belahan bumi utara. Secara sporadis, gelombang dingin di timur laut menyebar ke arah ekuator dari benua Asia Timur di tepi tenggara permukaan tertinggi.
Sedangkan lonjakan dingin (cold surge) terkuat terjadi di Laut China Selatan. Dengan udara yang tidak dingin lagi, angin timur laut bertiup ke selatan ke arah khatulistiwa dengan cepat dalam dua hari.
Kekekalan potensi vortisitas (pusaran fluida) mengakibatkan udara berbelok ke arah timur setelah melewati garis khatulistiwa. Angin barat dari belahan bumi selatan ini berpotensi meningkatkan monsun Australia lebih jauh ke selatan.
Di sisi lain, Kalimantan, yang menjadi lokasi pusaran Borneo, terletak di sebelah tenggara sabuk gelombang angin utama di Laut China Selatan tersebut. Pusaran ini kemudian berkembang menjadi siklon tropis.
Gelombang dingin kemudian berkembang pesat di atas Laut China Selatan, sedangkan pusat pusaran Kalimantan terletak di dekat 3° LU di pantai barat laut.
Pusat-pusat pusaran pun bergerak ke lepas pantai menjadi di atas air dengan diameter yang lebih sempit hingga 500 km. Hal tersebut berlanjut selama beberapa hari.
Hal itu mengakibatkan aliran lintas-ekuator melilit pusaran dan menghasilkan putaran cepat yang berlawanan arah jarum jam, serupa dengan permainan putaran gasing yang dilakukan oleh seorang anak.
"Dan ini menyebabkan berkembangnya Topan Vamei," kata Chang dkk.
Menurut mereka, kasus ini sangat jarang terjadi, hanya 100 sampai 400 tahun sekali dengan menimbang beberapa faktor.
"Kami memperkirakan probabilitas topan berkembang di Laut China Selatan khatulistiwa menjadi sekitar 0,12-0,49 persen per tahun, atau perkiraan sekitar setiap 300-400 tahun sekali," jelas mereka.
Probabilitas tersebut dapat ditingkatkan lagi dengan faktor 3,5, menjadi sekitar 100 tahun sekali, jika periode persistensi yang diperlukan dari pusat pusaran Kalimantan di wilayah laut khatulistiwa diturunkan menjadi 72 jam.
Topan Vamei Membuat RI Diguyur Hujan Deras
Walaupun disebut sebagai fenomena langka, pasalnya dalam beberapa hari terakhir peristiwa ini memberikan kontribusi besar pada cuaca buruk di sebagian besar wilayah Indonesia.
Peneliti Klimatologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengatakan hujan deras dan angin kencang yang terjadi di awal Maret ini memicu dua fenomena yang terdapat di Laut Natuna Utara (Laut China Selatan) yang saling berkaitan, yaitu Vorteks Borneo atau badai dan lonjakan Lintas Utara Khatulistiwa atau Cross Equatorial Northly Surges (CENS).
Vorteks merupakan pusaran angin yang mempunyai radius putaran pada skala meso, yaitu antara puluhan sampai ratusan kilometer.
"Saat ini, vorteks Borneo mulai terbentuk dekat ekuator di atas Laut China Selatan," jelas Erma dalam cuitan Twitternya.
Sedangkan CENS merupakan penguatan angin dari utara yang memiliki kecepatan rata-rata di atas 5 m/det pada wilayah Laut China selatan bagian selatan dekat Laut Jawa.
Adapun dari pantauan BRIN, indeks CENS mulai aktif sejak 21 Februari hingga saat ini. Angin dari utara yg kuat ini telah memiliki peran memperkuat angin monsun sampai 2-3 kali lipat semula, sehingga berpengaruh pada angin kencang yang saat ini marak terjadi.
Jika CENS terbentuk terus menerus dan berinteraksi dengan Vorteks Borneo pada lokasi yang sama secara terus-menerus, makin lama akan semakin kuat dan membesar selama lebih dari 72 jam atau empat hari, maka akan terbentuklah siklon tropis Vamei.
Dalam keterangan terbaru yang dicuitkan olehnya, vorteks Borneo yang berada di sekitar Laut Natuna Utara disebut sudah meluruh. Namun, angin kencang sisanya yang berasal dari utara saat ini mengarah ke Pulau Jawa.
Pada sisi lain, Jawa menjadi pusat konvergensi, sehingga angin dari Samudra Hindia pun mengarah ke Jawa yang mengakibatkan hujan tiada henti.
"Inilah kondisi ekstrem yg sejak Desember saya khawatirkan bisa terjadi. Hujan deras dan angin kencang yg dipicu oleh badai vorteks. Semoga tidak ada lagi eskalasi ekstrem setelah Maret ini. Hati-hati semuanya. #SADEWA_BRIN," katanya.
Seperti yang kerap terjadi, saat ini hujan deras yang diikuti angin kencang melanda sebagian wilayah Indonesia.
Demikianlah penjelasan mengenai apa itu Topan Vamei, semoga informasi ini menambah pengetahuan.
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…