Menjawab Segala Tanya Soal Keoknya Rupiah

Jakarta, era.id - Mata uang kita tercinta, rupiah belum juga menunjukkan tanda keperkasaannya. Dipantau pada pagi tadi pukul 10.00 WIB, nilai tukar rupiah tetap lemah di angka Rp14.993. Tapi, tenang. Seenggaknya, sampai saat ini, pelemahan rupiah belum betul-betul berdampak pada masyarakat secara luas, kecuali mereka yang kerap berhubungan dengan valuta asing seperti usaha ekspor-impor, misalnya.

Baiklah, berhubung penulis ekonomi kami mendadak amnesia ketika bangun pagi tadi, kami enggak akan membawa kalian pada analisa-analisa ala ekspert yang biasanya jadi kerjaan doi. Lagipula, sejatinya, artikel ini adalah persembahan kami buat kamu para pembaca setia dan para followers Instagram @eradotid yang memberi kami inspirasi soal pertanyaan apa yang sejatinya masih amat mengganjal soal gejolak rupiah ini.

Dari begitu banyaknya pertanyaan yang disampaikan lewat fitur Ask Me Question yang kami lempar, kami menangkap tiga poin pertanyaan paling substansial dan paling relevan yang ternyata paling banyak ditanyakan. Pertama adalah soal apa yang harus dilakukan pemerintah untuk memperbaiki keadaan ini.

Pertanyaan kedua dan menurut kami sangat keren adalah pertanyaan yang menunjukkan kepedulian tinggi masyarakat terhadap isu ini, yaitu soal apa yang bisa dilakukan masyarakat luas untuk membantu pemerintah kurangi dampak pelemahan rupiah. Ketiga, yang menurut kami juga amat menarik adalah pertanyaan tentang kenapa dolar selalu jadi  pembanding nilai mata uang kita. Nah, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan besar itu, tim riset kami telah turun tangan, coba mencari jawaban di berbagai sumber.

1. Yang harus pemerintah lakukan?

Sejatinya, pemicu utama pelemahan rupiah ini berasal dari faktor-faktor eksternal --seperti yang sering dikatakan presiden, menteri, hingga pejabat-pejabat Bank Indonesia (BI)-- seperti kenaikan suku bunga BI-nya Amerika Serikat The FED, perang dagang Amerika Serikat terhadap China, krisis keuangan di sejumlah negara seperti Argentina dan Turki, hingga banyaknya dana asing yang masuk ke Indonesia sebagai buntut dari kolapsnya iklim investasi Indonesia pada 2008 hingga 2009 lalu.

Meski begitu, tentu saja jangan menutup mata pada sejumlah faktor internal yang juga jadi penyebab keoknya rupiah. Mengutip pernyataan pengamat ekonomi Asian Development Bank, Eric Sugandi kepada Liputan6.com, seenggaknya ada empat faktor internal, yakni defisitnya current account. Dijelaskan Analisaforex.com, Current account adalah selisih nilai pada dalam setiap kegiatan ekspor-impor, termasuk barang dan jasa --meski enggak termasuk perhitungan utang dan kewajiban.

Nah, current account ini penting banget buat menentukan neraca dagang kita. Dalam perhitungannya, current account akan menunjukkan capaian nilai ekspor dan impor sebuah negara, apakah surplus atau minus. Nah, dalam bahasa manusianya, current account kita memang dalam keadaan defisit, dan jelas hal itu memperparah kondisi pelemahan rupiah. Begitu kira-kira.

Faktor internal lainnya adalah kepemilikan asing dalam surat berharga negara yang penguasaannya mencapai 30 sampai 40 persen. Selain itu, distribusi likuiditas valas (valuta asing) yang enggak merata juga jadi faktor lain. Faktor internal terakhir datang dari sektor usaha dalam negeri, di mana banyak perusahaan yang enggak melakukan hedging.

Dikutip dari Indomoneyinsta.com, hedging adalah strategi trading untuk membatasi dana dari fluktuasi nilai tukar mata uang yang enggak menguntungkan. Hedging sejatinya amat penting dilakukan untuk melindungi perusahaan dari kemungkinan rugi ketika pergerakan nilai tukar mata uang sedang dalam keadaan yang enggak menguntungkan. Terbayang, ya?

Nah, sekarang yang perlu pemerintah dan BI lakukan adalah melakukan intervensi pasar sebagai langkah jangka pendek. Selain intervensi pasar, BI juga harus melakukan intervensi di pasar obligasi. Selain itu, BI juga harus kembali menaikkan suku bunga acuan ke angka 50 bps lagi. Untuk jangka panjang, pemerintah perlu memantapkan pembenahan struktural macam memperluas kebijakan penggunaan B20 serta pembatasan komoditas impor tentunya.

2. Apa yang bisa dilakukan masyarakat?

Ini sangat penting. Di zaman ketika semua orang bekerja dan berpikir, protes apalagi nyinyir jadi barang yang enggak lebih berharga dari kaus kaki bekas. Mencari solusi bersama adalah jalan yang lebih arif. Dan memang, nyatanya ada kok hal-hal yang bisa kita lakukan untuk membantu rupiah kita tercinta melawan kekuatan dolar.

Cara pertama adalah mulailah membeli produk lokal. Dalam kondisi seperti ini, industri lokal dan perputaran uangnya jadi faktor penopang yang berperan amat penting untuk menjaga stabilitas nilai rupiah. Cara kedua sangat berkaitan dengan cara pertama, yakni menunda hasrat konsumtif membeli barang-barang impor, apalagi elektronik.

Dua cara tersebut sangat penting untuk mengurangi defisit neraca perdagangan. Selain barang elektronik, tunda jugalah itu nafsu membeli mobil-mobil mewah. Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla sendiri yang bilang, mengingatkan kita untuk berhemat. Logikanya sama, untuk menjaga keseimbangan nilai ekspor dan impor dalam neraca perdagangan. 

"Mungkin jumlahnya tidak besar tetapi perlu untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa suasana ini, suasana berhemat," ujar Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (4/9).

Nah, cara lain mengakali kondisi ini adalah dengan menukar dolar yang kamu punya ke rupiah. Hal ini diyakini akan memperkuat kurs rupiah. Logika terkait penguatan kurs rupiah ini juga harus didukung dengan menunda rencanamu untuk berlibur ke luar negeri. Ya, kamu tahu sendiri, ketika berlibur ke luar negeri, rupiah enggak akan digunakan, kan?

Terakhir, cara yang bisa kita lakukan adalah menggunakan transportasi publik. Korelasinya begini, 30 persen BBM kita diperoleh dari hasil impor. Nah, kita-kita pengguna kendaraan pribadi ini adalah pihak yang paling banyak mengonsumsi BBM dengan persentase hingga 93 persen. Makanya, naik Kopaja, Metromini, TransJakarta, atau Commuter Line adalah koentji.

3. Kenapa selalu dolar?

Pertanyaan ini amat menarik buat kami. Kenapa sih kita sangat bergantung dengan dolar? Bukankah bergantung pada sesuatu selain Tuhan itu ndak baik? (He he)

Jadi, jawaban singkatnya adalah: emang dari sononye!

Penjelasannya begini. Prinsipnya, ketergantungan sebagian besar negara dunia --kecuali Wakanda barangkali-- pada dolar adalah karena dolar merupakan mata uang internasional. Kok bisa dolar jadi mata uang internasional? Nah, berdasar info yang kami himpun dari berbagai sumber, faktornya ternyata banyak, mulai dari sejarah hingga stabilitas Amerika Serikat sebagai sebuah negara.

Dari sisi sejarah, awal mula penguasaan dolar terhadap ekosistem keuangan dunia dimulai pada akhir perang dunia kedua. Ketika itu, begitu banyak negara di dunia --termasuk negara-negara Eropa-- yang mengalami kehancuran ekonomi. Enggak berdaya, deh. Bahkan untuk membangun negara mereka kembali pun rasanya enggak mungkin.

Nah, saat itu, Amerika Serikat jadi salah satu negara yang enggak ikut terseret dalam keterpurukan. Amerika Serikat pun memutuskan untuk memberi utang dan pinjaman pada banyak negara itu. Tentu saja, pinjaman tersebut berbentuk mata uang dolar. Syaratnya, negara-negara tersebut harus memberikan emas mereka kepada Amerika Serikat sebagai jaminan. Otomatis, saat itu Amerika Serikat jadi negara yang sangat berdaya karena menguasai hampir seluruh emas di dunia.

Zaman itu, pencetakan uang enggak bisa dilakukan sembarang, harus disesuaikan dengan cadangan emas. Atau dengan kata lain, peran uang kala itu adalah surat bukti kepemilikan emas. Enggak ada emas, maka enggak boleh cetak uang, begitu kira-kira. Nah, seiring waktu, Amerika Serikat terus mencetak dolar mereka dan mendistribusikan ke berbagai negara hingga jumlah peredaran dolar kala itu melebihi cadangan emas yang ada.

Kemudian, dolar milik Amerika Serikat pun dilepas dari segala sangkut pautnya dengan emas. Berdiri sendiri sebagai sebuah mata uang. Inilah yang berlangsung hingga sekarang. Kondisi ini biasa disebut fiat money, yakni ketika uang yang dicetak enggak dijamin oleh apapun. Singkat cerita, dolar pun semakin menguat, negara-negara di dunia pun mulai kembali bangkit.

Namun, ketergantungan panjang banyak negara pada dolar pun akhirnya secara praktis menempatkan dolar sebagai mata uang internasional, yang selalu digunakan sebagai pembanding atau acuan nilai mata uang dalam setiap transaksi. Nah, soal ini kamu perlu tahu. Meski rasanya enak banget, mengelola mata uang yang ditunjuk sebagai mata uang internasional enggak mudah, lho. Caranya adalah mempertahankan kepercayaan dunia terhadap dolar.

Tapi, bagaimana cara mempertahankan kepercayaan itu? Tentu, selain faktor sejarah ada faktor relevan lain yang membuat dunia percaya untuk menempatkan dolar sebagai mata uang internasional, misalnya stabilitas negara. Bukan apa-apa, sejatinya banyak mata uang lain yang memiliki kekuatan sebagai mata uang, namun stabilitas Amerika Serikat sebagai negara tentu enggak bisa diragukan. Secara ekonomi, sosial, dan politik, Insyaallah Amerika Serikat okelah. Nah, stabilitas ini yang jadi tanggung jawab besar Amerika Serikat mempertahankan kepercaayan tersebut.