Memahami Arti Kata Takjil, Pergeseran Makna yang Memasyarakat

ERA.id - Takjil menjadi salah satu istilah yang paling populer saat bulan Ramadan di Indonesia. Secara umum, orang mengartikannya sebagai makanan untuk berbuka puasa. Namun, sebenarnya apa arti kata takjil?

Perlu diketahui bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Arab. Setelah beberapa waktu, terjadi pergeseran makna dari kata tersebut di Indonesia. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikut.

Memahami Arti Kata Takjil

“Takjil” berasal dari bahasa Arab dengan bentuk dasar aijala (verba transitif) yang bermakna ‘menyegerakan’. Kata turunannya adalah ta’jiil (nomina abstrak) yang bermakna ‘penyegeraan’ (terkait buka puasa). Lalu bagaimana dengan bahasa Indonesia?

Dikutip Era.id dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring tahun 2016, takjil memiliki dua makna. Makna pertama memiliki kelas kata verba dan berada dalam bidang agama Islam dengan makna ‘mempercepat’ (dalam berbuka puasa). Makna kedua merupakan nomina, tetapi maknanya adalah ‘penganan dan minuman untuk berbuka puasa’.

Makna kedua tersebut tentu telah berbeda dengan makna pada bahasa Arab. Ini merupalan bentuk salah kaprah, tetapi tetap dimasukkan di dalam KBBI. Kemungkinan, makna tersebut digunakan dalam KBBI karena pemaknaan salah kaprah tersebut telah digunakan oleh banyak masyarakat di Indonesia.

Sementara, makna pertama mununjukkan bahwa takjil tetap dimaknai berdasarkan bahasa Arab. Salah satu buktinya adalah pengelompokan makna tersebut sebagai bidang agama Islam.

Bahasa Arab memang tidak hanya digunakan oleh agama Islam, tetapi bahasa tersebut menjadi bahasa yang digunakan dalam berbagai istilah yang ada pada agama Islam. Terlebih lagi, Al-Qur’an yang merupakan kitab agama Islam menggunakan bahasa Arab. Satu hal lagi, di Indonesia penggunaan istilah “takjil” lekat dengan kegiatan berbuka puasa dalam agama Islam.

Makna kata takjil (tangkapan layar KBBI daring 2016)

KBBI tahun 2016 menyajikan dua makna bagi kata “takjil”. Namun, tampaknya masyarakat Indonesia tetap lebih terbiasa menggunakan makna kedua. Bisa jadi, masyarakat bahkan tidak atau lupa bahwa “takjil” lebih tepat dimaknai dengan ‘mempercepat (dalam berbuka puasa).

Sementara, KBBI 2016 sebenarnya telah menyediakan atau menawarkan diksi lain untuk menyebut “makanan untuk berbuka puasa”, yaitu “bukaan”. Dalam KBBI, “bukaan” merupakan kata turunan berkelas kata nomina yang memiliki makna ‘makanan untuk berbuka’.

Kata “bukaan” merupakan kata turunan dari “buka”. Selain itu, makna ‘makanan untuk berbuka’ menjadi satu-satunya makna kata “bukaan”. Sayangnya, kata ini belum sepopuler “takjil” untuk menyebut makanan untuk berbuka puasa

Sebagian pihak mungkin menyesalkan pergeseran makna yang terjadi pada kata “takjil”. Namun, pergeseran makna merupakan hal yang lumrah dalam kebahasaan. Kita tidak bisa menyalahkan masyarakat yang memaknai “takjil” sebagai ‘penganan dan minuman untuk berbuka puasa’, terutama saat ini.

Itu karena KBBI telah resmi mencantumkan pengertian tersebut sebagai salah satu makna dari kata “takjil”. Selain itu, kita harus ingat bahwa bahasa juga berdasarkan penggunaan masyarakat, dan makna tersebut telah digunakan oleh masyarakat di Indonesia. 

Satu hal lagi, kata “takjil” merupakan kata pinjaman atau serapan. Bahasa Indonesia sebagai pihak peminjam atau penyerap bisa meminjam bentuk sekaligus maknanya, tetapi juga bisa meminjam bentuknya saja (tanpa meminjam makna). Tak heran jika saat ini arti kata takjil mengalami pergeseran makna.