PP Muhammadiyah: Sandi Berani Lawan Bandit Impor?
Ketua PP Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, pertemuan mereka membahas banyak hal. Di antaranya adalah soal masalah ekonomi, baik teknis hingga masalah teknorasi. Selain itu, pertemuan ini juga masalah riil yang harus dihadapi bangsa Indonesia ke depan, termasuk problematika impor.
"Jadi masalah utama kita integritas ekonomi. Kenapa? Misalnya dulu setiap oposisi, sekarang oposisi mas Sandi sebagai melawan petahana, kalimatnya selalu sama. Misalnya lawan impor. Dulu Pak Jokowi juga bilang begitu. Sekarang mas Sandi juga bilang begitu. Jadi itu kalimat standar saja," kata Dahnil.
Dia pun menitipkan pesan kepada Sandi untuk masalah ekonomi ini. Dahnil meminta supaya Sandi bukan hanya menolak adanya impor dan melakukan swasembada, tapi juga berani melawan bandit politik yang berada di belakang mafia impor.
"Tapi ada satu yang saya tagih ke bang Sandi. bang Sandi yang penting itu bukan diksi lawan impor. Tapi sejauh mana calon pemimpin itu punya integritas melawan bandit politik yang ada di belakang mafia impor itu. Bang sandi dan pak Prabowo sanggup enggak untuk itu? Yang saya tagih, berani enggak melawan itu? Punya integritas enggak melawan itu?" tanyanya.
"Sandi punya latar belakang keuangan, beliau ahli sekali. Bisa menjelaskan dua hari dua malam. Tapi masalahnya berani enggak mengenai itu," kata dia.
Dalam kunjungan ini pula, Dahnil memperkenalkan kepada Sandi kegiatan rutin PP Muhammadiyah pada setiap hari Jumat, yaitu membagikan makanan ke kaum duafa yang ada di sekitar Kantor PP Muhammadiyah.
"Saya atas nama PP Muhammadiyah terima kasih ke bang Sandi yang sudah bersilaturahhim. Bertemu saya dan kawan-kawan. Kedua, yang tadi di depan itu adalah rutin. Kegiatan rutin PP Pemuda Muhammadiyah. Jadi selama empat tahun ini kami melayani teman-teman untuk makan di situ," kata Dahnil.
Dahnil pun mengajak Sandi turut serta membagikan makanan untuk kaum Dhuafa yang rutin setiap hari Jumat. Namun, kata dia, Sandi sempat menolak lantaran takut dituding pencitraan.
"Tadi abis bakda Jumat, kita minta pak Sandi ikutan. Kita sebenarnya tidak ada jadwal ini. Silaturahim saja. Saya kemudian ajak. Tadi pas saya ajak, pak Sandi takut, takut apa? Karena takut dianggap pencitraan. Saya bilang ini pekerjaan rutin PP Pemuda Muhammadiyah. Jadi kalau sudah rutin bukan pencitraan jadi kebiasaan," terangnya.
Kata Dahnil, kegiataan ini menyimpan sebuah pesan yang ingin ditunjukan kepada bakal calom wakil presiden itu. Artinya, seorang pemimpin harus bisa bertemu dan melayani masyarakat secara langsung.
"Jadi saya ajak pak Sandi melayani. Itu sebenarnya pesan ke mas Sandi. Memang pemimpin itu harus terbiasa melayani. Pemimpin itu harus terbiasa berdialog, berdialog dengan siapapun. Kami yakin bang Sandi punya kapasitas untuk itu," ucapnya.
"Karena itu, saya senang, itu jadi pesan simbolik, bahwa visi utama menjadi presiden dan wakil presiden itu utk melayani. Selebihnya saya sempat ngobrol di atas, saya sampaikan, masalah kita saat ini, bukan hanya sekedar teknis ekonomi, bukan hal-hal yang teknorasi," sambungnya.