Berbagai Fakta Sekte Sesat di Kenya yang Tewaskan Puluhan Jemaat
ERA.id - Korban sekte sesat di Kenya masih bertambah. Terbaru, dilaporkan bahwa jumlah orang yang meninggal dunia terkait sekte sesat tersebut mencapai 90 jiwa, sedangkan 213 orang masih dinyatakan hilang.
Jumlah tersebut dikonfirmasi oleh Menteri Dalam Negeri Kenya, Kithure Kindiki, setelah polisi menemukan 17 mayat tambahan di Malindi. Dia juga menjelaskan, 34 orang diselamatkan dan ditemukan dalam kondisi kelaparan di peternakan. Kemudian, Palang Merah Kenya menyebutkan bahwa sebanyak 213 orang masih hilang.
Upaya Penyelamatan Korban Sekte Sesat di Kenya
Kindiki mengungkapkan, pasukan keamanan akan meningkatkan intensitas pencarian dan misi penyelamatan. Diharapkan, semakin banyak korban sekte sesat di Kenya yang bisa diselamatkan.
"Seluruh 800 acre (320 hektare) bidang tanah yang merupakan bagian dari peternakan Shakahola dengan ini dinyatakan sebagai daerah terganggu dan zona operasi," terang Kindiki, dikutip Era.id dari The Guardian, Rabu, 26 April 2023.
Dia menjelaskan, kejadian ini akan menjadi titik balik bagi pemerintah untuk menangani ekstremisme dan menyelidiki dugaan aliran sesat di tempat-tempat lain.
"Kami menyebarkan jaring lebih luas ke organisasi keagamaan lain di sini, di Kilifi," ucap Kindiki.
"Kami membuka penyelidikan formal terkait kelompok agama dan kami mendapat petunjuk penting yang mungkin hanya puncak gunung es," lanjutnya.
Terkait hal tersebut, Presiden William Ruto berjanji akan membongkar jaringan sekte itu. Ruto mengatakan, sekte tersebut bisa dikategorikan sebagai aksi kejahatan serius. Oleh sebab itu, Nthenge dapat dituntut menggunakan pasal terorisme.
Doktrin yang diberikan oleh Nthenge kepada para pengikutnya adalah kelaparan menjadi jalan satu-satunya menuju Tuhan. Dia menyuruh para pengikutnya tidak makan agar bisa "bertemu Yesus”.
Fakta-Fakta Sekte Sesat di Kenya
· Pemimpin sekte sesat di Kenya
Paul Mackenzie Nthenge merupakan pendiri sekte sesat di Kenya. Pada 2003 dia dan istrinya, Joyce Mwikamba, mendirikan sekte Good News International Church di Kenya. Di dalam sekte tersebut, dia mencuci otak para pengikutnya menggunakan ajaran Teologi Hari Akhir William Branham.
Berdasarkan situs resmi William Braham, Nthenge memberikan doktrik bahwa kelaparan bisa menjadi pelarian dan menjadi jalan untuk bertemu Yesus. Menurutnya, puasa dapat membersihkan tubuh dari iblis.
Dijelaskan pula bahwa Nthenge memperoleh ajaran Branham versi Latter Rain, versi ini sama dengan sekte Jim Jones of People Temples yang ada di Guyana. Sekte tersebut meminta para pengikutnya melakukan bunuh diri massal.
Nthenge telah ditangkap pada 14 April 2023. Hal tersebut dilakukan setelah didapatkan informasi mengenai kuburan berisi setidaknya 31 jasad pengikut-pengikutnya. Media Kenya menyebutkan, Nthenge menolak makanan dan air selama ditahan.
· Korban Adalah Jemaaah Good News International Church
Gereja yang didirikan Nthenge memiliki cabang di berbagai daerah Kenya, yaitu Nairobi, Kitale, Machakos, Watamu, Malindi, Naivasha, Mombasa, Matano manne, Mwea, dan Lunga Lunga.
Sementara, kantor pusat Good News International Church berada di Malindi Furunzi. Sejak 2003, pelayanan ibadah terus berkembang hingga jumlah jemaatnya mencapai lebih dari 1.000 orang di gereja Malindi dan lebih dari 3.000 orang di semua cabang.
Pelayanan ibadah ini memiliki misi memelihara umat secara holistik dalam segala hal spiritualitas Kristen untuk mempersiapkan diri terkait kedatangan Yesus Kristus yang kedua melalui pengajaran dan penginjilan.
· Penemuan 73 jasad di kuburan massal
Menurut keterangan Inspektur Jenderal Kepolisian Kenya, Japhet Koome, polisi menemukan jasad manusia sebanyak 73 jasad di kuburan massal yang terletak di Kenya timur. Selama penggalian jumlah korban tewas diketahui beberapa kali bertambah. Palang Merah Kenya menyebutkan, sebanyak 112 orang dilaporkan hilang.
· Korban selamat
Disebutkan bahwa 29 orang yang selamat sudah diamankan. Polisi masih melakukan pencarian terhadap para penyintas yang lain. Para pengikut sekte sesat di Kenya ini tinggal di beberapa pemukiman terpencil di lahan seluas 800 hektare di hutan Shakahola.
Pada awal April, polisi mengamankan 15 orang yang menjadi jemaat sekte yang konon memerintahkan pengikutkan untuk melaparkan diri sampai mati. Polisi mengatakan, empat orang yang ditemukan tersebut meninggal sebelum sampai di rumah sakit.