Melihat Mudik-Arus Balik di Poros Sumatera, Masjid dan Rumah Makan Jadi Tempat Menginap

ERA.id - Mencari tempat menginap di sepanjang jalan Lintas Timur Sumatera pada saat musim mudik dan arus milir Lebaran, tidak mudah. Apalagi jika tak dipesan sejak jauh-jauh hari.

Hampir sebagian besar penginapan di jalan lintas tersebut penuh oleh para pelintas. Fisik yang lelah akibat perjalanan jauh hingga mata yang mengantuk, menjadi salah satu alasan para pengendara memutuskan untuk beristirahat, sebelum melanjutkan perjalanan keesokan harinya.

Seorang pemilir tujuan Palembang, Nardi, mengatakan dirinya memutuskan beristirahat di salah satu rumah makan di Bayung Lencir, Sumatera Selatan.

“Tadi pagi sekitar jam 07.00 pagi berangkat dari Solok, Sumatera Barat, sampai di sini pukul 22.00 malam,” kata Nardi, Jumat silam.

Nardi memilih menggunakan sepeda motor bersama istrinya untuk kembali ke tanah perantauan. Dengan menggunakan sepeda motor, selain lebih murah dari segi biaya, ia juga lebih bebas dalam menentukan kapan waktunya untuk beristirahat.

Sepanjang perjalanan menuju daerah tujuan, ia sudah berkali-kali berhenti di SPBU maupun masjid untuk salat dan juga beristirahat sejenak.

Ia memperkirakan jarak yang harus ditempuhnya dari Solok hingga Palembang lebih dari 700 kilometer. Lepas Magrib, ia berencana untuk mencari penginapan di kawasan Muaro Bulian, Kabupaten Batanghari, Jambi, namun kesulitan karena semua penginapan sudah penuh.

Ia memutuskan meneruskan perjalanan hingga ke Lintas Timur Sumatera dan berharap dapat menemukan penginapan untuk beristirahat, dan lagi-lagi ia harus menelan kecewa karena sebagian besar penginapan sudah dipenuhi para pemilir yang hendak balik ke kota tujuan.

Bagi pria yang berprofesi sebagai karyawan swasta itu, mau tidak mau harus istirahat dulu, sekalian makan malam.

Meski pihak rumah makan sudah menyediakan tempat beristirahat di bagian belakang, Nardi mengaku enggan untuk tidur di situ. Ia lebih memilih beristirahat di kursi panjang yang berada tak jauh dari parkir sepeda motornya.

Barang bawaannya pun diletakkan di sampingnya. Istrinya sudah lebih dulu terlelap, namun Nardi masih sibuk memainkan ponsel pintarnya. Ia memilih bermain game sambil menunggu mata mengantuk.

Lepas Subuh, ia berencana akan kembali melanjutkan perjalanan ke Palembang, yang diperkirakan dapat ditempuh dalam waktu tiga jam dari rumah makan tersebut.

Kondisi musala rumah makan itu juga dipenuhi para pemilir yang melepas lelah di perjalanan. Selain kesulitan mendapatkan tempat beristirahat yang layak, banyak para pemilir memilih beristirahat di sejumlah rumah makan besar yang ada di sepanjang jalan lintas tersebut.

Hampir semua rumah makan besar menyediakan tempat beristirahat. Kita bisa memanfaatkan fasilitas itu sebelum melanjutkan perjalanan keesokan hari. Salah seorang pemilir Rizal yang hendak berangkat ke Tangerang memanfaatkan fasilitas itu.

Berkendara saat malam hari, dengan kondisi fisik yang sudah lelah sangat berisiko dan rawan kecelakaan. Dari pada terjadi hal yang tak diinginkan, Rizal memutuskan untuk beristirahat sejenak di rumah makan. Selain hemat, keamanan kendaraan juga terjaga karena ada petugas parkir.

Fasilitas tempat beristirahat itu gratis. Pengunjung harus membayar kalau mau menggunakan toilet atau kamar mandi, dengan biaya kebersihan Rp2.000 untuk satu kali masuk.

Masjid penuh

Tak hanya rumah makan yang dipenuhi para pemilir yang beristirahat saat malam hari, masjid pun banyak digunakan untuk beristirahat,

Salah satunya Masjid Ar-Rahman yang terletak di wilayah Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Masjid megah dengan ornamen indah tersebut berada tepat di jalan lintas Sumatera.

Tak heran, saat malam tiba pada saat musim arus mudik maupun arus milir, dipenuhi pelintas yang beristirahat.

Sri Wahyuni, yang hendak menuju Jakarta, sudah berkeliling mencari penginapan di sepanjang jalan Lintas Timur Sumatera, tapi semuanya sudah penuh.

Sebelum memutuskan beristirahat di masjid itu, Sri sudah menyambangi sejumlah penginapan. Sebut saja, hotel Mella Putri, Arsenio, hingga Ceria.

Awalnya coba cari kamar di hotel Mella Putri, tapi penuh, terus diberi saran ke Arsenio, tapi lagi-lagi penuh dan selanjutnya ke penginapan Ceria dan penuh juga.

Khawatir dengan kondisi suaminya yang mengemudi dalam keadaan lelah ditambah kondisi hujan, Sri kemudian memutuskan untuk beristirahat di Masjid Ar-Rahman. Kebetulan saat melintas di masjid berwarna coklat muda tersebut, halaman masjid sudah dipenuhi kendaraan roda empat.

Begitu sampai di masjid, ternyata Sri tak sendiri. Puluhan pemilir lainnya sudah terlebih dahulu beristirahat di masjid tersebut.

Marbot Masjid Ar-Rahman H Nasrulloh mengatakan masjid tersebut memang kerap menjadi tempat peristirahatan bagi para pelintas. Pihaknya membuka pintu bagi para pelintas untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Pintu masjid tersebut pun tidak pernah dikunci.

Nasrulloh berupaya keras agar masyarakat dapat beribadah maupun yang beristirahat di masjid tersebut dengan nyaman. Oleh karenanya, pihaknya memastikan kebersihan kamar mandi dan juga tempat berwudu.

Tempat wudu perempuan dan laki-laki terpisah. Untuk laki-laki di samping kanan masjid dan perempuan di samping kiri.

Nasrulloh juga memastikan ketersediaan air bersih di masjid tersebut. Masjid tersebut juga nyaman dijadikan tempat beristirahat karena dilengkapi dengan kipas dan pendingin ruangan. Puncak arus milir di wilayah Sumatera diperkirakan terjadi hingga Ahad (30/4/2023).