Mempelajari Etika Makan di Korea Selatan untuk Kesopanan

ERA.id - Makanan Korea Selatan bisa ditemukan dengan cukup mudah di Indonesia. Anda bisa menikmatinya dengan cara yang Anda inginkan. Namun, jika Anda menyantap makanan tersebut di negeri asal, etika makan di Korea Selatan perlu Anda ketahui.

Seperti halnya beberapa daerah di Indonesia, Korea Selatan juga punya tata cara makan yang tidak terlepas dari kebudayaan masyarakatnya. Etika makan perlu Anda pahami dan patuhi agar tidak dianggap tidak sopan oleh masyarakat setempat.

Secara umum, masyarakat Korea Selatan terbiasa makan bersama-sama. Hal tersebut bisa dilakukan bersama keluarga, sahabat, rekan kerja, atau kolega. Dikutip Era.id dari TheCultureTrip, simak ulasan mengenai etika makan di Korea Selatan berikut ini.

Mempelajari Etika Makan di Korea Selatan

1. Menghormati orang yang lebih tua atau berpangkat

Masyarakat Korea Selatan terbiasa memperhatikan posisi tempat duduk saat jamuan makan, terutama dalam acara formal seperti jamuan bisnis atau bersama keluarga yang di dalamnya ada orang dengan pangkat lebih tinggi atau lebih tua.

Tempat duduk orang termuda (junior) harus di lokasi yang paling dekat dengan pintu. Sementara, orang yang paling tua atau bos atau senior di tempat yang lebih dalam (jauh dari pintu).

Saat mau mulai makan, orang tertua atau berpangkat memulai makan terlebih dahulu. Setelah itu, orang yang lebih muda atau junior mengikutinya. Hal tersebut cukup sama dengan kebiasaan di Indonesia.

Saat makan, Anda sebaiknya tidak makan secara terburu-buru, tetapi tidak terlalu lambat. Setelah selesai, jangan tinggalkan meja sebelum orang yang paling tua meninggalkan meja. Hal tersebut sebagai bentuk rasa hormat.

2. Penggunaan sumpit dan sendok

Sumpit dan sendok khas bergagang panjang biasanya disediakan dalam kegiatan makan di Korea Selatan. Penggunaan kedua alat makan ini perlu dilakukan dengan benar.

 Ilustrasi mengambil mi dengan sumpit (pexels)

Sumpit digunakan untuk mengambil dan menyantap lauk-pauk, kimchi, dan mi. Sementara, sendok digunakan untuk menyantap sup, nasi, lauk berkuah, dan bubur. Selain itu, Anda sebaiknya tidak menggunakan sumpit dan sendok bersamaan sebab dianggap tidak sopan.

Saat tidak menggunakan sumpit, letakkan sumpit di samping piring secara rapi. Jangan letakkan sumpit di atas makanan, apalagi menancapkannya! Menancapkan sumpit tampak seperti menancapkan dupa untuk acara kematian sehingga dianggap sebagai hal yang buruk atau mendatangkan kesialan.

3. Salam sebelum makan

Menyampaikan salam adalah salah satu kebiasaan orang Korea Selatan, termasuk sebelum makan. Ini menjadi cara mereka menghargai makanan dan orang yang menyiapkannya.

Orang Korea Selatan biasanya mengucapkan jal meokgesseumnida yang artinya 'saya akan makan dengan nikmat'. Setelah selesai, Anda bisa mengucapkan jal meogeosseumnida sebagai tanda bahwa makanan telah dihabiskan dengan nikmat dan senang.

4. Menggunakan piring kecil yang ada

Umumnya, restoran di Korea Selatan menyediakan beberapa piring kecil untuk menaruh lauk-pauk. Anda sebaiknya menggunakan piring kecil itu untuk mengambil sejumlah lauk yang akan dimakan, bukan langsung menyantapnya setelah mengambil dari piring besar. Hal ini sebagai bentuk kesopanan.

Selain itu, mangkuk harus tetap di atas meja dan tidak boleh diangkat. Ketika Anda akan menyuapkan nasi ke mulut, sebaiknya membungkukkan badan untuk mendekatkan kepala dengan mangkuk di atas meja.

5. Memastikan gelas orang di sebelah Anda terisi

Masih terkait kesopanan, Anda sebaiknya memastikan gelas minuman orang di sebelah Anda tetap penuh (mengisinya jika sudah berkurang), terutama saat acara formal. Dengan demikian, orang di sebelah Anda juga perlu memastikan gelas Anda tetap penuh.

Saat minuman di gelas Anda habis, Anda sebaiknya tidak menuangkan minuman sendiri ke dalam gelas Anda. Hal tersebut bisa membuat orang di sebelah Anda merasa kurang dihargai.

Cara penuangan air juga perlu diperhatikan. Anda harus menggunakan kedua tangan saat melakukannya. Selain itu, Anda tidak boleh menolak tawaran minuman dari orang lain. Penolakan bisa dianggap sebagai bentuk tidak menghargai si pemberi, apalagi jika yang menawarkannya adalah orang yang lebih tua atau lebih berpangkat (senior).